Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Cuplikan rekaman rapat berisi perintah dari Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman tersebar. Dalam rekaman berdurasi 2.51 menit tersebut, Dudung memberi perintah agar prajurit TNI AD bergerak untuk merespons pernyataan anggota Komisi Pertahanan DPR Effensi Simbolon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Silahkan kalian tergerak," kata Dudung dalam rekaman tersebut, Rabu, 14 September 2022. "Berdayakan itu FKPPI dan segala macam, untuk tidak menerima penyampaian Effendi Simbolon."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
FKPPI tak lain adalah Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri (FKPPI). "Masif lakukan, engga usah ada yang takut, engga usah takut kalian dicopot dan segala macam, saya yang tanggung jawab," ujar Dudung.
Dudung menyebut nama Effendi Simbolon sebanyak tiga kali, tapi rekaman ini tidak mencantumkan pokok masalah dari pernyataan legislator tersebut yang diprotes oleh Dudung. Tapi Effendi sekarang jadi sorotan karena beberapa komentarnya soal TNI saat rapat di Komisi I bidang Pertahanan, di DPR, Jakarta, Senin, 5 September 2022.
Dalam rapat, kader PDI Perjuangan itu mempertanyakan ketidakhadiran Dudung di rapat dan mengatakan bahwa ada disharmoni hubungan antara Panlima TNI Jenderal Andika Perkasa dengan Dudung. Dia bahkan mengatakan sikap TNI melebihi ormas dan menggunakan kata gerombolan. "Jadi tidak ada kepatuhan," kata Effendi.
Dalam rekaman, awalnya Dudung meminta agar prajuritnya tidak diam saja dengan kondisi saat ini. Ia pun mengatakan akan membalas pernyataan Effendi tersebut saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) pada tanggal 26 nanti, tanpa menyebutkan bulannya.
"Saya buktikan sama kalian kalau nanti saya akan balas dia, jangan kita diam saja, dia itu siapa? Enggak berpengaruh," ujar Dudung. Ia tampak protes karena merasa harga diri dan kehormatan TNI menjadi diinjak-injak.
Perwira Santai
Dudung lantas meminta jangan ada pihak yang menyalahkan prajurit TNI yang mengamuk. "Prajurit kita ini sekarang di kelompok di grup Tantama saja sudah menggelora, sudah panas, kelompok Bintara sudah marah. Kok kita kelompok perwira santai-santai saja gitu lho?"
Dudung ikut menyentil Danrem dan Dandim yang menurut dia hanya diam saja merespons situasi yang terjadi. Ia mempertanyakan apakah Danrem dan Dandim tersebut sudah melepaskan jabatannya sehingga tidak ikut tergerak. Barulah kemudian Dudung menyampaikan agar bergerak masif merespons pernyataan Effendi dan memberdayakan FKPPI.
Bukan hanya Danrem dan Dandim, Dudung juga mempertanyakan kenapa anggota TNI setingkat Letnan Kolonel, Kolonel, bintang satu hingga bintang dua juga tidak ada yang bersuara merespons pernyataan Effendi. "Kehormatan sudah diinjak-injak, kok kita diam saja gitu lho," ujarnya
Dudung lalu meminta prajurit TNI tidak takut apabila pangkat dan jabatannya dicopot. Ia mencontohkan tindakan yang pernah dia lakukan saat masih menjabat sebagai Panglima Kodam Jayakarta. Menurut dia, pangkat dan jabatan sudah diatur Allah SWT.
"Saya tekankan lagi tidak ada lagi pengkondisian dari Effendi Simbolon untuk minta-minta ke wilayah, engga usah takut, kalian enggak udah takut. Komisi I itu tidak berpengaruh, dia kerjanya hanya minta, Komisi I itu banyak yang bagus, semuanya bagus, kecuali dia, Effendi Simbolon," kata Dudung.
Tempo mengkonfirmasi cuplikan rekaman rapat dan perintah Dudung ini kepada Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Brigadir Jenderal Hamim Tohari. Tapi hingga berita ini diturunkan, Hamim masih belum bisa memberikan penjelasan lengkap karena sedang berada di lapangan dan ada kendala teknis. "Sebentar, saya lagi di Bengkali, sinyal hilang-hilang," kata dia.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.