TEMPE dan tahu kali ini tak bisa disepelekan. Mereka masuk
supermarket. Mereka terpampang di stand Pekan Raya Jakarta kali
ini. Tak hanya itu: sementara KOPTI (Koperasi Produsen
Tempe-Tahu Indonesia) mengirim 4 orang untuk kursus membuat tahu
selama 20 hari, di Jepang, tempe muncul di Amerika.
Harian Los Angeles Times pernah memperkenalkannya dengan khas:
tempe adalah "saudara sepupu tahu dari Indonesia."
Seperti juga tahu, makanan asal Cina yang populer di dunia itu,
tempe disebutkan sebagai makanan yang bersumber protein tinggi,
tetapi berharga murah. Kalorinya rendah, juga tidak mengandung
kolesterol tinggi. Harian Los Angeles Times memaklumkan pula:
tempe mudah dicerna, mengandung vitamin B 12 -- vitamin yang
biasanya jarang terdapat dalam makanan yang berasal dari
tumbuhan -- dan mudah dimasak.
Tempe sebenarnya bukan makanan baru untuk Amerika. Diperkirakan
telah dikenal sejak 1950, ketika sekitar 5.000 orang Belanda
Indo bermukim di California. Maklum, lidah mereka tetap
mencintai sayur lodeh, sambel terasi, pete, dan tentu saja
tempe. Dan lidah itu menjalar rupanya. Kalau di tahun 1977 cuma
ada 50 toko yang menjual tempe dan tahu, kini jumlah itu 185.
Scrambled Tempeh
Sejumlah resep tempe gaya Amerika juga muncul. Ada "tempeh egg
rolls" yaitu tempe dicampur wortel dan rebung, dioseng dan
kemudian digulung dalam telur dadar. Mirip lumpia. Yang lainnya
kroket tempe, tempe goreng (tempeb with batter), bahkan
scrambled tempeh, alias oseng-oseng tempe campur udang. Kaum
pendatang Amerika ini juga membuat sop sayur yang ditambah
tempe.
Orang Amerika juga biasa menyertakan tempe dalam selada, dan
jadilah tempeh salads.
Siapa penemu resep tempe gaya Amerika ini? Janto Khoe dan
istrinya, Erna Lauw. Pasangan ini bukan berasal dari Semarang.
Juga bukan berasal dari kawasan Indonesia lainnya. Janto Khoe
berasal dari Filipina. Teman-temannya memang banyak orang
Indonesia, dan tokonya bahkan diberi nama Bali Foods di Baldwin
Park, Los Angeles.
Empat tahun lamanya Khoe mencoba membuat tempe cukup telaten.
"Membuat tempe, sama sulitnya merawat bayi yang sakit," ujarnya.
Selama itu, The Book of Tempeh karangan William Shurtleff dan
istrinya Akiko Aoyagi, yang baru terbit, menjadi pegangannya.
Kini ada tiga pembuat tempe di sekitar Los Angeles.
Masing-masing melekatkan cap buatannya. Bali Foods dalam cap
warna kuning menjelaskan tempe sebagai sova beans cake -- atau
"kue kacang kedelai". Disebutkan juga persentase protein dan
vitamin. Pada sudut capnya, ada gambar Kreshna.
The Istimewa Corporation dalam kertas hijau melekatkan cap
buatan pabrik tempenya. "Istimewa tempe" namanya, berat bersih
12 ons. Pembuat tempe yang lain, dalam kertas putih yang lebih
kecil cuma melekatkan "tempeh R.R.S. Brand." Irisan tempenya
juga lebih tipis, cuma 7,5 ons, berat bersih .
Tempe-tempe itu bisa dibeli di toko Yee Sing Chong, toko
kelontong terkenal bagi orang Indonesia yang bermukim di
California. Di China Town, Los Angeles, juga ada toko Dewi,
Indonesian Food yang menjual tempe, tahu, bawang merah sampai ke
cobek batu segala. Pemiliknya, Richard Djie, kelahiran Blitar 47
tahun yang lalu.
Djie tadinya tukang emas. Tahun 1971 dia sekeluarga pindah ke
Belanda. Buka restoran Dewi. Toko ini kemudian dioperkannya ke
orang lain dan tahun 1975 pindah ke California. "Tempe bikinan
Amerika tak kalah dengan bikinan Indonesia," ujar Djie, ayah
dari 5 orang anak. Tempe Amerika bahkan tampak lebih putih
karena jenis kedelinya lebih bernas dan gemuk.
Kini, tempe banyak dijual di toko-toko yang khusus menjual
makanan bagi orang yang menjaga diri dari penyakit orang
modern, Health Food Shop. Djie berceritera bahwa pada suatu hari
ketika tempe diumumkan sebagai makanan sehat, bergizi tinggi dan
dianjurkan pemerintah untuk dimakan, 'Kami kebanjiran
langganan," ujar Djie.
Orang Indonesia di sana lebih berhati-hati. "Istri saya selalu
membuat tempe sendiri untuk dimakan sendiri," kata Hendrata
Herkata, kelahiran Semarang yang kini mengelola Elteha
International. Tambahnya: "Rasanya lebih enak dari pada beli,"
meskipun kalau musim dingin, tempenya tidak bisa jadi. Ini
merepotkan, sebab, menurut Hendrata, tempe termasuk makanan luks
di Amerika. "Harganya lebih mahal dari pada roti," ujarnya.
Orang Indonesia lainnya juga beranggapan bahwa harga tempe di
Amerika mahal. Bali Foods menjual 11 ons tempe AS$ 1,59. Sekitar
Rp 1.100. Lebih mahal bila dibandingkan dengan harga hati sapi.
Karena itu, mereka cuma sesekali saja beli tempe. Di Indonesia
sebaliknya, orang tidak tiap hari sempat beli hati sapi.
Jadi rupanya tidak gampang di sana untuk jadi bangsa tempe --
meskipun nampaknya itu yang sedang terjadi dengan bangsa
Amerika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini