Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Antara pengemis dan dokter

4 April 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saya dan beberapa teman terkejut sewaktu menyaksikan penayangan acara "Seputar Indonesia" di SCTV pada 8 Maret 1992. Di situ diulas kehidupan dan pendapatan seorang pengemis di kota besar. Rata-rata para pengemis itu memperoleh penghasilan Rp 10 ribu per hari atau Rp 3,6 juta per tahun. Ini dengan asumsi seorang pengemis tidak pernah mengenal hari libur. Pendapatan pengemis ini ternyata jauh di atas penghasilan tetap saya sebagai seorang dokter swasta. Perlu diketahui, saya saat ini masih aktif bekerja pada salah satu rumah sakit swasta besar di Surabaya dengan masa kerja 10 tahun. Dengan jam kerja minimal 8 jam, tapi lebih sering 18 jam sehari tanpa mengenal istilah lembur atau libur. Di samping itu, kami menikmati fasilitas lain yang serba minim, misalnya makan utama dengan gizi ala kadarnya sekali sehari. Melihat keadaan ini, timbul pertanyaan dalam hati saya: "Apakah mereka (pengemis) juga wajib membayar pajak sebagai layaknya seorang warga Indonesia yang baik?" Nama dan alamat pada Redaksi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus