INI bukan pertama kalinya kami menyelenggarakan atau, dalam lingkup yang lebih kecil, mensponsori pementasan kesenian. Sudah berkali-kali kami melakukannya. Walau majalah ini bukan mengkhususkan diri pada masalah kebudayaan, kami toh masih mengakrabi dunia kesenian dan memberi tempat yang "semestinya" untuk dunia itu. Tapi untuk yang satu ini, Suita '92, memang lain. Jenis kesenian ini, yakni musik kontemporer, merupakan ladang yang tidak banyak peminatnya. Kalau peminatnya saja tak banyak, apalagi sponsornya. Walau begitu, pekerja-pekerja di jalur musik ini tetap saja aktif berkarya, tetap mencari sesuatu yang lain, dan tetap mempunyai semangat untuk suatu kali menampilkan karyanya di depan umum. Cuma saja, harap dimaklumi, sebagaimana umumnya kesenian yang bernama kontemporer, para seniman pendukungnya mempunyai aliran yang memang tak bisa diseragamkan. Adalah Adila Suwarmo, yang selama ini dikenal bergaul erat dengan para seniman, yang mempunyai ide: mementaskan lima seniman musik kontemporer yang selama ini dikenal menonjol. Ini jelas bukan pekerjaan yang mudah, bagaimana membawa kelima seniman yang berbeda aliran itu ke satu panggung yang sama. Namun, berkat keuletan Adila, kelima seniman itu ternyata bersedia. Tinggal kemudian urusan dana. Adila melakukan kontak dengan Wakil Pemimpin Redaksi TEMPO Fikri Jufri. Fikri kemudian menyarankan bagaimana kalau Kompas juga disertakan. Artinya, kerja bareng TEMPO-Kompas. Sambutan Kompas ternyata positif. Maka, pergelaran Suita '92 pun dirancang dalam rapat-rapatnya yang diadakan di Majalah TEMPO. Dari Kompas diwakili Julius Pour (humas kelompok Gramedia), sedangkan dari TEMPO langsung diwakili Fikri Jufri, didampingi Putu Setia, redaktur pelaksana yang membidangi rubrik Musik. Rapat-rapat inilah yang menentukan bahwa pergelaran malam pertama, Selasa 13 Oktober, dikhususkan untuk para undangan: relasi TEMPO dan Kompas. Baru pada malam kedua, Rabu, 14 Oktober, pergelaran ini untuk umum. Secara keseluruhan pergelaran ini tergolong sukses. Pada pergelaran khusus malam pertama, banyak relasi kedua penerbitan ini yang datang dan langsung disambut oleh Jakob Oetama dan August Parengkuan (Kompas), Goenawan Mohamad dan Fikri Jufri (TEMPO). Pada malam kedua, penonton memenuhi kursi yang tersedia. Sementara pada malam pertama seusai pertunjukan ada jamuan, pada malam kedua ada diskusi yang banyak diminati oleh para pemusik dan mahasiswa musik. Pemimpin Redaksi Kompas, Jakob Oetama, memberikan sambutan yang menggelitik kita pada malam pertama: "Ternyata tidak hanya olah raga yang membutuhkan penonton, musik kontemporer juga." Selain itu, kata Jakob, selayaknya golongan menengah memberi perhatian yang serius terhadap kesenian kontemporer. Pertunjukan dua malam yang pembawa acaranya adalah musikus Harry Roesli -- dengan komentar-komentarnya yang kocak -- diulas oleh Franki Raden pada penerbitan minggu ini. Franki adalah kritikus musik yang saat ini sedang menyelesaikan tesis doktornya di Universitas Wisconsin, Amerika Serikat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini