Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA membuka tahun 2004 dengan sebuah proyek kontroversial: busway. Dan siapa lagi bintangnya kalau bukan Gubernur DKI Jakarta kala itu, Sutiyoso. Sang Gubernur mencanangkan, Jakarta bakal memiliki 13 koridor moda angkutan ini pada 2010.
Busway adalah sistem transportasi yang disontek dari Bogota, Kolombia. Sutiyoso berharap moda ini dapat mengobati kemacetan di Ibu Kota. Tapi sebagian warga sangsi.
Toh, Sutiyoso terkenal dengan jurus ”Maju Terus”—lihat saja proyek pemagaran Monas, air mancur Bundaran Hotel Indonesia, dan patung Jenderal Sudirman. Ia pun terus maju dengan proyek busway-nya, sungguhpun harus bergesekan dengan Menteri Perhubungan kala itu, Agum Gumelar, yang juga menjadi seniornya di militer. Waktu itu, Agum meminta proyek ini diundurkan dan pembangunannya melibatkan departemennya.
Empat tahun sudah proyek ini berjalan. Belakangan ini perdebatan soal efektivitas moda transportasi ini dalam mengurai kemacetan kembali memanas. Pemicunya adalah kemacetan parah di sepanjang koridor busway yang tengah dibangun. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sampai membawa masalah ini ke rapat kabinet dan meminta Gubernur Jakarta Fauzi Bowo mengatasi kemacetan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo