LEBIH baik menyimpan kumpulan perangko daripada menyimpan
berlian. Yang mempunyai pendapat begitu tentu saja seorang
pengusaha jual-beli perangko. Alasannya cukup ekonomis. Sebab
katanya, pejabat bea-cukai lebih pandai menilai mutu berlian
untuk pajak masuk dan tidak tahu menahu apakah sebuah perangko
berharga atau tidak.
Selain itu beberapa lembar perangko bisa disimpan dengan mudah.
Di dalam dompet, di sepatu bagian dalam atau diselipkan di
halaman buku yang sedang dibaca. Pasti mata petugas bea-cukai
tidak sejeli itu dan anda tidak mendapat beban pajak masuk.
Kardus Wiski
"Perangko adalah juga investasi modal yang tidak mungkin
bangkrut," kata A. L. Michael. Dia ini kini menjabat direktur
Stanley Gibbors Limited, London, agen penjual perangko yang
terbesar di dunia. Minggu lalu, Stanley Gibbons Ltd. mengadakan
lelang. Pada kesempatan itu telah dijual sebuah perangko -- yang
diperkirakan perangko pertama di dunia -- yang disebut one penny
black. Dicetak 140, perangko ini dibuat hanya beberapa ribu
lembar saja. Karena tuanya dan juga karena jarang yang
memilikinya, tentu saja one penny black mempunyai harga cukup
tinggi. Penggemarnya tidak pernah berkurang dan banyak kolektor
perangko (philatelist) tergila-gila untuk memilikinya. "Tahun
1972, one penny black laku œ90," demikian Michael. Tahun 1976
naik jadi œ430. Dan mau tahu harganya minggu lalu? Dengan tarikan
nafas puas, Michael berkata: "Minggu lalu, toko saya menjualnya
sampai harga œ3.600!" Kalau dirupiahkan, selembar one penny black
dalam waktu terakhir telah mencapai harga Rp 4.320.000.
Memang tidak bisa diduga berapa banyak uang disimpan untuk
investasi mengumpulkan perangko tua. Karena tidak pernah bisa
diketahui berapa jumlah pengumpul perangko di dunia ini. A. L.
Michael memperkirakan antara 40 sampai 100 juta orang pengumpul
perangko dengan tujuan komersil. Berapa jumlah philatelist yang
karena hobi saja, tidak pernah diketahui. " Toko kami sendiri
setiap hari rata-rata menjual perangko satu juta lembar setiap
hari," kata Michael, "khusus untuk kolektor."
Seorang pedagang perangko biasanya juga kemudian menjadi
kolektor sekaligus. Atau seseorang yang secara iseng-iseng
mengumpulkan perangko, kolektor kecil-kecilan dan secara iseng,
bisa jadi seorang pengumpul perangko yang gigih. Dia kemudian
menginvestasikan uangnya pada perangko dan jadilah dia juga
seorang agen penjual perangko.
"Mereka yang datang ke toko kami," kata Michael, "pertama kali
kami persilakan duduk. Kemudian kami tanyakan perangko apa yang
dibutuhkannya." Segalanya dilakukan dengan santai, tak
tergesa-gesa. Misalnya orang tersebut ingin melengkapi kumpulan
perangkonya yang bergambar perahu layar. "Kami tanyakan sudah
memiliki perangko seri perahu layar dari mana saja," lanjut
Michael, "dan seri perahu layar dari negara yang belum
dimilikinya terus kami tawarkan. "
Stanley Gibbons Ltd. pernah pula membeli secara besar-besaran
dari seorang philatelist yang teliti. Setiap perangko disusunnya
secara rapi dan dimuat dalam 3.000 volume. Untuk memborongnya,
Michael nyaris juga membeli setiap penjual kopor di tempat dia
membeli perangko dalam jumlah banyak tersebut. Sayangnya Michael
tidak menyebutkan di mana dia memborong perangko itu.
Tidak jarang, Michael menemukan kolektor yang aneh. Di New York
misalnya, ia melihat cara lain yang lucu dan aneh. Seorang
kolektor telah menyimpan perangko koleksinya dalam kardus
pembungkus botol wiski. Kardus itu rapi dan penuh ditempel
perangko. Di samping itu di gudang milik kolektor aneh itu juga
tersimpan 26 ton kertas merek apa saja dan beberapa ribu tangkai
sapu. Jumlah itu telah dikumpulkannya sejak Perang Dunia I.
Michael berpendapat bahwa hampir setiap orang mengumpulkan
perangko pada usia 7 sampai 15 tahun. Kemudian ketika dia
menginjak dewasa, hobi ini hilang begitu saja. Kadangkala
pengumpulan dimulainya lagi ketika mencapai umur 30 tahun. Baru
setelah usia ini, dia jadi pbilatelist yang serius. Artinya
pilihannya jatuh pada beberapa negeri saja atau memilih beberapa
tema yang dianggapnya bagus. Spesialisasi pengumpulan
dimulainya.
Langganan Michael juga macam-macam. Ada yang menaruh perangkonya
dengan cara terbalik. Seorang occultist (ahli nujum) bahkan
sebelum membeli meneliti perangko itu dengan kaca pembesar. Ada
juga seorang yang mengumpulkan perangko gambar 'burung pinguin
saja. Atau kolektor yang hanya menggemari gambar padi-padian,
karena hampir setiap negara pernah menerbitkan perangko dengan
gambar padi, gandum dan sebangsanya.
Seorang philatelist -- baik untuk hobi atau untuk dagang --
tentu saja selalu mencari perangko yang jarang dimiliki orang.
Yang dicari biasanya perangko yang dicetak sebelum 1900. Mereka
yang memiliki perangko yang jarang dan kuno itu, dapat
menjualnya dengan harga tinggi setelah satu sampai 5 tahun.
Kantor pos sebetulnya menjual perangko atas dasar servis yang
telah wajar. Yaitu surat bisa sampai ke alamat yang dikehendaki.
Peraturan pemakaian perangko bagi tiap negara juga berlainan. Di
Monaco, perangko dari tahun kapan saja boleh ditempelkan di atas
sebuah amplop, asal pernah dicetak di negara itu. Di Perancis
tidak ada, batasan untuk menempelkan perangko pada sebuah surat,
asal harganya tidak kurang dari harga yang diharuskan.
Di Inggeris hanya perangko-perangko cetakan baru yang dibolehkan
sebagai alat pembayar servis. Tapi UU negeri itu juga menyatakan
bahwa menempel perangko dari masa kerajaan yang sebelumnya juga
tidak dilarang. Di Amerika Serikat perangko yang berlaku hanya
yang dicetak setelah tahun 1849. Di Indonesia dengan selesainya
pemerintahan Sukarno, kini orang mengirim surat dengan perangko
gambar Presiden Soeharto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini