MANDI susu. Mandi uap. Sekali ini ada lagi: mandi lilin. Apa
pula ini? Nyonya Hesti Prawita Widiyawati yang membuka usaha
mandi lilin di Kebayoran Baru, Jakarta, tak tahu pasti lilin
jenis apa. Yang pasti bukan lilin biasa.
Rupanya memang hampir tak beda dengan lilin biasa. Tapi agak
lembek. Kelebihannya, menurut Hesti, di dalamnya terkandung
berbagai ramuan. Dan ramuan itulah rahasia sebenarnya sehingga
mandi lilin dikenal sebagai upaya untuk menyembuhkan berbagai
penyakit, menghaluskan dan memutihkan kulit, menghancurkan lemak
dan menggemukkan tubuh, dan seterusnya.
Hesti bertutur: pengunjung mandi lilin di Jalan Cikatomas itu
memang umumnya ibu-ibu rumah tangga. Ada pula remaja putri, "dan
akhir-akhir ini mulai ada kaum pria". Tapi wanita kelahiran Sala
24 tahun yang lalu itu, tak lupa menekankan, bahwa pengunjung
pusat perawatan kecantikan dan kesehatannya (The London Health
& Beauty Centre) umumnya mereka yang merasa tubuhnya terlalu
gemuk, atau yang sedang diancam kegemukan.
Berbeda dengan tempat mandi uap: pilih tukang pijat, lalu masuk
kamar berduaan -- di tempat mandi lilin, mula-mula kepada
pengunjung diajukan berbagai pertanyaan penderita suatu
penyakit? Atau sekedar ingin mempersolek tubuh? Setelah jelas
maksudnya, tinggi dan berat tubuh si pengunjung diukur.
Kemudian di dalam sebuah ruangan, pengunjung dibimbing melakukan
senam untuk melemaskan otot-otot. Lamanya 30 menit sampai 45
menit -- termasuk menggenjot argocycle (sepeda sport yang hanya
lari di tempat). Keringat pun bercucuran, sementara napas
tersengal-sengal. Bagi yang tak biasa berolahraga, pegal-pegal
mulai terasa di seluruh bagian tubuh.
Asthma, TBC
Setelah keringat dibersihkan dan tubuh mulai mendingin, di ruang
lain disediakan tempat mandi dengan air hangat. Beberapa menit
berendam, si pengunjung dipersilakan memasuki ruangan lain dari
rumah di Jalan Cikatomas I/7 yang dikontrak Nyonya Hesti. Di
sinilah mandi lilin itu berlangsung.
Di ruangan yang memuat 3 tempat tidur kecil berjejer itu, si
pasien dibaringkan, tanpa busana. Seorang petugas wanita
berseragam putih, mulai melumuri tubuh pasiennya dengan lilin
yang telah mencair dengan mempergunakan kuas halus. Kaki, terus
ke atas, tubuh, sampai batas leher dan tangan. Selesai semuanya,
tubuh pasien ditutupi selimut tebal. Dalam keadaan telentang, ia
dibiarkan selama sekitar 20 menit.
Setelah waktu itu berlalu, lilin yang melekat di tubuh tadi
mulai mengeras dan mengelupas. Pada bagian-bagian tubuh yang
biasa disarangi lemak -- seperti paha, perut, pinggang -- keluar
semacam cairan. Sang petugas membersihkan cairan yang katanya
keluar berkat lilin tadi.
Proses selanjutnya, mandi sekali lagi. Juga dengan air hangat.
Tapi sekali ini disusul dengan pijat (massage), dengan tangan
dan sebuah alat yang disebut gyro theraphy massage -- terutama
pada bagian-bagian tubuh yang berlemak. Tujuannya untuk
menghancurkan lemak yang ada di bagian itu. Di ruang pijat ini
waktu dapat habis 1 jam.
Selain membunuh lemak yang berlebihan dan menurunkan berat
badan, menurut Hesti, mandi lilin juga mampu menghaluskan dan
memutihkan kulit. Juga, katanya, dapat menyembuhkan sakit
rematik, asthma, tbc dan menghilangkan kerut-kerut kulit perut
sehabis melahirkan. Untuk menurunkan berat tubuh, paling sedikit
diperlukan 7 kali kunjungan, 2 atau 3 kali seminggu. Untuk
pengobatan lain, harus lebih banyak lagi.
Memang bermanfaatkah mandi lilin? "Empat bulan yang lalu berat
badan saya 53 kilogram, sekarang tinggal 46 kilo," kata Ny. Susy
Suprapto, ibu dari 5 orang anak, yang pernah mencoba mandi
lilin. Pengakuan serupa datang pula dari Kartika, 21 tahun,
seorang mahasiswi. "Setelah 4 kali datang, berat badan saya
turun 4 kilogram," tutur Kartika, "dan sakit kepala saya yang
sering menyerang, sekarang hilang."
Wanita Sala yang menikah April 1980 itu, membuka usahanya sejak
2 tahun lampau. "Di hari-hari sepi, setiap hari antara 2 sampai
3 orang saja yang datang ke mari," kata Hesti. Ia tak mau
menyebut berapa biaya tiap kali mandi lilin, kecuali
mengungkapkan bahwa lilin yang digunakannya diimpor khusus dari
London.
Dan memang ia adalah murid Marina Andrews, seorang ahli
kecantikan terkenal di London. Tak kurang dari 3 tahun waktu
dihabiskannya untuk menuntut ilmu merawat diri di Inggris.
Semula ia ingin mempelajari ilmu kecantikan pada umumnya. Tapi
sejak mandi lilin -- yang pertama kali ditemukan di Prancis pada
1965 -- makin berkembang, Hesti mengkhususkan diri dalam bidang
itu. Menurut Marina Andrews yang mengunjungi Jakarta pertengahan
Desember lalu, Hesti adalah satu-satunya bekas muridnya di Asia
yang telah mengembangkan usaha di bidang itu.
Hesti sendiri sebenarnya sejak remaja telah mendapat pendidikan
cara-cara merawat diri secara tradisional dari orang tuanya. Dan
sebenarnya, katanya, wanita Indonesia tidak ketinggalan dari
wanita-wanita negara lain dalam hal memelihara kecantikan, baik
secara modern maupun tradisional. Namun, tambahnya, yang kurang
dari wanita Indonesia adalah pengetahuan akan ilmu gizi.
"Padahal, merawat kecantikan secara lahiriah tanpa diimbangi
makanan yang semestinya, tak akan membawa hasil banyak,"
katanya.
Karena itu, kepada para pasiennya, Hesti juga mengajarkan hal
ihwal gizi. Bahkan tak lupa, setiap pengunjung, selalu
dibekalinya daftar menu jika harus melakukan diet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini