Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angka

Bukan Taliban yang Jadi Ukuran

Mayoritas responden mendukung fundamentalisme Islam dan gagasan negara Islam. Sebuah ekspresi terhadap remuknya etika dan tak berjalannya hukum?

20 Desember 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Boleh jadi, para aktivis Darul Islam dan penggagas Negara Islam Indonesia bakal bertepuk tangan mendengar kabar berikut: sebagian besar responden jajak pendapat TEMPO menyetujui gagasan negara Islam dan memaklumi gerakan Islam fundamentalis. Mereka mendukung aksi perang melawan maksiat seperti yang kerap dilakukan aktivis Front Pembela Islam (FPI). Mereka juga melihat penerapan syariat Islam yang keras bisa menjadi jawaban atas remuknya moral dalam masyarakat.

Jika hasil jajak pendapat ini bisa dijadikan rujukan, inilah potret umat Islam Indonesia pada pengujung tahun 2001. Alih-alih menyokong Islam yang teduh seperti yang ditawarkan kiai-kiai muda dan moderat, umat muslim kini stel kencang. Dalam logika mereka, ketimbang membiarkan negeri ini terjerumus dalam kerusakan moralditandai dari maraknya korupsi hingga perdagangan narkotiklebih baik mengambil sikap ekstrem, termasuk menegakkan moral agama secara tegas.

Para responden memang tak jelas betul mengidentifikasi negara Islam yang mereka maksud. Mereka, misalnya, tak menyebut dukungan terhadap hukum potong tangan terhadap pencuri atau siksa rajam kepada pezina. Mereka bahkan menolak aksi memaksakan syariatmisalnya razia perempuan tak berjilbab seperti yang kerap dilakukan di Acehatau ide poligami yang banyak disetujui kalangan fundamentalis.

Dengan kata lain, jika ingin berprasangka baik, dukungan sebagian publik terhadap fundamentalisme Islam mungkin harus dilihat sebagai ekspresi perasaan fatalistik terhadap kehancuran etika dan moral dalam masyarakat ketimbang keinginan menjadikan Indonesia seperti Afganistan pada era Taliban.

Dasar pemikiran mereka adalah lemahnya hukum di negeri ini. Apa yang tak cocok dengan moral Islammisalnya penjualan minuman beralkohol atau perjudianbukan cuma tak dilarang (sesuatu yang sulit sekali dilakukan di negeri bermasyarakat majemuk seperti Indonesia) tapi juga tak diatur peredarannya. Ini berbeda dengan di negara maju. Di negeri yang amat sekuler seperti Inggris saja, tak setiap saat orang bisa membeli minuman beralkohol. Dan menjelang tengah malam para bartender di pub-pub akan memencet bel tanda berakhirnya pemesanan minuman. Tujuannya, mencegah agar tak banyak orang mabuk.

Dengan kata lain, radikalisme Islamdi luar yang dilakukan para petualang politik yang bekerja atas nama Islamhanya bisa direduksi melalui penegakan hukum secara ketat. Tanpa itu, gerakan Islam radikal akan tumbuh subur di mana-mana.

Arif Zulkifli


Percayakah Anda kalangan Islam fundamentalis berada di belakang aksi teror dan pengeboman gereja belakangan ini?
Tidak percaya 75,49%
Percaya 24,51%
Jika percaya, dari dua hal ini mana yang lebih Anda percayai?
Aksi teror itu adalah gerakan politik yang hanya memakai nama Islam 70,97%
Aksi teror itu adalah gerakan keagamaan untuk membela Islam 29,03%
 
Apakah fundamentalisme Islam sebagai gerakan masih ada?
Ada 65,42%
Tidak Ada 34,58%
 

Apa pendapat Anda terhadap pandangan Islam fundamentalis berikut ini?
  Setuju Tidak Setuju
Penganut agama lain adalah musuh 8,89% 91,11%
Poligami 35,77% 64,23%
Negara Islam 74,90% 25,10%
Sikap anti-Barat 53,75% 46,25%
Perang melawan maksiat 98,81% 1,19%
Aksi memaksakan syariat 25,50% 74,51%
 

Dari dua hal di bawah ini, berkaitan dengan Islam fundamentalis, mana yang Anda pilih?
Fundamentalisme dibutuhkan dalam masyarakat yang imoral 62,06%
Fundamentalisme Islam merusak sikap beragama yang moderat 37,94%
 
Jika Islam fundamentalis dibutuhkan dalam masyarakat yang imoral, apa alasan Anda?*
Meski radikal, fundamentalisme Islam dapat mencegah kemaksiatan 67,52%
Fundamentalisme Islam adalah gerakan untuk mengembalikan syariat Islam 56,69%
Fundamentalisme Islam bisa menjadi penyeimbang budaya non-agamis yang kini berkembang 49,36%
*Responden dapat memilih lebih dari satu jawaban
 
Jika Islam fundamentalis merusak sikap beragama yang moderat, apa alasan Anda?*
Fundamentalisme Islam merusak citra Islam sebagai agama yang damai 69,27%
Fundamentalisme Islam membuat umat Islam terpencil dari masyarakat dunia. 53,13%
Fundamentalisme Islam merupakan aksi yang berlebihan dalam memahami agama 50%
Fundamentalisme Islam dapat menghambat kemajuan negara 2,60%
*Responden dapat memilih lebih dari satu jawaban
 

Metodologi jajak pendapat :

  • Jajak pendapat ini dilakukan oleh Majalah TEMPO, bekerja sama dengan Insight. Pengumpulan data dilakukan terhadap 506 responden di lima wilayah DKI, pada 1-5 Desember 2000. Dengan jumlah responden tersebut, tingkat kesalahan penarikan sampel (sampling error) diperkirakan 5 persen. Penarikan sampel dikerjakan melalui metode acak bertingkat (multi-stages random sampling) dengan unit kelurahan, RT, dan kepala keluarga. Pengumpulan data dilakukan lewat kombinasi antara wawancara tatap muka dan wawancara melalui telepon.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus