Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Arthur Dan Iwan Dalam Pakaian Jadi

Koleksi pakaian jadi milik Iwan Tirta dan Arthur Tambunan dipamerkan. Keduanya mempunyai ciri yang sama, tidak mencolok & potongannya sederhana.(ils)

7 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ADA dua pameran pakaian yang patut mendapat perhatian bagi peminat mode. Koleksi 450 di butik Iwan Tirta 2000, rumah mode baru di kawasan Kebayoran Baru. Yang kedua: Koleksi Puncak 1977 (judul asli berbunyi: Grand Collection 1977) dengan pemrakarsa Arthur Tambunan International. Keduanya telah berlangsung di bulan April kemarin dan keduanya pula mempunyai ciri yang sama: mengetengahkan pakaian jadi dengan harga terendah Rp 7.500 -- suatu harga yang relatif murah kalau dihitung dengan harga kain, ongkos jahit dan gengsi. Potongan baju dari Iwan Tirta seperti jamaknya - tidak membawakan gaya yang menyolok. Bahkan bisa digolongkan potongan yang sederhana, bisa dipakai oleh semua umur. Seperti: rok dan blus gaya kemeja, lengan panjang dengan leher potongan Cina, rok span dengan belahan yang tidak begitu tinggi dan rok panjang longgar dengan tali kecil, punggung terbuka. Bonek Ambon Tapi apa yang menarik dari Iwan Tirta adalah motif-motif batiknya yang setiap pameran, keluar pula motif-motif batik baru. Seni dalam batik tetap dia junjung dan rasa eksklusif dari pembeli tetap dijaga. Biarpun baju dengan motif tertentu toh tidak dia buat untuk selembar baju saja, tapi pembuatan model rok dengan motif tertentu tidak akan dia buat lebih dari 10 potong. Motif batik dengan nama pohon aren (dengan warna kuning, hitam, hijau atau merah gambir) mengingatkan orang akan coretan lukisan anak kecil tentang pohon, apa saja. Daun aziz (rupanya diciptakan oleh Aziz) dengan warna hitam putih, coklat sogan, hijau lumut, bisa saja diambil dari daun seperti kemuning, selada air bahkan beringin. Pagar ayu adalah nama motif (dan jangan diartikan dalam pengertian bahasa Jawa) yang penuh alur-alur pohon yang biasanya menjalar di pagar. Kalau motif ini digali, pagar ayu adalah pengembangan motif batik asli dengan nama bledak, motif yang penuh dengan tanam-tanaman dan binatang di sela-sela tumbuhan. Kali ini, pagar ayu-nya Iwan tidak menampilkan hewan. Sebagai gantinya, dia memunculkan daun sirih yang cukup menonjol besarnya. Koleksi yang juga menyebutkan bahwa batik-batik tersebut dibuat dari katun tenun Tegal, voile Banda, telah menampilkan pula motif Boneka Ambon. Dengan warna hitam putih, boneka yang terdapat dalam lukisan-lukisan primitif ini berdiri berjajar seperti wayang. "Koleksi 450", demikian kata Iwan, "adalai persembahan khusus bagi ibukota Jakarta" yang tak lama lagi berulang tahun ke-450. Sutera Eksotis Bagi Arthur Tambunan dan rekan-rekannya (yang "berlatar belakang intelegensia yang tak terkalahkan" - demikian tulis buku programa) penampilan kali ini lebih mantap. Mungkin karena Arthur akhirnya ingin menjejakkan kakinya di tanah air sendiri. Setelah menampilkan pameran pakaian untuk ekspor September tahun lalu, Arthur International mencoba menyajikan pakaian jadi untuk konsumsi dalam negeri. Dari pret-a-porter de luxe tahun lalu, kini pindah ke pret-a-porter speciale. Terbuat dari kain katun tebal, Arthur mengemukakan warna-warna hyau lumut, khaki untuk potongan milita look. Beberapa pakaian santainya disajikan dengan warna putih, merah atau hitam dengan bis warna kontras di bagian lengan atau leher. Koleksinya yang lain ialah pakaian sack (model karung) untuk pakaian santai, atau menyerupai kaftan dan tunic. Celana panjang dengan ujung kaki menyempit, dikombinasikan dengan blus longgar bergaris-garis. Arthur tidak lagi mengeluarkan baju gaya mod, yang cuma bisa dipakai oleh segelintir orang atau beberapa kali pakai saja. Warna-warna seperti hitam, putih, hijau dan merah dengan beberapa titik perhatian melalui warna kontras di bagian leher atau lengan atau dada. Bagi Arthur, baju malam dengan warna hitam, putih atau emas, tetap merupakan pakaian malam yang anggun dan eksotis. Pujian perlu dijatuhkan pada kain sutera asal Sulawesi Selatan. Motif sutera yang bergaris-garis dia gunting untuk model karung, pinggang yang sedikit ke bawah, gaya sportif atau dia jadikan rok panjang untuk malam hari pada acara resmi. Juga warna-warna seperti merah muda, hijau menyala dari sutera tersebut bisa dipadukan dengan manisnya. Yang jadi persoalan ialah: kalau seandainya pesanan melimpah bisakah industri sutera Sulawesi Selatan memenuhi permintaan pasaran? Dengan iringan lagu Diamond are Forever, Arthur menutup acaranya sebagai grande finale untuk pakaian malam resmi yang anggun dan tentu saja yang mahal. Ditampilkan pula beberapa perhiasan dari Spiro, baju-baju panjang ciptaan Arthur terbuat dari bahan chiflon, sutera India dengan warna monopol hitam, putih dan perak emas. Arthur mengakui, bahwa "untuk pakaian malam ini saya menggunakan bahan-bahan dari luar negeri". Ini untuk sekedar dicocokkan dengan sapir, rubi, mutiara atau berlian dari Spiro. Selama dua malam, Arthur Tambunan telah melontarkan sebanyak 80 potong model di Bali Room, Hotel Indonesia Sheraton.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus