SEPAROH dari wilayah Kecamatan Gerung, kabupaten Lombok Barat
paling selatan berupa bukit-bukit ditutupi hutan. Terdiri dari 9
buah desa dengan jumlah penduduk lebih dari 86.000 jiwa di sini
terdapat sebuah tempat bernama Bangko-Bangko. Ia bukan kampung
atau desa, karena tak ada manusia yang mau tinggal di sana,
meskipun arealnya cukup luas. Hanya ada sebuah kampung yang
nongkrong sendirian di dekat-dekat sana, yaitu kampung Labuan
Poh, yang lokasinya di tepi pantai menghadap ke arah samudra
Hindia yang telanjang lepas. Di Bangko-Bangko ini banyak
terdapat binatang buruan: babi hutan & menjangan. Tapi yang
nauzubillah jumlahnya adalah babi hutan. Binatang-binatang ini
belum banyak berkenalan dengan mahluk yang bernama manusia.
Karena, di samping Bangko-Bangko ini tidak dihuni manusia, juga
karena ia memang sangat jarang mendapat kunjungan manusia,
terkecuali yang punya hobby berpetualang, seperti pemburu.
Soalnya lagi, untuk mencapai tempat ini dengan kendaraan darat
maupun laut, bukan pekerjaan mudah. Barangkali kalau
kurang-kurang perlu, orang tak bakal berkunjung. Sarana
perhubungan darat yang menjurus ke arah Bangko-Bangko dan juga
ke beberapa desa lainnya di wilayah kecamatan Gerung,
kondisinya luar biasa buruk. Di musim penghujan, jalan-jalan ini
praktis tak bisa dilalui kendaraan. Maka untuk mencapainya,
orang kudu berjalan kaki. Lewat laut dengan bersampan tempel
cukup berbahaya. Laut selat Lombok yang terkenal ganas sering
mengundang peristiwa-peristiwa yang beMkibat fatal kalau nasib
lagi sial.
Hunting Area
Keadaan seperti itu membuat Bangko-Bangko jadi semacam daerah
terselimut kabut misteri. Konon banyak pemburu yang tersesat.
Atau kembali dengan tangan hampa, meski di sana binatang buruan
tak terhitung jumlahnya. Bahkan tak sedikit yang jatuh sakit
setiba di rumah. Dan kalau bisa sembuh bukannya di tangan
dokter, tapi dukun. Menurut keterangan beberapa orang penduduk
yang berdiam di sekitar itu, konon untuk berburu ke sana kalau
mau berhasil -- seorang pemburu tidak hanya mengandalkan
kebolehan menembak tepat sebagai syarat utama, tapi juga harus
terlebih dahulu minta izin kepada para penghuni hutan yang konon
terdiri dari roh-roh halus. Tentu saja minta izin lewat
kebolehan dukun yang kenal akrab dengan keangkeran itu hutan.
Tapi lepas dari soal yang berbau tahyul itu, mengingat binatang
buruan begitu banyak jumlahnya di wilayah ini -- timbul gagasan
di benak Lalu Nurdan, camat Gerung yang kebetulan punya profil
wajah yang terbilang mirip Alfred Hitchock: alangkah baiknya
kalau tempat yang sepi manusia tapi ramai binatang buruan itu
dirubah menjadi sebuah hunting area. Kira-kira pak camat mau
meniru daerah perburuan 'Baluran' di Jawa Timur, begitu. "Dengan
begitu, bisa menambah jumlah objek pariwisata di NTB", kata Lalu
Nurdan kepada TEMPO . Kira-kira bagaimana realisasinya? "Saya
akan coba-coba mengemukakan gagasan itu kepada bupati",
tambahnya.
Gun Of Navarone
Dari segi militer, Bangko-Bangko ternyata juga dipandang
strategis. Buktinya: pada saat PD ke-II berkecamuk tempo hari,
bala tentara Dai Nippon di Lombok membangun kubu pertahanan
militer yang cukup ampuh di Bangko-Bangko ini. Kubu pertahanan
militer di bawah tanah yang dibuat sangat permanen ini
panjangnya 30 meter dan lebarnya 4 meter. Di atas kubu tersebut
diletakkan secara bersusun balok-balok kayu jati yang di kiri
kanannya di semen dengan baik. Di punggung kubu itu kemudian
ditanami pohon-pohon jarak, agar tak tampak sebagai kubu
militer. Barangkali mirip dengan kubu pertahanan militer bawah
tanah Jerman yang diperlihatkan dalam film 'Gun of Navarone'
yang dibintangi Gregory Peck, Anthony Quinn, dan David Niven
itu.
Konon, di dalam itu kubu mampu menampung sebanyak satu batalion
tentara berikut amunisi-amunisi dan perlengkapan perang lainnya.
Tentu saja tenaga kasar yang dipergunakan 'saudara tua' untuk
membangunnya, terdiri dari ribuan penduduk pribumi yang jadi
romusha. Sebuah pesawat udara Sekutu yang terbang sangat rendah,
cuma beberapa meter di atas permukaan air laut, muncul secara
mengejutkan dari arah selatan seraya meraung-raung mengitari
kubu pertahanan militer Jepang di Bangko-Bangko itu. Tentara
Jepang yang lagi berada di luar kubu tentu saja lari lintang
pukang dibuatnya, ibarat segerombolan anak ayam yang secara
tiba-tiba disambar seekor elang raksasa. Mereka lewat pengeras
suara diperintahkan masuk ke dalam kubu oleh komandan mereka.
Dan di saat itulah: setelah mereka semua berada di dalam gua
beberapa butir bom dijatuhkan oleh pesawat udara Sekutu itu
tepat di mulut gua. Kubu pertahanan itu hancur berantakan. Tak
seorang pun dari orang-orang yang berada di dalam gua itu bisa
hidup. Kabarnya tengkorak-tengkorak tentara epang masih banyak
tertanam di Bangko-Bangko.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini