Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setengah tahun setelah perombakan Kabinet Indonesia Bersatu, sebagian menteri yang dicopot memperoleh posisi baru. Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Hamid Awaludin, mantan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Sugiharto, serta mantan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh akan segera menjadi diplomat.
Hamid dicalonkan menjadi duta besar di Athena, Yunani, dan Sugiharto menjadi calon duta besar di London, Inggris. Adapun Abdul Rahman akan ditempatkan di Kopenhagen, Denmark. ”Untuk benar-benar jadi duta besar masih harus melalui ujian di Dewan Perwakilan Rakyat,” kata Arman, panggilan mantan Jaksa Agung itu, Jumat pekan lalu.
Menurut sumber Tempo, daftar para calon duta besar itu telah diajukan ke DPR pada awal pekan lalu. Dalam daftar itu tak ada nama Yusril Ihza Mahendra dan Saefulah Yusuf, dua menteri yang juga dicopot oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Mei lalu.
Saat dicopot dari kursi Menteri Sekretaris Negara, Yusril sebenarnya juga ditawari menjadi duta besar, namun mantan Ketua Umum Partai Bulan Bintang itu menolak. Adapun Saefulah mengatakan sama sekali tidak pernah ditawari. ”Saya tidak pernah ditawari jabatan apa pun, termasuk duta besar,” kata Saefulah, yang kini menjadi komisaris Bank Rakyat Indonesia.
Pos duta besar ini memang merupakan kompensasi atas pencopotan Sugiharto, Hamid, dan Arman. Posisi sebagai duta besar di Inggris bahkan sudah disampaikan kepada Sugiharto oleh Menteri Sekretaris Kabinet Sudi Silalahi tiga hari sebelum perombakan kabinet diumumkan oleh Presiden Yudhoyono.
Saat menyampaikan kepastian pencopotannya sebagai menteri, Sudi Silalahi mengatakan kepada Sugiharto bahwa aktivis Partai Persatuan Pembangunan itu akan tetap membantu presiden. ”Pak Sudi saat itu mengatakan bahwa Sugiharto akan ditempatkan di sebuah negara yang penting, maksudnya Inggris,” kata orang dekat Sugiharto.
Adapun kepastian posisi baru Hamid dan Arman baru disampaikan bulan lalu. Mereka diminta mengikuti uji kelayakan dan kepatutan di DPR, yang akan digelar pada 26–27 November 2007. Ketika dihubungi Tempo, keduanya menolak berkomentar. ”Pencalonan itu kan dari Departemen Luar Negeri,” kata Hamid, yang oleh koleganya di Komisi Pemilihan Umum dipanggil ”Meneer”. Adapun Arman mengatakan, ”Komentarnya nanti saja, setelah saya benar-benar jadi.”
Ada kemungkinan hanya pencalonan Arman yang bakal mulus di parlemen. Beberapa anggota Komisi Luar Negeri DPR siap-siap menyorot Sugiharto dan Hamid. Jeffrey Johanes Massie, misalnya, menilai penempatan Sugiharto tidak pas. ”Inggris itu negara penting, mestinya ditempatkan diplomat senior. Mengapa justru ditunjuk Sugiharto?” kata anggota dari Partai Damai Sejahtera itu.
Peran Hamid Awaludin dalam pencairan duit Hutomo Mandala Putra dari Bank Paribas, London, juga akan diungkit. Saat menjadi Menteri Hukum, Hamid membuka rekening khusus di departemennya untuk memuluskan pencairan uang putra bungsu mantan presiden Soeharto itu. ”Kami akan mempersoalkan,” kata Djoko Susilo, anggota dari Partai Amanat Nasional.
Selain tiga mantan anggota kabinet Yudhoyono itu, dalam daftar juga ada mantan Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal Da’i Bachtiar sebagai calon duta besar di Kuala Lumpur, Malaysia, dan anggota DPR Andi M. Ghalib sebagai calon Duta Besar di New Delhi, India. ”Jadi, anggota DPR dan duta besar sama-sama penting. Tapi ini penugasan dan saya siap,” kata Ghalib, Jaksa Agung kabinet B.J. Habibie yang kini menjadi politisi Partai Persatuan Pembangunan.
Ada pula calon duta besar dari diplomat karier, antara lain Yuri Octavian Thamrin (Rusia), Wahid Supriyadi (Uni Emirat Arab), Hari Purwanto (Finlandia), dan Banua Radja Manik (Kuba).
Budi Setyarso
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo