Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

<font size=2 color=#CC0000>PENGUKUHAN</font><br /><B>Harno Dwi Pranowo</B>

16 Februari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNIVERSITAS Gadjah Mada mengukuhkan Harno Dwi Pranowo sebagai guru besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Balai Senat UGM, Yogyakarta, Selasa pekan lalu. Dalam pidatonya, dosen Jurusan Kimia FMIPA UGM ini menyampaikan orasi ilmiah bertajuk ”Pe­ran Kimia Komputasi dalam Desain Molekul Obat”.

Pria kelahiran Banyuwangi, Jawa Timur, 31 Juli 1965 ini mengungkapkan proses mendesain obat baru dan mengedarkannya ke te­ngah masyarakat merupakan proses yang kompleks, memakan waktu lima hingga tujuh tahun, dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit (US$ 50-100 juta). Hal itu menjadi tantangan bagi peneliti untuk menghasil­kan strategi serta upaya efektif dan ekonomis untuk penemuan obat baru. ”Salah satu strategi yang banyak dikembangkan untuk desain molekul obat baru adalah pemanfaatan metode ki­mia ­komputasi (­computational ­chemistry),” ujar Direktur Eksekutif Sub-Proyek Quality for Undergraduate Education (QUE) UGM ini.

MENINGGAL
Bijah Subijanto

GURU Besar Universitas Pancasila dan Deputi Bidang Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Lembaga Ketahanan Nasional, Laksamana Muda (Purnawirawan) Bijah Subijanto, ­meninggal di Fuda Centre ­Hospital, Guangzhou, Cina, Jumat dua pekan lalu. Mantan Deputi VII Bidang Informasi dan Teknologi Badan Intelijen Nasio­nal (BIN) itu di Cina te­ngah menjalani ­pengobatan kanker prostat. Almarhum diterbangkan ke Tanah Air pada Selasa pekan lalu dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, esok harinya.

Nama Bijah sempat muncul dalam kesaksian Choirul Anam, anggota tim legal Komite Aksi Solida­ritas untuk Munir, dalam sidang pengadilan Pollycarpus, terdakwa pembunuh aktivis hak asasi itu, tiga tahun lalu. Bijah, yang saat itu menjabat Deputi Bidang Informasi dan Teknologi BIN, disebut-sebut pernah meng­undang Munir sebelum berangkat ke Belanda.

MENINGGAL
Anton Timur Jaelani

PENDIRI organisasi Pelajar Islam Indonesia Anton Timur Jaelani, 86 tahun, meninggal pada Sabtu dua pekan lalu, sekitar pukul 11.00 di kediamannya, Jalan Kramat VII No. 9, Jakarta Pusat. Almarhum dimakamkan di kompleks pemakaman Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang, keesokan harinya.

Lelaki kelahiran Purworejo, Jawa Tengah, 27 Desember 1922 itu pernah menjabat Inspektur Jenderal Departemen Agama (1972-1978) dan Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam (1978-1983). Dosen Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah ini juga pernah menjadi delegasi Indonesia pada World Conference on Religion and Peace di New Delhi (1981), Seoul (1986), Kathmandu (1990), dan Roma (1994).


”Saya berani sumpah pocong model apa pun, kalau saya terima.”

Ketua Komisi Perhubungan DPR, Ahmad Muqowam, di Jakarta Rabu pekan lalu, membantah dirinya ikut menikmati uang dari rekanan pengadaan kapal patroli Departemen Perhubungan.

”Hanya ada di Indonesia, tidak ada di tempat lain. Di dunia pun tak pernah ada seperti itu.”

Politikus PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo, di Jakarta, Rabu pekan lalu, menanggapi permintaan maaf Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada Partai Golkar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus