DESEMBER lalu Presiden Soeharto meresmikan pusat distribusi
minyak Jawa Barat di Desa Mundu Kabupaten Cirebon. Serentak
dengan itu nama Mundu populer sebagai desa penghasil minyak.
Sebab demikianlah korankoran menulis. Akan halnya nama Desa
Dukuhjeruk tak ada disebut.
Dukuhjeruk terletak di Kecamatan Karangampel Kabupaten
Indramayu. Persisnya 25 Km arah timur Kota Indramayu dan 35 Km
sebelah utara Desa Mundu Cirebon. Di sinilah bermula awal
jaringan distribusi minyak tadi. Sebab di sinilah sumurnya. Di
samping ada pabrik elpiji dan juga 140 rumah karyawan Pertamina.
Proyek Pertamina di Mundu menyita tanah hanya 2 hektar saja.
Sedang di Dukuhjeruk ada 62 dari 260 hektar tanah penduduk
dibebaskan Pertamina 7 tahun lalu.
Lurah Dukuhjeruk Haji Solihin tak mau ribut mengapa desanya tak
disebutsebut orang. Ia memang mengakui kekurangan wajah desanya.
Pertama disebutnya balaidesa sebagai jelek. Lantas rumah-rumah'
penduduk yang sebagian besar masih gubuk. "Adanya proyek
Pertamina di Indramayu dulu banyak menimbulkan ketegangan di
kalangan masyarakat." Yang berkata begitu adalah Lurah Desa
Balongan Kecamatan Indramayu (Kabupaten Indramayu), M. Tohir.
Di Balongan, Pertamina juga mempunyai kegiatan dan proyek.
Bahkan juga di dua desa lagi di Kecamatan Karangampel: Kaplongan
dan Kedokan Bunder. Juga tanah penduduk dipakai Pertamina di
ketiga desa ini jauh lebih luas ketimbang di Desa Mundu.
Balongan misalnya, 87 dari 600 hektar luas desa. Maklum di sana
Pertamina mendirikan Depot Perbekalan Dalam Negeri dan pelabuhan
pengapalan minyak.
Gadis dan Janda
Tahun 1970 rakyat Desa Balongan banyak yang mendadak kaya. Ini
sehubungan dengan pembebasan tanah yang dilakukan Pertamina.
Menurut M. Tohir tanah rakyat yang dibebaskan itu diberi ganti
rugi Rp 1 juta perhektar.
Ganti rugi itu cukup besar ketika itu. Buktinya tak sedikit
rakyat kemudian mempunyai sawah baru yang lebih luas di tempat
lain. Tapi tak semua rakyat panjang fikiran. Sebagian ternyata
malah berpesta-pora dan berebut membeli barang-barang mewah.
Dua tahun penduduk Balongan seperti orang kaya. Sesudah itu,
seperti dikatakan Camat Indramayu Rigono BA, problim pun timbul.
Tentu saja maksudnya yang tadi kelihatan kaya kemudian justru
sebaliknya. Sebab sawah mereka sudah dijual kepada Pertamina.
Padahal kemampuan mereka tak lebih dari bertani.
Beramai-ramai bekas petani itu minta pekerjaan ke proyek
Pertamina yang waktu itu memang masih sedang dikerjakan.
Ternyata, seperti dikatakan Rigono lagi, para kontraktor proyek
Pertamina lebih suka mempekerjakan buruh luar daerah (Jawa
Tengah) daripada tenaga setempat.
Sehubungan dengan kebijaksanaan kontraktor Pertamina semacam itu
penduduk sampai protes. Namun yang menggelisahkan mereka agaknya
bukan cuma itu. Menurut Camat Rigono, karyawan Pertamina waktu
itu banyak yang tidak menetap di desa-desa tempat mereka bekerja
di Indramayu. Artinya tanpa membawa keluarga. Akibatnya banyak
di antara mereka yang nakal. "Gadis, janda, bahkan sementara
wanita yang sudah mempunyai suami pun jadi korban," Camat
menjelaskan.
Wallahualam. Rigono sendiri menyebut akibat lain dari adanya
proyek Pertamina di daerahnya yaitu berkurangnya pendapatan
desa. Bagaimana tidak, dari tanah-tanah itu sebelumnya
pemerintah desa mendapat Ipeda, uang saksi jual beli dan juga
sumbangan hasil panen tanaman panen. Dengan dibebaskannya
sebagian tanah itu oleh Pertamina, dengan sendirinya dana-dana
tersebut berkurang. Padahal, khususnya Ipeda, tidak sepenuhnya
diperuntukkan kas desa. Sebagian harus disetor ke kas kabupaten.
Masyarakat desa di Indramayu yang desanya dijangkau proyek
Pertamina mengharap Pertamina membantu usahausaha sosial.
Misalnya membangun balai desa, masjid atau balai pengobatan.
Menurut Rigono hal itu tidak berlebihan. "Sebagai kompensasi
atas sumber-sumber penghasilan desa yang berkurang justru karena
proyek Pertamina itu sendiri. "
Dan lebih tidak berlebihan lagi jika diingat, bahwa 250 Kepala
Keluarga dari Desa Balongan belum lama ini mencatatkan diri
untuk bertransmigrasi ke luar Jawa. Padahal penduduk desa di
Indramayu selama ini punya prinsip 'mati urip ning jagat dewek'.
Artinya hidup mati di kampung sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini