Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Bayi-Bayi Pergaulan Bebas

Kebun Binatang Surabaya berhasil lagi melestarikan keturunan Orang Utan dengan melahirkan 3 bayi. Perawatan & tingkah laku orang utan mirip pula dengan manusia.(ils)

20 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIGA bayi itu mendapat nama yang manis. Dua di antaranya karena lahir di bulan Nopember diberi nama Nova dan Novy. Satu lagi karena lahir di bulan Desember lalu diberi nama Dessy. Kini ketiganya ditempatkan di sebuah kamar khusus dalam tempat tidur bayi terbuat dari kawat. Sampai awal Januari ini ketiganya masih lebih banyak tidur pulas. Sesekali terdengar juga tangis dari salah satu bayi tersebut dan dengan cepat Supar atau Badri atau Abdul Fatah melihat momongannya. Salah seorang dari ketiga pengasuh itu kemudian dengan cepat bertindak. Mengambil botol susu kalau si bayi ternyata lapar atau mengganti popok yang bersih dan kering kalau lampinnya basah. Subarkah -- dokter dan sekaligus membidani kelahiran mereka --juga rajin memberi pil SG yang dicairkan dalam sebuah sendok makan. "Mereka agak sakit, mencret," ujar Subarkah ekan lahl Setiap pagi dan sore, Supar, Badri dan Abdul Fatah tentu sibuk. Ketiganya harus memandikan ketiga momongannya. Pertama kali air hangat disediakan dalam bak mandi. Kemudian sabun dan handuk kering. Dan mulailah upacara mandi yang kemudian sudah jadi rutin, paling tidak dalam waktu 4 bulan ini Sesekali Subarkah atau asistennya yang bernama Harwono, sibuk menjenguk ketiga bayi tersebut. Ketika lahir, Nova dan Novy berbobot 1,5 kg. Dessy 1,25 kg. Kelahiran mereka cukup lancar. Subarkah sendiri yang memotong placenta Nova dan Novy. Sedangkan tali pusat Dessy, ibunya lah yang rupanya tidak sabar, kemudian menggigit sendiri tali pusat anaknya. Satu jam setelah kelahiran, bayi dipisahkan dari ibunya. Tetapi siapa Nova, Novy dan Dessy? Dua yang pertama adalah anak dari Santy dan Lanny. Sedangkan ibu Dessy bernama Titit. Ayah mereka tidak jelas, rupanya ini akibat dari pergaulan bebas. Mereka ini tidak lain adalah keluarga orang utan yang telah meramaikan kebun binatang di Surabaya. Ketiga induk yang baru melahirkan (Santy, Lany dan Titit) didatangkan dari hutan Kalimantan masih berusia 2 tahun. Kini mereka telah berusia 8 tahun. Main Tubruk Sebelum ketiga ibu ini mendapat bayi, telah ada ibu lain yang melahirkan. Namanya Roxy. Tetapi apa lacur, anaknya mati idak lama setelah lahir. Dari 5 ekor orang utan betina di kebun binatang tersebut, sampai kini telah melahirkan 10 ekor keturunan. Jumlah ini tidak termasuk anak Roxy yang mati. Empat dari 10 ekor itu kemudian dikembalikan ke Kalimantan Tengah, tempat Pusat Rehabilitasi Orang Utan di Tanjun Puting. Kebun binatang Surabaya sendiri kini mempunyai 29 orang utan yang terdiri dari 5 dara yang manis-manis, ditambah dengan 3 dara cilik yang masih bayi dan para jantan yang selalu kehausan pasangan. Kini untuk mencegah pergaulan bebas, setiap pasang dimasukkan ke dalam sebuah kerangkeng yang dibuat seromantis mungkin. Mila misalnya, mendapat pasangan Salam. Santy dengan Salut dan Lany dengan Tirto. Titit belum dijodohkan, karena sedang dicari siapa pemuda yang paling cocok baginya. Akibat kerangkeng-kerangkeng ini, tingkah laku main asmara mereka lebih jelas. Ternyata tidak berbeda dengan sudara-saudara mereka yang bernama manusia. Salam misalnya, biarpun banyak orang menonton, tak pernah malu untuk bersanggama dengan Mila. Fikir Salam tentu: "Mumpung dikerangkeng dan saingan tak ada." Salam memang betul-betul Don Yuan yang romantis. Sebab sebelum begitu, Santi dibelai-belainya dulu. Barangkali seribu satu janji juga ditebarkan ke kuping Santi, sehingga Santi menyerah kalah. Sedangkan Salut rupanya pemuda pemalu. Dia baru mau bercumbu kalau suasana sudah sepi dari manusia. Beda lagi dengan Tirto. Dia ini golongan yang to the point dan main tubruk saja. Bahkan kalau si Lany tidak mau melayani, tidak segan-segan Tirto mengejar Lany dan memukulnya. Rupanya Tirto tergolong jantan sadis. Melihat kelestarian binatang ini Harsono RM yang jadi Ketua Perhimpunan Kebun Binatang Indonesia menghimbau: "Bawa saja itu binatang yang diancam punah ke mari. Dari pada mati di hutan." Harsono juga duduk sebagai Wakil Ketua Fraksi Karya di DPRD Surabaya. Beberapa waktu yang lalu ia bahkan mengusulkan harimau Jawa yang konon tinggal beberapa ekor, ditangkap saja dan dimasukkan kebun binatang Surabaya. Kebun binatang Surabaya ini telah dihuni sekitar 4000 ekor binatang. Yang telah melahirkan di kandang mereka antara lain kuda nil, harimau, singa, anoa, babi rusa, bekantan dan banteng. Bahkan rusa Bawean telah berhasil diternakkan jadi 8 ekor dan kemudian dikembalikan ke tempat asalnya. Komodo sebetulnya bisa juga berkembang tetapi agak sulit, karena jantannya selalu memakan telur calon anaknya sendiri. Ikan duyung juga pernah melahirkan, tetapi karena para ahli tidak segera mengetahui menu bayi ikan duyung, anak ini kemudian mati kelaparan. Bayi ini kemudian diawetkan di air keras untuk jadi tontonan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus