Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Amerika, insya allah, jadi bangsa...

Tempe tak cuma muncul di pekan raya jakarta, tapi juga berkembang di as. janto khoe dan istrinya erna lauw penemu resep tempe gaya as ini. dianjurkan pemerintah as untuk dimakan. (ils)

13 Juni 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPE dan tahu kali ini tak bisa disepelekan. Mereka masuk supermarket. Mereka terpampang di stand Pekan Raya Jakarta kali ini. Tak hanya itu: sementara KOPTI (Koperasi Produsen Tempe-Tahu Indonesia) mengirim 4 orang untuk kursus membuat tahu selama 20 hari, di Jepang, tempe muncul di Amerika. Harian Los Angeles Times pernah memperkenalkannya dengan khas: tempe adalah "saudara sepupu tahu dari Indonesia." Seperti juga tahu, makanan asal Cina yang populer di dunia itu, tempe disebutkan sebagai makanan yang bersumber protein tinggi, tetapi berharga murah. Kalorinya rendah, juga tidak mengandung kolesterol tinggi. Harian Los Angeles Times memaklumkan pula: tempe mudah dicerna, mengandung vitamin B 12 -- vitamin yang biasanya jarang terdapat dalam makanan yang berasal dari tumbuhan -- dan mudah dimasak. Tempe sebenarnya bukan makanan baru untuk Amerika. Diperkirakan telah dikenal sejak 1950, ketika sekitar 5.000 orang Belanda Indo bermukim di California. Maklum, lidah mereka tetap mencintai sayur lodeh, sambel terasi, pete, dan tentu saja tempe. Dan lidah itu menjalar rupanya. Kalau di tahun 1977 cuma ada 50 toko yang menjual tempe dan tahu, kini jumlah itu 185. Scrambled Tempeh Sejumlah resep tempe gaya Amerika juga muncul. Ada "tempeh egg rolls" yaitu tempe dicampur wortel dan rebung, dioseng dan kemudian digulung dalam telur dadar. Mirip lumpia. Yang lainnya kroket tempe, tempe goreng (tempeb with batter), bahkan scrambled tempeh, alias oseng-oseng tempe campur udang. Kaum pendatang Amerika ini juga membuat sop sayur yang ditambah tempe. Orang Amerika juga biasa menyertakan tempe dalam selada, dan jadilah tempeh salads. Siapa penemu resep tempe gaya Amerika ini? Janto Khoe dan istrinya, Erna Lauw. Pasangan ini bukan berasal dari Semarang. Juga bukan berasal dari kawasan Indonesia lainnya. Janto Khoe berasal dari Filipina. Teman-temannya memang banyak orang Indonesia, dan tokonya bahkan diberi nama Bali Foods di Baldwin Park, Los Angeles. Empat tahun lamanya Khoe mencoba membuat tempe cukup telaten. "Membuat tempe, sama sulitnya merawat bayi yang sakit," ujarnya. Selama itu, The Book of Tempeh karangan William Shurtleff dan istrinya Akiko Aoyagi, yang baru terbit, menjadi pegangannya. Kini ada tiga pembuat tempe di sekitar Los Angeles. Masing-masing melekatkan cap buatannya. Bali Foods dalam cap warna kuning menjelaskan tempe sebagai sova beans cake -- atau "kue kacang kedelai". Disebutkan juga persentase protein dan vitamin. Pada sudut capnya, ada gambar Kreshna. The Istimewa Corporation dalam kertas hijau melekatkan cap buatan pabrik tempenya. "Istimewa tempe" namanya, berat bersih 12 ons. Pembuat tempe yang lain, dalam kertas putih yang lebih kecil cuma melekatkan "tempeh R.R.S. Brand." Irisan tempenya juga lebih tipis, cuma 7,5 ons, berat bersih . Tempe-tempe itu bisa dibeli di toko Yee Sing Chong, toko kelontong terkenal bagi orang Indonesia yang bermukim di California. Di China Town, Los Angeles, juga ada toko Dewi, Indonesian Food yang menjual tempe, tahu, bawang merah sampai ke cobek batu segala. Pemiliknya, Richard Djie, kelahiran Blitar 47 tahun yang lalu. Djie tadinya tukang emas. Tahun 1971 dia sekeluarga pindah ke Belanda. Buka restoran Dewi. Toko ini kemudian dioperkannya ke orang lain dan tahun 1975 pindah ke California. "Tempe bikinan Amerika tak kalah dengan bikinan Indonesia," ujar Djie, ayah dari 5 orang anak. Tempe Amerika bahkan tampak lebih putih karena jenis kedelinya lebih bernas dan gemuk. Kini, tempe banyak dijual di toko-toko yang khusus menjual makanan bagi orang yang menjaga diri dari penyakit orang modern, Health Food Shop. Djie berceritera bahwa pada suatu hari ketika tempe diumumkan sebagai makanan sehat, bergizi tinggi dan dianjurkan pemerintah untuk dimakan, 'Kami kebanjiran langganan," ujar Djie. Orang Indonesia di sana lebih berhati-hati. "Istri saya selalu membuat tempe sendiri untuk dimakan sendiri," kata Hendrata Herkata, kelahiran Semarang yang kini mengelola Elteha International. Tambahnya: "Rasanya lebih enak dari pada beli," meskipun kalau musim dingin, tempenya tidak bisa jadi. Ini merepotkan, sebab, menurut Hendrata, tempe termasuk makanan luks di Amerika. "Harganya lebih mahal dari pada roti," ujarnya. Orang Indonesia lainnya juga beranggapan bahwa harga tempe di Amerika mahal. Bali Foods menjual 11 ons tempe AS$ 1,59. Sekitar Rp 1.100. Lebih mahal bila dibandingkan dengan harga hati sapi. Karena itu, mereka cuma sesekali saja beli tempe. Di Indonesia sebaliknya, orang tidak tiap hari sempat beli hati sapi. Jadi rupanya tidak gampang di sana untuk jadi bangsa tempe -- meskipun nampaknya itu yang sedang terjadi dengan bangsa Amerika.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus