Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Membaca Tempo
TURUT prihatin atas apa yang dialami Bapak Muhisom Setiaki seperti diceritakannya di rubrik Surat edisi 3-9 Oktober 2022 tentang sulitnya mencari majalah Tempo di Temanggung, Jawa Tengah. Memang untuk mendapatkan media cetak, khususnya majalah, kini agak sulit, apalagi di daerah-daerah yang lingkupnya kecil.
Saya setuju dengan beliau untuk membaca koran atau majalah guna lebih memahami apa yang sedang terjadi. Sering saya temui berita-berita yang berseliweran di dunia maya minim esensi. Lebih parahnya lagi sulit dipertanggungjawabkan validitasnya.
Di tempat saya sekarang di Surakarta, Jawa Tengah, tidak sulit untuk mendapatkan majalah Tempo. Bahkan di toko buku seperti Gramedia masih terpampang rapi dan terkadang masih ada edisi sebelumnya. Kalau saya ingin membaca Tempo, saya titip saja ke loper koran langganan dekat kampus dan saya bayar keesokan harinya.
Saya dan beliau punya harapan yang sama: media cetak jangan sepenuhnya ditinggalkan. Sebab, sejatinya media digital itu diciptakan sebagai pelengkap, bukan pengganti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alvin Lazuardie Alkhaf
Surakarta, Jawa Tengah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terima kasih Pak Alvin telah setia menjadi pembaca Tempo. Semoga Anda selalu sehat.
Kata Ganti “Kita”
SALAH kaprah penggunaan kata ganti orang pertama jamak “kita” makin memprihatinkan karena juga terjadi pada momen dan acara-acara formal, termasuk oleh para pejabat negara. Misalnya, saat memberi keterangan kepada wartawan, pejabat Kepolisian RI selalu mengatakan seperti ini: “Kita akan melakukan gelar perkara untuk kasus ini. Dari hasil gelar perkara, kita akan menentukan proses hukum ini dilanjutkan atau tidak.”
Kata ganti orang pertama jamak dalam konteks seperti itu yang benar adalah “kami”. Sebab, “kita” berarti yang diajak bicara terlibat dalam kegiatan tersebut (gelar perkara). Tentu wartawan tidak ikut melakukan gelar perkara. Adapun “kami” berarti orang yang diajak bicara tidak terlibat dalam kegiatan itu.
Sedangkan kata “kami” sangat jarang digunakan, padahal yang dimaksud adalah “kami”, bukan “kita”. Saya juga belum paham sebenarnya kaidah bahasa Indonesia apa yang digunakan media di Indonesia, termasuk Tempo, dalam penulisan dan pembacaan nama depan dan nama belakang nama orang.
Pada orang tertentu yang ditulis nama depannya, pada orang yang lain ditulis nama belakangnya. Contohnya pada pemberitaan kasus pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir Yosua). Untuk peringkasan, nama Ferdy Sambo, yang ditulis nama belakangnya: “Sambo”. Tapi pada Putri Candrawathi yang ditulis nama depannya: “Putri”. Brigadir Yosua, yang ditulis dengan huruf depan Y, disingkat menjadi “Brigadir J”, seharusnya kan “Brigadir Y”? Apakah pedomannya hanya yang enak diucapkan? Tidak adakah kaidah baku dalam bahasa Indonesia untuk itu?
Daniel H.T.
Surabaya, Jawa Timur
Anda benar, Pak Daniel. Penyebutan nama panggilan untuk orang Indonesia seharusnya nama depan. Di Tempo, kami memakai nama depan setelah penyebutan nama lengkap. Kadang menyelinginya dengan nama panggilan agar tak membosankan.
Koperasi Tolak Diawasi OJK
KAMI dari Koperasi Simpan Pinjam Credit Union menolak dengan tegas koperasi diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) seperti yang tertuang dalam Rancangan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (RUU PPSK). Ide OJK mengawasi koperasi adalah bentuk kriminalisasi dan pengkerdilan terhadap koperasi serta ketidakpahaman pemangku kepentingan terhadap esensi koperasi. Dalam Undang-Undang Dasar 1945, koperasi adalah jati diri bangsa. Mengkerdilkan koperasi sama dengan melanggar UUD 1945. Kami dari koperasi tidak diberi ruang untuk berbicara dalam pembahasan RUU PPSK ini.
Edi Petebang
Pontianak, Kalimantan Barat
RALAT
Tan Paulin. Repro/TEMPO
Pada Tempo edisi 21-27 November 2022 halaman 68 terjadi kekeliruan pemasangan foto Tan Paulin di artikel “Pemain Lama Ratu Batu Bara”. Foto yang tampil di artikel tersebut adalah foto Eunike Lenny Silas. Foto Tan Paulin yang benar seperti tertera di bawah ini. Kami mohon maaf kepada Eunike Lenny Silas atas kekeliruan ini.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo