Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Album |
Satu lagi diplomat karir senior undur diri. Suryono Darusman, ayah Jaksa Agung Marzuki Darusman, Rabu pekan lalu, pukul 21.25, meninggal dunia di kediamannya dalam usia 81 tahun. Sebelumnya, sekitar dua bulan Suryonoakrab dipanggil Tjoeiterkena stroke dan dirawat di RS Pondokindah, Jakarta Selatan.
Selain menjabat Direktur Jenderal Departemen Luar Negeri, Suryono juga sempat menjabat duta besar di Meksiko (1970-1973), Uni Soviet (1973-1976), dan Swiss (1979-1982). Ilen Suryanegara, budayawan yang juga diplomat senior, memandang Suryono sebagai tokoh yang komplet. Sikap dan pandangan Suryono, menurut Ilen, selalu jadi panutan di kalangan para diplomat. Teman diplomat segenerasi Suryono antara lain almarhum Chaidir Anwar Sani, Kamil, dan Aboe Bakar Loebis.
Suryono juga tergolong orang dengan berbagai bakat, antara lain melukis, menulis, dan bermain musik. "Hampir semua bakatnya dibagi rata pada kelima anaknya," kata Ilen, yang menjabat Duta Besar RI di Prancis, 1970. Bakat diplomasi, tutur Ilen, menurun pada Marzuki Darusman. Lalu, kemampuan bermain musik diwariskan kepada Chandra Darusman, dan bakat menulis diturunkan kepada Taufik Darusman.
Sebelum meninggal, Suryono sempat merasa terganggu dengan rumor yang beredar tentang Marzuki. Rumor yang tak jelas juntrungannya ini menyebut Marzuki sebagai anak tokoh PKI Maruto Darusman. "Tjoei ingin ketemu dan berdiskusi tentang cara menangani rumor ini," kata Ilen. Syukurlah, gosip tak bertanggung jawab ini surut dengan sendirinya. Suryono pun beristirahat dengan tenang di Taman Pemakaman Umum Tanahkusir, Jakarta Selatan.
***
Pelantun lagu Angin Malam itu telah mengembuskan napasnya yang terakhir. Jumat pekan lalu, pukul 07.15, Broery Pesulima meninggal dunia di RS Puri Cinere, Jakarta Selatan. Setelah sekitar satu setengah tahun bertarung melawan stroke, akhirnya Broery kembali ke pangkuan-Nya.
Terlahir sebagai Simon Domingus Pesulima, di Ambon, 56 tahun lalu, Broery termasuk segelintir penyanyi top yang sempat berkibar di dunia internasional. Pada periode 1962-1972, Broery membentuk grup band The Pro's, yang kerap manggung di pentas musik di Singapura, Tokyo, dan New York. Pada 1981, Broery menggaet kontrak dengan Warner Bros, perusahaan rekaman terkemuka di Amerika Serikat, dan meluncurkan album Broery 81.
Di Tanah Air, popularitas penyanyi yang piawai berimprovisasi dan menginterpretasikan berbagai jenis lagu itu tak pernah surut. Dengan teknik bernyanyi yang matang, tak sedikit lagu-lagu pop "cengeng" yang ia nyanyikan berhasil menjadi hits yang bertahan lamaantara lain Aku Begini Engkau Begitu, yang memopulerkan istilah "semangka berdaun sirih". Menginjak usia paruh baya, suara penyanyi yang menggemari Nat King Cole dan penyanyi berkulit hitam lainnya itu tetap dirindukan. Dua tahun lalu, versi cakram padat (CD) album bertitel Best of the Best Broery Marantika-Dewi Yull terjual 200.000 keping. Padahal, banyak album penyanyi lokal lainnya pada waktu itu hanya terjual di kisaran belasan ribu keping.
Dewi Yull, penyanyi yang kerap berduet dengan Broery, menilai teknik menyanyi Broery sangat bagus untuk segala jenis lagu. Dewi juga terkesan dengan tabiat mantan suami penyanyi Anita Sarawak ini. "Biarpun sakit, dia tetap berusaha melucu dan membuat orang lain senang," tutur Dewi.
Kini, Broery sudah tiada. Dia meninggalkan seorang istriWanda Latuperissa, 30 tahundan dua putra: Indonesia Pesulima Putera, 9 tahun, dan Nablia Methaya Pesulima Putri, 8 tahun. Sang Angin Malam itu tak lagi berembus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo