AKHIRNYA grup musik jingkrak God Bless mengeluarkan juga
rekamannya yang pertama. Dengan menampilkan wajah Ahmad Albar
sebagai bungkus, serta mencantumkan judul lagu-lagu .Setan
tertawa, Huma di atas bukit, Gadis binal, rupa-rupanya
diharapkan kaset ini bakal dibeli juga oleh mereka yang tidak
suka jingkrak. Apalagi lagu pertama dalam muka A, Huma di Atas
Bukit buah tangan Donny dan Syuman Jaya, tak lain sebuah lagu
manis yang mempunyai nafas semesra lagu-lagu Iwan Abdul Rahman
-- serta dibawakan tak jauh bedanya dengan gaya Bimbo.
Kita jadi teringat nasib almarhum grup AKA yang begitu panasnya
di panggung, mendadak romantis dan santai dalam rekaman.
Sebutlah ini taktik komersiil dari yang empunya uang, yang
bermaksud menunjang musik keras sambil tak mau terlalu percaya
bahwa orang akan suka membeli kaset musik keras meskipun suka
sekali mendengarnya sekali waktu. Tetapi akibatnya adalah, God
Bless yang pernah kita umbar sebagai penjaga gawang musik keras
di panggung, tampangnya jadi tak jelas kecelakaan yang umum
diderita rombongan musik pribumi, manakala mereka mendapatkan
lorong untuk diangkat ke dalam rekaman.
Gadis Binal
Dengan formasi Donny pada bass dan vokal, Yan Antono pada gitar
utama dan vokal, Teddy S pada drum, Yocky pada organ, moog dan
piano serta Albar sebagai penyanyi utama, disabet pula 2 buah
lagu berbahasa Inggeris bernama Eleanor Rigby (Lennon/McCartney)
dan Friday On My Mind (Easy Beat). Anehnya lagu-lagu ini
dibawakan jauh lebih mantap ketimbang lagu-lagu ciptaan mereka
sendiri. Ada totalitas, intensitas serta juga berbagai variasi
yang cukup kaya, sehingga memang seperti mengingatkan kita pada
penampilan God Bless di panggung yang seringkali ditingkah
berbagai ulah. Di antara lagu ciptaan mereka yang mungkin boleh
dianggap memadai dan mempunyai temperamen yang jelas adalah
Gadis Binal dari Yan. Kemudian She Passed Away buah tangan Donny
yang sudah sering dapat keplok di panggung. Lagu-lagu lainnya,
Rock Di Udara dan Setan Tertawa -- keduanya bikinan Donny --
meskipun cukup keras tetapi tidak memberi kesan.
Mungkin perlu diingat: pertumbuhan musik rok dahsyat yang
menggebu-gebu sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari faktor
lingkungan yang mendorong terciptanya musik tersebut, faktor
konsumen sebagai penunjang kehidupannya kemudian. Juga sangat
penting berbagai kemajuan dalam tata suara, dalam dapur rekaman
yang menimbulkan temperamen, warna maupun
kecendrungan-kecendrungan baru dalam musik. Kedua faktor yang
pertama saja belum bertemu dengan baik dalam masyarakat kita.
Apalagi faktor ketiga, yang memang merupakan cacad utama dalam
rekaman produksi Pramaqua yang dikerjakan di studio Tri Angkasa,
dengan penata suara Stanley ini. Sungguh sayang Albar tidak
berusaha sedikit cerewet, sehingga album ini harus kita sesali
karena vokal jadi tenggelam. Sedang suara instrumen tidak begitu
tajam, sehingga tidak tercipta getaran-getaran karakteristik
rok keras. Misalnya seperti kata orang, para pendengar musik
dari Mahavishnu -- sebuah grup yang dikagumi Albar -- bisa
"kerasukan" karena pengaruh getaran bunyi yang keluar dari
alat-alat.
Nanggung
"Saya sadar memang vokalnya kayak berat, jauh beda dengan hasil
rekaman kami di studio Metropolitan untuk ilustrasi film.
Rekaman kami ini terlalu dof", ujar Albar. (Dua buah lagu: Huma
Di Atas Bukit dan Sesat memang dicontek dari film Laela
Majenun, sedang Setan Tertawa berasal dari film Semalam di
Malaysia). Ia juga menyatakan akan segera mengulangi rekaman
yang dijual dengan harga Rp 900 itu, di studio yang sama dengan
kekuatan 16 track. Memang belum diketahui bagaimana hasil 10.000
kaset produksi pertama yang memakai pita merk Master - C 45 ini.
Yang jelas Albar juga menyodorkan bahwa keburukan rekamannya
disebabkan karena dibuat dengan terburu-buru pada saat ia akan
keliling ke Jawa Timur. "Dan penangan rekaman kami, 4 operator
yang berbeda-beda, saya rasa juga mempengaruhi hasil rekaman.
Karena setiap operator punya selera sendiri-sendiri, nggak rata
hasilnya", kata Albar.
Mengenai dimasukkannya lagu-lagu santai, Albar menyatakan
disebabkan keinginannya untuk memikat hati. Akan kedua lagu
Barat dimaksudkan untuk mengingatkan orang pada penampilannya
yang kerap di panggung. Sementara dengan jujur diakuinya ada
bebrapa pengaruh dari Rick Wakeman, Beatles dan Deep Purple
yang mudah sekali dikenali dari intro lagu Rock di dara
misalnya. Yang agak menyedihkan adalah lagu She Passed Away,
yang seharusnya pantas dipakai sebagai lagu pertama, dengan
berbagai pertimbangan komersiil dijadikan lagu penutup pada muka
B. Mungkin dengan begini diharapkan orang terpaksa membeli kaset
itu karena letaknya sulit. Padahal pertimbangan ini banyak
merugikan pembeli yang belum pernan tahu ada lagu buah tangan
pribumi bernama sekeren itu.
Keinginan musik keras untuk merebut pasaran adalah wajar. Ini
pasti tak mungkin dengan hasil-hasil yang nanggung. Seharusnya
untuk rekaman-rekaman musik macam ini ada satu usaha yang
spesial mengkhususkan dirinya. sehingga baik kwalitas hasil
rekaman maupun komposisi urutan lagu dan sebagainya,
diperhitungkan dengan cermat dan tepat . Sebagaimana halnya ada
label Hidayat di Bandung, yang mencoba dan berhasil menjual jazz
coklat di percaturan musik kini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini