Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Batik dengan campursari

Pameran busana batik di jakarta hilton menampilkan karya prayudi dan danar hadi untuk amal bppks dki. koreografernya guruh sukarno dengan swara mahardhikanya. (ils)

26 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BIARPUN ada Pierre Balmain, toh pameran busana dari Studio I milik Prayudi tidak sepi. Bekerja sama dengan batik Danar Hadi, Studio I menyumbangkan karyanya untuk amal Badan Pembina Kordinasi Kegiatan Sosial (BPKKS) DKI, 11 Mei di Golden Ballroom, Jakarta Hilton. Prayudi tak berubah. Potongan baju yang sportif, penampilan bolero atau lengan Dollman, rok bawah yang dipleats dan seperti Balmain (atau Balmain seperti Prayudi?) beberapa rok menampilkan belahan depan yang cukup tinggi sehingga dengkul atas tampak sayup. Sedangkan Danar Hadi yang mengembangkan tokonya ke bebarapa kota lain, menampilkan batik dengan motif kembang, pohon atau beberapa lukisan hewan. Cocok dengan namanya yang berjudul campursari. Dan karena berniat ingin go international, terus diberi embel-embel mancanagari. Sehingga beberapa motif, sulit untuk membedakan apakah itu batik (yang biasanya khas dalam disain) atau kain biasa. Walaupun sebetulnya tidak ada yang baru dalam hal motif karena banyak di antaranya sudah terpajang di toko Danar Hadi sejak tahun lalu, pameran busana ini cukup menarik. Bukan dalam hal disain atau motif batik, tetapi karena koreografer ada di tangan Guruh Sukarno. Sehingga pameran pakaian adalah juga sebagian dari petilan-petilan grup Swara Mahardhika. Para Bedaya Hadirin disuguhi pertunjukan yang katakanlah, kwasi moderen. Sedikit gedongan, sedikit tradisionil tapi toh tetap ada pengaruh gaya-gaya Folies-Bergere, kawasan Paris. Peragaan dimulai dengan suara Chrisye yang menyanyikan Pulau Jawa, karangan Norodom Sihanouk. Setiap pergantian busana pagi ke busana santai atau busana malam, Guruh membaginya dengan keluarnya para bedaya. Dimulai dengan Bedaya Pistul, peragaan diawali dengan bunyi beberapa pestol-pestolan dari para bedaya dengan gerakan tari yang lebih hidup ketimbang para bedaya asli dari kraton Surakarta. Para peragawati dan peragawan harus menyesuaikan lenggang-lenggoknya dengan musik yang sesekali melontarkan gending-gending Jawa, gending dolanan seperti Turi-turi Putih atau Praon, kemudian meloncat ke Disco Samba, lagu yang lagi top di beberapa disko. Suara Rima Melati (waktu muda) dalam lagu Burun Kucica melontar ke Bedaya Cocktail, disambung ke hentakan-hentakan musik disko, terus pindah lagi ke Bengawan Sala. Untung saja, cara menyambungnya lumayanlah, sehingga tidak mengejutkan atau memisahkan paduan Barat dan Timur. Lagu Goodbye Bogor ciptaan Norodom Sihanouk mengawali usainya acara ini. Kali ini penghasilan BPKKS bersih adalah Rp 17 juta. Sedangkan honor untuk Guruh dan grupnya, lumayan tingginya. Dengan waktu berlatih sebulan lamanya, Guruh mendapat imbalan Rp 2 juta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus