Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo, 27 Juni 2004
Acara bedah buku itu akhirnya jadi juga digelar oleh Mayor Jenderal (Purn.) Kivlan Zen. Sekitar tiga ratus orang yang berdesakan di aula Perpustakaan Nasional, Salemba, Jakarta Pusat, takjub mendengar bekas Kepala Staf Kostrad itu berkisah tentang perkara gawat: konflik para jenderal di lingkungan TNI Angkatan Darat.
Berjudul Konflik dan Integrasi TNI AD dan diterbitkan oleh Institute for Policy Studies, buku setebal 178 halaman itu padat dengan kisah buram dalam sejarah TNI. Kivlan pun lincah bertutur, terutama tentang peran bekas Panglima ABRI, Jenderal (Purn.) Wiranto menjelang Sidang Istimewa MPR 10 November 1998.
Saat itu, Jakarta sedang tegang. Sebagian kelompok masyarakat dan mahasiswa menolak sidang yang dianggap cuma melegalkan posisi Habibie sebagai pengganti Soeharto. Kivlan dipanggil lagi oleh Wiranto dan diperintahkan mengerahkan massa untuk menghalau kelompok antisidang. Wiranto, sang calon presiden, membantah kisah itu.
Pekan lalu, sebuah buku yang juga menguak kisah buram tentara kembali terbit. Kali ini penulisnya mantan presiden Habibie. Dalam buku setebal 549 halaman itu, Habibie menyebut Pangkostrad Letjen Prabowo Subianto mengerahkan pasukan tanpa izin Panglima ABRI. Habibie memerintahkan Wiranto mencopot Prabowo. Menantu mantan presiden Soeharto ini juga membantah isi buku itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo