Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Bantahan BP Indonesia

13 Oktober 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAMI sangat menyayangkan berita TEMPO Edisi 30 September-6 Oktober 2002 berjudul Menyoal Kontrak Jual Gas Tangguh (halaman 26) dan Tetap Tangguh Digempur Isu (halaman 107). Tulisan itu bertumpu pada rumor dan asumsi tanpa diperkuat fakta sehingga menimbulkan kecurigaan dan penilaian negatif terhadap BP serta pihak-pihak yang terlibat dalam proses tender gas Tangguh. Beberapa hal bahkan sangat bertentangan dengan fakta sebagaimana yang perlu kami beberkan berikut ini. 1. Ditulis TEMPO, ”Indonesia melepas gas Tangguh pada harga US$ 2,4 per mmbtu, sedangkan gas Australia dibeli Cina sekitar US$ 3,1 per mmbtu—70 sen dolar lebih mahal. Harga gas Tangguh yang ditawarkan dapat merusak harga pasar.” Fakta: Hingga berita itu diturunkan, pemerintah Cina belum pernah mengumumkan penawaran kedua negara secara resmi. Begitu pula pemerintah Indonesia, Pertamina, dan BP, yang hingga saat ini belum pernah menyampaikan harga penawaran gas Tangguh kepada publik. Dalam pemasaran LNG, ada dua jenis harga, yaitu free on board (FOB) dan cost, insurance and freight (CIF) yang merupakan penjumlahan dari FOB dan transportasi. Angka-angka yang disebutkan dalam artikel tersebut tidak mencerminkan klarifikasi dari harga-harga tersebut, baik FOB maupun CIF. Karena terjadi perbedaan yang cukup besar (70 sen), tanpa adanya penjelasan rinci, hal tersebut dapat menimbulkan interpretasi keliru dari pembaca. Harga gas Bontang yang digunakan sebagai acuan dalam laporan TEMPO adalah harga yang ditetapkan kurang-lebih 10 tahun yang lalu, ketika keadaan pasar amat jauh berbeda dari sekarang. Suplai LNG saat ini sangat tinggi, sementara pasar masih berpotensi. Harga minyak yang disebut TEMPO sebagai harga terkait dengan penentuan harga LNG, US$ 28 per barel, adalah harga spot. Sedangkan untuk LNG, yang ditentukan adalah formulasi harga yang berlaku untuk 25 tahun ke depan. 2. ”Posisi Indonesia terjepit dengan pembelian saham sebesar 12,5 persen oleh CNOOC. Dilihat dari kepentingan BP—yang notabene adalah kontraktor utama gas Tangguh—skenario itu tidak merugikan.” Fakta: Pembelian saham tersebut tidak mengambil atau mengganggu nilai keuntungan yang diperoleh Indonesia. Secara operasional dan kepemilikan saham, status proyek gas Tangguh dan LNG Australia sangatlah berbeda dan sama sekali tidak berkaitan. 3. ”Baik CNOOC, pemerintah Cina, maupun North West Shelf (NWF) Australia belum men-disclose persyaratan yang tercakup di dalam persetujuan mereka.” Fakta: Kedua belah pihak sama sekali belum menandatangani perjanjian kontrak jual-beli. Justru Pertamina dan CNOOC menandatangani sales and purchase agreement untuk LNG Tangguh ke Fujian lebih dulu. Penandatanganan tersebut disaksikan oleh Menteri Zeng Peiyan, Ketua Central Development & Planning Commission, yang tentunya sangat berpengaruh dalam menentukan pola pembangunan di Cina. 4. ”Kita pantas mencurigai BP—yang juga berinvestasi di Cina—seraya meragukan niat baik pemerintah….” Tulisan yang menuduh adanya rekayasa yang dilakukan BP untuk mengatur kemenangan Australia di Guangdong sama sekali tidak berdasar dan tidak rasional. Fakta: Saham BP di NWS Australia hanya 16 persen, sementara di Tangguh 50 persen. Dengan andil di Tangguh yang tiga kali lipat, dengan sendirinya pendapatan BP akan lebih besar dan lebih menguntungkan bagi BP jika Guangdong dimenangkan Tangguh. BP Marketing tidak punya wewenang untuk menentukan harga secara sepihak, baik di NWS maupun di Tangguh, karena di NWS, BP merupakan pemegang saham minoritas. Selain itu, terdapat sekian banyak partner yang ikut menentukan kebijakan harga. Keputusan sepenuhnya wewenang RRC, yang hingga kini tidak memberikan alasan apa pun mengenai pilihannya 5. ”…cost recovery yang akan mengurangi pendapatan pemerintah….” Fakta: Skema production sharing yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia selama 30 tahun terakhir berlaku bagi semua kontraktor production sharing. Pengembalian biaya investasi dan operasi sudah jelas mengatur biaya-biaya yang dapat di-recover, dan tidak termasuk di sana carry-over dari suatu akuisisi. Perhitungan yang disampaikan oleh Achmad Farial (anggota DPR) sebaiknya dikoreksi kembali. Dalam hal ini, BP telah memberikan penjelasan secara terbuka, tapi angka-angka tersebut masih saja salah, yang dapat menyesatkan publik. Kami sangat menyayangkan tulisan TEMPO yang tendensius itu karena dapat mengganggu upaya-upaya positif dalam pemasaran gas Indonesia di dunia internasional. Kami akan sangat menghargai jika TEMPO dapat membuat analisis dengan data dan informasi yang lebih akurat. Satya W. Yudha VP Government & Public Affairs

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus