Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Boleh ikut asal yakin

Suatu bentuk aliran ilmu kebal muncul di jakarta dgn memakai nama ilmu bela diri yakin. kini muridnya berjumlah seribu orang lebih. tak mahal, bahkan gratis bagi yang tak mampu. (ils)

5 Maret 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEREKA bukan pengikut Sie Djin Kwie Tjeng Tang (Sie Djin Kwie Menyerang ke Timur). Itu buku komik karangan Kho Ping Ho - yang pahlawannya sekali loncat dua tiga lie terlewat. Tapi pengikut Ilmu Bela Diri Yakin, demikian namanya. Gerakan-gerakannya menurut pengakuan mereka, tidak diambil dari yudo, karate atau silat. Tapi gerakan refleks, cepat dan "fantastis". Mengandung tiga unsur pokok: singkat, tepat dan selesai. Disingkat: STS. Boleh "Menyangka" "Berat untuk mendapat ilmu ini", ujar J. Wiryasumantri, yang oleh pengikutnya mendapat sebutan guru besar. Dia, bekas polisi militer di zaman gerilya, sekarang pensiunan Bank Rakyat Indonesia. Ilmu ini didapatnya dari ayahnya, asal Jatiwangi, Cirebon, yang kemudian disempurnakan lagi oleh tiga orang asal Sumedang, Bogor dan Jakarta. Lima tahun terakhir ini, terutama setelah Sumantri pensiun dua tahun lalu ilmu ini diamalkannya kepada siapa saja yang mau belajar. Di rumahnya yang cukup lebar dan bagus, ayah 5 orang anak ini biasanya membuka pelajaran teori dan praktek. Hidupnya punl tampaknya berkecukupan. Apakah karena Yakin? Sebab dengan yakin, orang yang sakit patah tulang, sakit lainnya, terutama sakit batin, tanggung bisa sembuh. "Orang boleh saja menyangka", kata Sumantri. "Tapi isteri saya punya usaha yang cukup mantap". Di samping rumahnya di Rawamangun, sang isteri membuka sebuah rumah bersalin Nyonya Sumantri memang bidan. Dan tampaknya rumah bersalinnya tidak sepi biarpun KB telah digalakkan. Untuk latihan di rumah Sumantri pakaian boleh bebas. Buka baju unjuk dada, pakai baju karate, atau kemeja biasa. Siapa saja boleh ikut Yakin, asal umurnya sudah 18 tahun ke atas - dan yakin. Diberi Isi Menurut Sumantri, kini pengikutnya 1700 orang. Empat orang berasal dari Malaysia, AS, Jepang dan Australia. Syarat pertama: harus membayar semacam uang Pangkal Rp 2.500. "Tapi bagi yang tidak mampu, hal ini tidak perlu", ujar Sumantri. Kemudian calon anggota juga harus membawa dua meter kain putih. Sang calon akan dimandikan dengan air yang dicampur tujuh macam bunga. Selesai dimandikan - tubuhnya dibungkus kain putih yang dua meter itu calon masuk ke sebuah kamar khusus. Di situ, dia diberi isi. Apa itu "isi" Sumantri tidak menerangkan lebih lanjut. Si calon kemudian harus menjalani masa latihan sembilan bulan lamanya. Tiga bulan pertama, dua minggu sekali, ia latihan meditasi selama dua tiga jam. Dipimpin langsung oleh guru besar. Kalau dirasa kurang, meditasi boleh dikerjakan sendiri di rumah, di mana saja dan waktunya terserah. Tiga bulan kedua mulailah calon belajar gerakan-gerakan STS, singkat, tepat, selesai. Tiga bulan terakhir adalah masa penyempurnaan. Latihan dicampur dengan meditasi. Masuk-tidaknya ajaran yang telah diberikan, tergantung perasaan masing-masing pengikut. Sebelum khatam, biasanya dilakukan percobaan percobaan. Yaitu tusukan-tusukan atau sabetan-sabetan yang dilakukan dengan pedang. "Kalau ditusuk atau disabet masih merasa sakit, berarti jiwanya belum bersih dan belum yakin", ujar Sumantri. Dia jug yakin bahwa luka atau memar yang ditimbulkan oleh percobaan siksaan itu, bisa disembuhkan dengan mengusap ibu jari. "Sembuh", Sumantri meyakinkan. Untuk bisa jadi - katakanlah - sakti, dan tidak sakit oleh benturan benda tajam, harus diiringi syarat lain. Mereka yang baru masuk biasanya diberi petuah: tidak dibenarkan membuat kegaduhan, bahkan kalau ada keributan harus membantu memadamkannya. Juga tidak dihalalkan memamerkan kekebalan diri. Tidak boleh menyerang dulu tapi harus waspada. Pada kartu anggota ada pula tertulis: "Bantulah Negara khususnya masyarakat umumnya, di bidang keamanan lahir dan batin". Anggota Yakin harus meyakinkan sebagai anggota masyarakat yang baik. Tidak boleh menjual ilmu. Mereka yang sudah lulus tidak layaknya membuka sekolah atau kursus. Mereka sendiri tidak diberi ijazah atau tanda lulus". "Yakin", kata Sumantri lagi,"diambil dari kitab Al Qur'an yaitu: yakin akul yakin dan enal yakin (haqqul yaqien dan 'ainul yaqien)". Ilmu ini cenderung ke bidang mistik dan termasuk white magic yang harus memerangi black magic, justru. Pengikut yang telah khatam, yang pada suatu saat merasa tidak kebal lagi""pasti melanggar janji dan aturan", kata Sumantri. "Kami selama latihan sangat relaks kok. Sebab ilmu ini bukan untuk gagah-gagahan. Jadi anggota yang melanggar aturan, asal mengaku terus terang kepada saya, dan yakin akan memperbaiki kembali, dan berjanji tidak akan melanggar sumpah dia bisa pulih kembali seperti semula". "Pokoknya, bagi yang bisa mendalami Yakin, dia bisa menangkis setiap serangan dalam jarak sepuluh meter. Sebelum lawan mendekat, dia sudah merasa sakit bahkan terpental tubuhnya", kata Sumantri. Tambahnya kepada Metese Mulyono dari TEMPO: "Saya ini tahu orang yang datang bertamu punya niat jahat atau baik. Jadi misalnya anda sengaja akan memukul saya, anda tidak akan dapat. Sebab saya sudah tahu". Tahun 1972, perkumpulan Yakin telah didaftarkan kepada yang berwajib sebagai perkumpulan "ilmu dalam". Sumantri juga bisa mengobati mereka yang sakit. Dukun? "Kata itu mempunyai dua arti", katanya. "Dukun yang pertama berarti mengadu-adu orang yang rukun. Yang lainnya, duk, perasaan dalam hati dan kun, tekun kepada Tuhan. Yang terakhir ini yang saya pakai". Dia lantas menceritakan bahwa ada seorang dokter spesialis syaraf. Dokter ini sudah pernah dirawat tiga bulan di rumah sakit. Tidak sembuh. Datang pada Sumantri, "saya beri tiga botol air putih. Lha kok sembuh!". Seorang wanita lain, sakit syaraf, "saya pegang telapak kakinya saja, sembuh". Ada juga salah seorang muridnya mengalami keajaiban. Seorang pegawai sebuah kantor swasta di Jakarta. Dalam perjalanan Sukabumi-Jakarta, mobilnya mogok. Persis di perkebunan, tidak ada orang, hari hujan pula. "Kemudian dia terapkan ilmunya. Bak mobil dipukulnya tiga kali", cerita Sumantri. Setelah bak mobil ditabok, mobil jalan kembali". "Ilmu Yakin bisa juga untuk memagari rumah, agar tidak kemasukan pencuri. Kalau toh ada pencuri, pencuri itu tidak bisa keluar dari pekarangan dan terus pusing-pusing saja di situ. Sampai yang punya rumah tahu, dan membebaskan. Ajaib? Sumantri ketawa. "Pokoknya saya ini selama hidup tak pernah kecopetan. Tukang copet tidak akan bisa merogoh kantong saya".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus