Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Pesantren dengan 5 juta pengikut

Kunjungan menteri agama alamsyah ratu perwiranegara ke pesantren assyahadatain (tingkat thanawiyah-smp) di desa panguragan wetan, cirebon, yang memiliki 5 juta alumni di pelosok ja-bar & ja-teng. (ds)

26 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKITAR 2.000 orang berdiri berjajar di sepanjang tepi jalan. Mereka berjubah dan mengenakan ikat kepala putih-putih. Semua tampak seperti pasukan Pangeran Diponegoro. Tua-muda menyanyikan lagu selamat datang dalam bahasa Arab, lamat-lamat tapi kompak. Semua itu berlangsung di Desa Panguragan Wetan wilayah Kecamatan Arjawinangun Cirebon ketika menyambut kedatangan Menteri Agama Alamsyah Ratu Perwiranegara pertengahan bulan ini. Para penyambut terdiri dari santri dan bekas santri Pesantren Assyahadatain yang mewakili sekitar 5 juta alumni perguruan tersebut. Adapun para bekas murid itu kini tersebar hampir di seluruh pelosok Jawa Barat dan Jawa Tengah -- sebagian di antaranya telah memiliki pesantren sendiri. Dengan setia dan secara bergiliran dari sekian juta alumni itu berkunjung ke almamater mereka di Panguragan Wetan setiap Jumat. Menurut Kepala Desa Panguragan, M. Kelan, setiap minggu paling sedikit 2.000 orang bekas santri Assyahadatain datang ke desa itu untuk mendengarkan wejangan Habib Ismail Al Yahya, si pemilik pesantren. Mereka datang bersama keluarga, bahkan anak-anak kecil pun dibawa. Dan tidur secara berdesak-desakan di mesjid atau bangunan pesantren. Kedatangan tamu sebanyak itu dalam setiap minggu tentu saja membawa banyak keberuntungan bagi warga Desa Panguragan Wetan. Terutama dalam hal menyediakan kebutuhan para pendatang itu. Karena tidak semua makan minum tamu-tamu itu terpenuhi oleh pesantren, meskipun pada dasarnya semua konsumsi bekas santri yang datang berikut keluarga mereka ditanggung oleh pengurus pesantren selama kunjungan yang hanya 2 hari itu. Enggan Pesantren Assyahadatain sendiri sebenarnya hanya terdiri dari sebuah thanawiyah. Muridnya yang secara tetap belajar di sini tercatat sebanyak 250 orang datang dari berbagai pelosok Jawa Barat dan Jawa Tengah. Tetapi rupanya meskipun telah menamatkan pelajaran di sini, para santri itu tetap mempunyai ikatan bathin sehingga secara bergiliran berkunjung setiap malam Jumat ke almamater mereka. Tapi jika dikatakan Panguragan Wetan terbilang desa makmur, tentu bukan semata-mata karena adanya Pesantren Assyahadatain. Menurut M. Kelan, si kepala desa, dari sekitar 9.000 jiwa warga desa ini memang sebagian besar terdiri dari petani. Tapi mereka adalah petani pemilik tanah dengan mendatangkan buruh tani dari desa-desa lain. Hidup mereka cukup makmur. Selain petani pemilik tanah, warga desa lainnya terdiri dari pedagang. Golongan ini umumnya berdagang di luar desa dan kembali pada musim-musim tertentu setelah merasa mengantongi uang cukup banyak. Di desa ini terdapat 3 buah SD. Sebuah di antaranya SD Inpres. Meskipun di sini terdapat Pesantren Assyahadatain (tingkat thanawiyah -- SMP), tapi orang tua desa ini enggan memasukkan anaknya menjadi santri. Menurut Kepala Desa Kelan, hal itu karena di pesantren tadi sedikit sekali diberikan pelajaran umum. Tentu saja. Sebab pesantren Assyahdatain rupanya mengutamakan mendidik para calon santri seperti dikatakan Habib Ismail Al Yahya. Satu tradisi yang sudah dimulai sejak zaman kakeknya pada puluhan tahun yang lalu. Dalam kunjungannya ke pesantren itu belum lama ini Menteri Agama menyerahkan bantuan sejumlah uang dan buku-buku agama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus