Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Event

Ahok dan Ganjar Pranowo Serukan Pembaruan Kebijakan Pendidikan Indonesia

Ahok menegaskan bahwa pendidikan Indonesia harus berlandaskan keadilan sosial, bukan sekadar mengikuti konsep neoliberalisme maupun sosialisme.

29 Januari 2025 | 07.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, saat tampil sebagai pembicara di Sarasehan untuk Negeri (Seruni) di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin, 25 November 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Info Event - Sarasehan untuk Negeri (Seruni) yang diinisiasi mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) menggelar program BerembukBerdampak di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin, 25 November 2024. Diskusi bertajuk “Harapan dan Tantangan Lanskap Pendidikan dalam Era Orientasi Pasar” ini mengupas isu pendidikan dengan menghadirkan berbagai elemen masyarakat, termasuk mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ganjar membuka acara ini melalui sambutan video yang menyoroti pentingnya pendidikan dalam memajukan peradaban bangsa. Ia menekankan bahwa pemerintah harus menjamin ketersediaan dana pendidikan dan menempatkan guru sebagai elemen kunci dalam meningkatkan kualitas pendidikan. “Jika jumlah guru kurang, dan yang ada pun berkualitas rendah, tentu berdampak pada kualitas pendidikan,” ujar Ganjar. Ia menutup pesannya dengan seruan agar kebijakan pendidikan lebih berpihak pada rakyat, terutama keluarga yang berada di bawah garis kemiskinan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setelah keynote speech Ganjar, audiensi dilanjutkan dengan kajian yang dipaparkan oleh Aliansi Mahasiswa FEB UI bertajuk “Jual Ilmu, Beli Masa Depan: Dilema Akses Pendidikan dan Alokasi Anggaran dalam Era Neoliberal pada Pendidikan Indonesia.” Kajian tersebut membahas isu liberalisasi pendidikan di Indonesia, khususnya tantangan yang dihadapi Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH) serta keterbatasan ruang fiskal yang mempersulit akses pendidikan.

Fahmi Wibawa, Direktur Eksekutif Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), turut memberikan pandangannya. Dalam pemaparannya yang berjudul “Pengaruh Neoliberalisme Terhadap Implementasi Pendidikan, Serta Kaitannya dengan Nilai-Nilai Pancasila,” Fahmi mengelaborasi dampak neoliberalisme terhadap sistem pendidikan dan bagaimana hal itu menciptakan kesenjangan sosial antarpelajar.

Diskusi semakin mendalam pada sesi tanggapan yang menghadirkan Ir. Basuki Tjahaja Purnama M.M. (Ahok). Ahok menegaskan bahwa pendidikan Indonesia harus berlandaskan keadilan sosial, bukan sekadar mengikuti konsep neoliberalisme maupun sosialisme. “Sebetulnya Pancasila itu memberikan satu konsep, memeratakan lapangan tanding, ya keadilan sosial,” tegas Ahok. “PTN-BH, kan mau bisnis nih, kalau mau bisnis, pakai nurani, bukan asal untung. Kita bukan neoliberal, kita pancasilais,” tambahnya.

Selain Ahok, Yanuar Farida Wismayanti, S.ST., M.A., Ph.D., Kepala Pusat Riset Kebijakan Publik ORTKPEKM-BRIN, dan Stephen Pratama, Lead Lingkar Studi Kebijakan Pendidikan di Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK), juga menyampaikan pandangan mereka. Keduanya menekankan pentingnya kolaborasi dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang dapat membangun generasi kritis dan berbudi pekerti baik.

Sebagai sarasehan ke-10 dari Seruni, BerembukBerdampak menjadi forum penting bagi berbagai pemangku kepentingan, penyelenggara pendidikan, dan masyarakat umum, khususnya kaum muda, untuk berdiskusi dan berbagi perspektif mengenai isu pendidikan di Indonesia. Ruang diskusi yang dihadirkan ini diharapkan mampu memicu antusiasme masyarakat untuk mengambil langkah konkret demi masa depan pendidikan yang lebih baik dan terus #BergemaBawaMakna bagi negeri. (*)

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus