Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Ujian Skalu Punya Liku

Sekretariat kerjasama antar lima universitas (ska- lu): itb, ipb, ui, gama dan unair mengadakan ujian bersama untuk penerimaan mahasiswa baru. standarisasi mutu dengan menentukan ranking calon mahasiswa. (pdk)

11 Desember 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKALIPUN Prof. Amiruddin, rektor Universitas Hasanuddin Ujungpandang, sudah menganjurkan agar jangan merasa rendah diri terhadap perguruan tinggi di Jawa, universitas-universitas di pulau itu nampaknya masih akan tetap jadi favorit. Di pulau yang menurut Prof. Sutami, Menteri PUTL, sembilan tahun lagi semua penduduknya akan terkena penyakit "bingung" itu, agaknya masih akan kebanjiran calon mahasiswa dari seberang. Maklumlah di sana paling tidak ada lima universitas negeri yang tempo hari pernah dijuluki centers of excellence. Sehingga sudah bisa dipastikan ke lima perguruan tinggi yang lima tahun lalu menyatukan diri ke dalam Sekertariat Kerjasama Antar Lima Universitas itu (SKALU -- ITB, IPB, UI, Gama dan Unair), bakal mendapatkan peminat yang paling banyak. Lewat ujian bersama yang diadakan mulai tahun ini, diperkirakan pelamar akan mencapai 40 ribu orang. "Sedangkan tempat yang tersedia di lima universitas itu sekitar 6 ribu tempat", ucap Pramutadi, Ketua Panitia Ujian Bersama, beberapa waktu yang lalu. Yang jadi masalah nampaknya bukan hanya soal tempat yang terbatas, tapi kini banyak orang tua yang bingung, apa dan bagaimana ujian SKALU yang baru pertama kali ini dilaksanakan pada tanggal 13 Desember ini. Ranking Menurut Pramutadi, ujian SKALU membuat calon mahasiswa ke lima universitas negeri yang terletak di lima kota di Jawa itu, tak usah payah-payah datang ke perguruan tinggi yang diinginkan. Misalnya, anak Surabaya yang ingin masuk ke ITB, tak usah datang ke Bandung. Atau anak Yogyakarta yang ingin ke IPB, tak usah datang ke Bogor. Begitu juga sebaliknya. Sehingga proses ujian masuk serupa itu, selain menghemat waktu dan tenaga si calon mahasiswa, sekaligus juga menghemat biaya. Calon mahasiswa yang ikut ujian SKALU rencananya akan diberikan tanda prestasi berupa penggolongan-penggolongan: A, B, C dan D. Nah, dengan kartu penggolongan (ranking) itulah si calon mahasiswa mendaftarkan ke fakultas dan universitas yang dipilihnya. Apakah dengan kartu ranking itu otomatis si calon mahasiswa bisa diterima? "Belum tentu", ucap Praradi. Itu masih tergantung dari fakultas masing-masing, yang memiliki sendiri standar ranking mana yang harus dimiliki calon mahasiswanya. Sehingga nampaknya bisa saja FEUI mensyaratkan ranking A yang bisa diterima, sementara Gama cukup ranking B. Atau bisa juga masing-masing hanya menerima calon yang memiliki kartu ranking A. Dan agaknya dalam soal ini belum ada kesepakatan bersama antara anggota SKALU itu. Sebab kalau begitu caranya, bukan tak mungkin di antara ke lima universitas itu pun akan terjadi favoritisme. "Masyarakat jelas akan melakukan pilihan, sehingga sementara ini memang masih akan menimbulkan kelas-kelas di dalam SKALU sendiri", ucap Pramutadi mengakui. Tapi, katanya ekses serupa itu mesti dilihat dari segi positifnya. Maksudnya agar misalnya fakultas yang kebetulan dipilih untuk prioritas kedua atau ketiga, mau mengangkat dirinya semutu fakultas yang diminati banyak calon mahasiswa. Ujian SLA Namun, "ranking ini sampai sekarang sebenarnya belum begitu jelas", ucap Kusmardiono, Sekretaris SKALU, "sebab logikanya, mestinya yang lulus ujian SKALU harus diterima di universitas-universitas SKALU". Dan memang belum jelas benar, apakah kepada peserta ujian SKALU akan diberikan istilah "lulus atay tidak lulus, diterima atau tidak diterima, dan berhak atau tidak berhak". "Persoalan itu akan di Putuskan nanti setelah selesai ujian SKALU", tambah Koesmardiyono. Yang jelas dengan sistim ujian bersama itu, ingin dicari standarisasi mutu "sehingga anak Menteri atau anak tak mampu asal berkwalitas, boleh masuk". Sementara itu waktu penutupan pendaftaran yang lebih cepat dari pada waktu pengumuman lulus tidaknya EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir) SLTA membikin para orang tua bertambah puyeng. Sebab, bagaimana nanti bila setelah mendaftar (dan misalnya lulus ujian SKALU nya) ternyata EBTA nya tidak lulus? Betrok soal jadwal ini, menurut Kusmardiono, akibat jadwal EBTA yang menurut SK Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah diharapkan selesai Nopember, mundur hingga Desember. Sementara itu jadwal ujian SKALU sudah terlanjur dibikin. Itulah sebabnya diambil jalan kompromi: bagi mereka yang blum lulus EBTA pun dibolehkan mendftar untuk ujian SKALU. Konsekwensinya nanti memang bisa saja terjadi, yang lulus SKALU ternyata tidak lulus EBTA nya. Kalau terjadi begitu, lantas bagaimana? Nampaknya belum ada cara pemecahannya hingga kini. "Tapi ingat, kompromi dari kami itu hanya untuk tahun ini saja, tahun depan mudah-mudahan lebih rapi", ucap Koesrmardiyono.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus