Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Tiada semangat lagi

Penduduk desa semangat bakti, kec. alalak berangas, kal-sel tak mempunyai semangat lagi. panennya setiap tahun gagal & terbatasnya sarana perhubungan, pendidikan, desa itu mundur & terpencil.(ds)

26 Juni 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DESA Semangat Bakti -- di kecamatan Alalak Berangas Kabupaten Batola -- kini kehilangan makna namanya sendiri. Kenapa? "Sudah lebih tiga tahun terakhu ini, desa ini tak menghasilkan apa-apa. Padi yang ditanam selalu mati", kata Anjam Noor S, Kepala Desa tersebut tanpa semangat. Padahal tahun-tahun sebelumnya, desa tersebut merupakan penghasil padi terbesar di kawasan Kabupaten Batola. Anjam Noor menuding bab pengairan yang jadi biang musabab. "Andai saja handil Semangat Dalam dan Kuriding dikeruk, tentulah tak ada lagi problim petani di sini", begitu kata mereka. Mereka menuturkan masa-masa tahun 70-an ke bawah. Waktu itu, kata mereka, rata-rata per 1 borongan ( 1 ha 35 borongan) menghasilkan 8 sampai 10 blek. Karena waktu itu keadaan sungai Kuriding dan Semangat Dalam masih bagus, artinya tak dangkal seperti sekarang ini. "Sekarang 3 blek saja susah diharap", ujar Anjam. Itu terjadi karena air dari sungai yang dangkal itu melimpah, lalu merendam padi yang masih sangat muda. Tentu saja padi yang masih alit itu mati. "Banyu takandung, tak ada pembuangan", keluh orang desa dalam bahasa daerahnya. Maksudnya kira-kira: mubazirlah. Karena handil buatan tahun 1952 itu, yang seharusnya bekerja mengatur air, sudah dalam keadaan sekarat karena kurang taat. Hingga bila pemda tak segera melakukan pengerukan pada handil tersebut menurut Anjam, "pelan-pelan desa akan ditinggalkan penduduknya yang berjumlah 2 ribu orang itu". Masih untung, tak ada penduduk yang terserang kelaparan, meski panen gagal setiap tahun. "Kelaparan memang tak ada, tapi yang setengah lapar ada". ujar Anjam Noor. Namun kurang jelas apa maksud sang Kepala Desa. Yang terang penduduk yang 100 buruh tani itu, selain menggarap sawah juga mengurus pohon rambutan yang tahun kemarin menghasilkan (perkiraan Kepala Desa) Rp 30 juta. Tentu saja tak masuk kocek mereka. Sebab, seperti juga halnya sawah ladang yang ribuan ha itu pemilik kebun rambutan itupun adalah orang di kota. Banjarmasin. Penduduk Semangat Bakti cuma buruh penggarap, yang cuma bisa menikmati upah yang diterima dari tuan-tuan tanah di Banjarmasin itu. Tak sampai di situ nasib warga Semangat Bakti. Masa depan keturunan mereka pun tampak suram. Sebab SD Negeri satu-satunya di sana, terdiri 3 lOkal dengan 4 kelas itu, nyaris ambruk. Atapnya hancur. Bangku dan meja tampak mesum. Dan lantainya berupa lumpur. "Bila hujan turun, anak-anak yang jumlahnya 84 orang terpaksa libur", tutur Sumargo, sang guru di sana. Di luar mereka masih ratusan yang tak tertampung. Dan Sumargo yang bersama seorang rekannya sudah menongkro ngi SD itu 8 tahun lamanya setiap bulan menyisihkan Rp 2000 dari gaji buat memperpanjang nafas "sekolah' kesayangannya. Buat membeli kapur dan alat tulis menulis misalnya. Dan jangan tanya bagaimana yang sudah tamat kelas IV. Tingkat kelas mereka berakhir sampai di situ. Sebab meski di tahun 60-an dari desa itu ke Banjarmasin bisa naik sepeda atau mobil (makan waktu 1 jam), sekarang untuk jalan kaki pun tak ada. Sebab jalan ke sana tak bisa lagi dipakai. Hingga bukan saja nasib anak-anak tak bisa meneruskan sekolah, tapi desa jadi mundur dan terpencil. Hubungan ke sana cuma bisa dengan klotok melalui sungai Andai, lalu ke Alalak, belok kanan, masuk handil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus