Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Mantan kader Golkar, Siti Hediati Haryadi alias Titiek Soeharto, kini resmi menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya besutan adiknya, Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto. Tugas awal Titiek melalui jabatan itu adalah menjadi pemimpin koordinator daerah pemilihan se-Indonesia. Partai Berkarya menargetkan 80 kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada pemilu 2019 mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Namun Titiek masih belum bersedia menjelaskan apa saja langkahnya untuk mencapai target tersebut. "Tentunya soal itu (upaya pemenangan) rahasia dapur yang tak bisa saya katakan sekarang," kata Titiek di sela lawatannya ke Pondok Pesantren An-Nur, Dusun Ngrukem, Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Rabu, 13 Juni 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Titiek menegaskan rentang satu bulan ke depan merupakan waktu krusial karena ia bersama timnya sedang menyeleksi ketat para calon legislatif berkualitas. Dia ingin memilih calon yang memiliki elektabilitas tinggi agar lolos menjadi anggota DPR. "Saya sebulan ini harus berkeliling dan mencari caleg bagus yang bisa lolos ke Senayan," kata Titiek.
Meski Partai Berkarya belum lama lahir dan lolos mengikuti pemilu 2019, Titiek mengklaim tak terlalu susah merekrut caleg berkualitas yang punya elektabilitas tinggi. "Begitu tahu saya pindah dari Golkar ke Partai Berkarya, beberapa teman dari partai lain (yang duduk di DPR) sudah menghubungi dan ingin ikut masuk," ujarnya.
Hanya, kata Titiek, sejumlah politikus dari partai lain yang akan ikut pindah itu saat ini masih terkendala administrasi prosedural masing-masing partai. "Mereka mengatakan harus mengundurkan diri dulu (dari jabatan sebagai anggota Dewan) ke partainya. Lalu saya bilang, 'Kalau memang berniat pindah dan ikut perjuangan Partai Berkarya, saya sangat mengapresiasi'," ucapnya.
Putri keempat mantan Presiden Soeharto itu mengakui wilayah terberat untuk mendongkrak suara Partai Berkarya dalam pemilu 2019 masih di Pulau Jawa. Sejumlah loyalis dan basis massa akar rumput partai pun sudah terpetakan jelas di tiap wilayah dan bukan hal gampang mencuri suara itu. "Kalau dengan (basis massa) partai lain seperti PDI (Partai Demokrasi Indonesia) Perjuangan kan jelas persaingannya, tapi kalau dengan Golkar kan hampir sama. Ya, kami bismillah saja, kembalikan pada masyarakat untuk memilih (antara Golkar dan Berkarya)," tutur Titiek.
Titiek pun mengaku telah mempelajari hasil jajak pendapat sebuah lembaga survei mengenai tingkat elektabilitas Golkar pada pemilu 2014 lalu. Dari hasil survei itu, Titiek mempelajari alasan para pemilih calon legislatif dari Golkar yang terbagi menjadi beberapa kategori. Kategori itu antara lain karena sosok penguasa Orde Baru, Soeharto, dan pernah membuat partai itu besar, sosok ketua umumnya, serta juga visi-misinya. "Yang milih Golkar karena melihat Pak Harto kalau enggak salah ada 20 persennya. Nah, pemilih ini yang akan coba kami pisahkan dari suara Golkar agar masuk Berkarya," katanya.
Titiek berniat mencuri suara pemilih Golkar yang dilatarbelakangi kecintaan terhadap kejayaan Orde Baru itu mengingat jualan Golkar dalam pemilu belakangan tak pernah lagi mengusung soal Soeharto. "Kayaknya Golkar kan sudah alergi dengan Pak Harto dan jargon-jargon Orde Baru tak pernah lagi dibawa bawa saat pemilu. Ya sudah, biar Partai Berkarya yang pakai itu," ujar Titiek.
PRIBADI WICAKSONO