MOBIL Citroen BK 3131 P warna merah hati yang baru dibeli drs
S,2 bulan lalu ringsek. Sedang pengemudinya, S sendiri, beberapa
saat setelah menderita luka parah, di Rumah Sakit Umum Pusat
Propinsi di jalan Prof. Mohd. Yamin, Medan, akhirnya meninggal.
Tak ada pesan apapun kepada keluarganya. Dia sudah mempunyai
anak empat orang, sementara isterinya dalam keadaan hamil tua
malam itu menunggu di rumah mereka di jalan Gembung Medan.
Pada Rabu malam naas 9 Juni itu drs S (31 tahun) bersama seorang
teman wanitanya, nama A berangkat ke Belawan dengan mobil
Citroen itu. Sekitar jam 9.30 S menjemput A di klab malam Bali
Plaza di jalan Kumango Medan. Sebelumnya wanita itu bekerja di
klab malam Tropicana. Tapi karena klab ini sedang tutup, ia
pindah sebentar ke Bali Ylaza. Malam itu S mengajak A ke Belawan
untuk makan kerang. Menurut seorang teman A di Bali Plaza ia
agak berat hati diajak S. "Tapi bapak itu mendesak juga",
katanya. "Malah terus menunggu di dalam mobil, sementara A belum
selesai 'dinas' di sana". Dia seorang hostes.
Akhirnya, entah mengapa A juga tidak menampik. Sekitar jam 10.30
malam itu mereka berangkat ke Belawan. Hanya itu saja yang
dapat diketahui sebelum kejadian maut itu. Setelah itu mereka
terpaksa digotong ke RSUPP dalam keadaan luka-luka. Belakangan
baru diketahui, drs S ketika hendak kembali ke Medan sekitar jam
3.00 subuh dan melarikan Citroennya dalam kecepatan tinggi,
menabrak sebuah pohon mahoni di tepi jalan Medan - Belawan, di
km 13.
Masakan Bisa
A sendiri, yang ketika laporan ini ditulis masih dirawat di
RSUPP, masih sulit diajak bicara. Ia ditempatkan di salah satu
kamar di rumah sakit itu, dalam keadaan luka parah. Sedangkan
drs S yang sehari-hari dikenal sebagai pejabat yang menduduki
posisi penting di Kantor Inspeksi Pajak Medan, mayatnya
dikebumikan besoknya. Entah bagaimana caranya, mayat S konon
dikeluarkan dari rumah sakit tanpa ada isum et repertum. Sedang
mobil Citroen yang sudah ringsek itu yang semula dibawa ke
Kantor Polisi Lalu Lintas di jalan Pemuda Medan, dua hari
kemudian sudah "hilang". Sampai sekarang tak ada penjelasan
resmi dari fihak kepolisian mengenai kejadian di jalan Medan -
Belawan malam itu.
Sehari setelah kejadian, ada beberapa orang yang kelihatan sibuk
mendatangi beberapa kantor surat kabar di Medan. Di antara
mereka ada yang memohon pada redaksi -- juga melalui
telepon-untuk tidak menyiarkan kematian drs S di dalam mobilnya
ketika bersama A. 'Tolonglah supaya nama A tidak
disebut-sebut", katanya. Tapi beberapa surat kabar toh
menyiarkan juga. Lengkap. Sementara itu orang-orang di Kantor
Inspeksi Pajak di Medan saling mengelak diri bertemu dengan
wartawan. Atau tutup mulut. Mereka seperti "ketakutan"
ditanyakan soal kematian pejabat di instansi yang basah itu.
Aneh juga. Sebabnya belum diketahui pasti sampai sekarang.
Sedangkan S sendiri, menurut sumber TEMPO, "sudah lama
berkenalan dengan A". Kalau dia tidak kenal ramah, "masakan bisa
dibawanya. A sering dibookingnya".
Hostes yang tinggal di jalan Makmur Gang Sehat Medan adalah anak
ke-6 dari 12 bersaudara dalam keluarganya. Ia seorang janda dan
punya anak baru berumur 20 bulan. Menurut pengakuan ibu A yang
sedang menunggu anaknya di RSUPP, "A diceraikan suaminya ketika
anak mereka baru berumur 2 bulan". Si nenek, sebentar teringat
pada cucunya. "Anaknya sangat bijak", katanya.
Wanita muda yang baru berusia 19 tahun iu terpaksa bersabar
hati tinggal di rumah sakit. Pada tubuhnya masih dipasang slang.
Air seninya masih mengeluarkan darah. Sedang dalam kecelakaan
itu, muka dan pipinya ikut rusak. Ia duduk di depan, di samping
sang doktorandus .
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini