ADA dua pameran pakaian yang patut mendapat perhatian bagi
peminat mode. Koleksi 450 di butik Iwan Tirta 2000, rumah mode
baru di kawasan Kebayoran Baru. Yang kedua: Koleksi Puncak 1977
(judul asli berbunyi: Grand Collection 1977) dengan pemrakarsa
Arthur Tambunan International. Keduanya telah berlangsung di
bulan April kemarin dan keduanya pula mempunyai ciri yang sama:
mengetengahkan pakaian jadi dengan harga terendah Rp 7.500 --
suatu harga yang relatif murah kalau dihitung dengan harga kain,
ongkos jahit dan gengsi.
Potongan baju dari Iwan Tirta seperti jamaknya - tidak
membawakan gaya yang menyolok. Bahkan bisa digolongkan potongan
yang sederhana, bisa dipakai oleh semua umur. Seperti: rok dan
blus gaya kemeja, lengan panjang dengan leher potongan Cina, rok
span dengan belahan yang tidak begitu tinggi dan rok panjang
longgar dengan tali kecil, punggung terbuka.
Bonek Ambon
Tapi apa yang menarik dari Iwan Tirta adalah motif-motif
batiknya yang setiap pameran, keluar pula motif-motif batik
baru. Seni dalam batik tetap dia junjung dan rasa eksklusif dari
pembeli tetap dijaga. Biarpun baju dengan motif tertentu toh
tidak dia buat untuk selembar baju saja, tapi pembuatan model
rok dengan motif tertentu tidak akan dia buat lebih dari 10
potong. Motif batik dengan nama pohon aren (dengan warna kuning,
hitam, hijau atau merah gambir) mengingatkan orang akan coretan
lukisan anak kecil tentang pohon, apa saja. Daun aziz (rupanya
diciptakan oleh Aziz) dengan warna hitam putih, coklat sogan,
hijau lumut, bisa saja diambil dari daun seperti kemuning,
selada air bahkan beringin.
Pagar ayu adalah nama motif (dan jangan diartikan dalam
pengertian bahasa Jawa) yang penuh alur-alur pohon yang biasanya
menjalar di pagar. Kalau motif ini digali, pagar ayu adalah
pengembangan motif batik asli dengan nama bledak, motif yang
penuh dengan tanam-tanaman dan binatang di sela-sela tumbuhan.
Kali ini, pagar ayu-nya Iwan tidak menampilkan hewan. Sebagai
gantinya, dia memunculkan daun sirih yang cukup menonjol
besarnya.
Koleksi yang juga menyebutkan bahwa batik-batik tersebut dibuat
dari katun tenun Tegal, voile Banda, telah menampilkan pula
motif Boneka Ambon. Dengan warna hitam putih, boneka yang
terdapat dalam lukisan-lukisan primitif ini berdiri berjajar
seperti wayang. "Koleksi 450", demikian kata Iwan, "adalai
persembahan khusus bagi ibukota Jakarta" yang tak lama lagi
berulang tahun ke-450.
Sutera Eksotis
Bagi Arthur Tambunan dan rekan-rekannya (yang "berlatar belakang
intelegensia yang tak terkalahkan" - demikian tulis buku
programa) penampilan kali ini lebih mantap. Mungkin karena
Arthur akhirnya ingin menjejakkan kakinya di tanah air sendiri.
Setelah menampilkan pameran pakaian untuk ekspor September tahun
lalu, Arthur International mencoba menyajikan pakaian jadi untuk
konsumsi dalam negeri. Dari pret-a-porter de luxe tahun lalu,
kini pindah ke pret-a-porter speciale. Terbuat dari kain katun
tebal, Arthur mengemukakan warna-warna hyau lumut, khaki untuk
potongan milita look. Beberapa pakaian santainya disajikan
dengan warna putih, merah atau hitam dengan bis warna kontras di
bagian lengan atau leher. Koleksinya yang lain ialah pakaian
sack (model karung) untuk pakaian santai, atau menyerupai kaftan
dan tunic. Celana panjang dengan ujung kaki menyempit,
dikombinasikan dengan blus longgar bergaris-garis. Arthur tidak
lagi mengeluarkan baju gaya mod, yang cuma bisa dipakai oleh
segelintir orang atau beberapa kali pakai saja.
Warna-warna seperti hitam, putih, hijau dan merah dengan
beberapa titik perhatian melalui warna kontras di bagian leher
atau lengan atau dada. Bagi Arthur, baju malam dengan warna
hitam, putih atau emas, tetap merupakan pakaian malam yang
anggun dan eksotis.
Pujian perlu dijatuhkan pada kain sutera asal Sulawesi Selatan.
Motif sutera yang bergaris-garis dia gunting untuk model karung,
pinggang yang sedikit ke bawah, gaya sportif atau dia jadikan
rok panjang untuk malam hari pada acara resmi. Juga warna-warna
seperti merah muda, hijau menyala dari sutera tersebut bisa
dipadukan dengan manisnya. Yang jadi persoalan ialah: kalau
seandainya pesanan melimpah bisakah industri sutera Sulawesi
Selatan memenuhi permintaan pasaran?
Dengan iringan lagu Diamond are Forever, Arthur menutup acaranya
sebagai grande finale untuk pakaian malam resmi yang anggun dan
tentu saja yang mahal. Ditampilkan pula beberapa perhiasan dari
Spiro, baju-baju panjang ciptaan Arthur terbuat dari bahan
chiflon, sutera India dengan warna monopol hitam, putih dan
perak emas. Arthur mengakui, bahwa "untuk pakaian malam ini saya
menggunakan bahan-bahan dari luar negeri". Ini untuk sekedar
dicocokkan dengan sapir, rubi, mutiara atau berlian dari Spiro.
Selama dua malam, Arthur Tambunan telah melontarkan sebanyak 80
potong model di Bali Room, Hotel Indonesia Sheraton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini