Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

prelude

Bursa Panglima Orde Baru

12 Juni 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Bursa calon Panglima TNI menghangat menjelang Marsekal Hadi Tjahjanto pensiun akhir tahun ini.

  • Pada 1993, ada tiga calon pengganti Panglima ABRI Jenderal Try Sutrisno, yakni Jenderal Edi Sudradjat, Letjen Feisal Tanjung, dan Letjen Wismoyo Arismunandar.

  • Keputusan siapa pengganti Jenderal Try Sutrisno, yang naik menjadi wakil presiden, tergantung keputusan Presiden Soeharto.

BURSA pemilihan Panglima Tentara Nasional Indonesia kembali menghangat menjelang Marsekal Hadi Tjahjanto pensiun dari jabatannya pada akhir tahun ini. Dua calon terkuat yang digadang-gadang bakal menggantikan Hadi adalah Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Andhika Perkasa dan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono. Meski begitu, semua tergantung Presiden Joko Widodo, yang berwenang memilih Panglima TNI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di era Orde Baru pun pemilihan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia merupakan hak prerogatif Presiden Soeharto. Artikel majalah Tempo edisi 20 Februari 1993 berjudul “Bursa Nomor 1” melaporkan tentang bursa calon pengganti Jenderal Try Sutrisno yang bergantung pada keputusan Soeharto. Berikut ini artikelnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hari-hari Jenderal Try Sutrisno sebagai Panglima ABRI (Pangab) segera berakhir. Sabtu pekan lalu, di Istana Merdeka, Jakarta, Menteri Sekretaris Negara Moerdiono mengumumkan bahwa Presiden Soeharto akan melantik Pangab baru. “Presiden telah memutuskan waktu pelantikan dan siapa pengganti Panglima ABRI,” ujarnya.

Pernyataan Menteri Moerdiono itu disampaikan sehari setelah Kepala Staf Sosial Politik Letnan Jenderal Harsudiono Hartas menyatakan Fraksi ABRI akan mencalonkan Try untuk jabatan wakil presiden. Try, ketika dijumpai di Singapura, Senin lalu, mengelak menjawab tuntas siapa dan kapan penggantinya akan dilantik.

Ada tiga calon, seorang jenderal dan dua letnan jenderal, yang direka-reka orang bakal menggantikan Try sebagai orang nomor satu ABRI. Mereka: KSAD Jenderal Edi Sudradjat, 55 tahun; Kepala Staf Umum ABRI Letjen Feisal Tanjung (53); dan Wakil KSAD Letjen Wismoyo Arismunandar (52).

Unggulan sesuai dengan urutan. Kalau Jenderal Edi terpilih nanti, selain napak tilas pendahulunya (Jenderal Try dipromosikan sebagai Pangab setelah menjabat KSAD), ia akan menjadi perwira tertua yang dilantik sebagai Pangab.

Dua pendahulunya, Jenderal L.B. Moerdani, dilantik menjadi Pangab pada usia 51 tahun (1983), dan Try pada usia 53 tahun (1988). Undang-Undang Prajurit memang memungkinkan, bila dibutuhkan, seorang perwira tinggi diperpanjang masa dinas aktifnya selama setahun dan boleh dilakukan sampai lima kali berturut-turut.

Kalau Jenderal Edi terpilih sebagai Pangab, masa dinasnya otomatis akan diperpanjang pada April mendatang. Sekalipun usia Edi sudah usia pensiun, toh ia masih kelihatan gesit. Ia masih main tenis dan golf seminggu sekali. Kalau untuk olahraga menembak, Edi boleh dibilang jagonya di antara para perwira tinggi.

Prestasi dalam kepemimpinan, Edi boleh dibilang jenderal terlama sebagai KSAD dibandingkan dengan pimpinan TNI AD sebelumnya. Ia dilantik sebagai pucuk pemimpin TNI AD pada Februari 1988. Orang yang mendekati rekornya sebagai KSAD barangkali hanya Jenderal Umar Wirahadikusumah (menjabat KSAD pada 1969-1973).

Jenderal Edi, menurut seorang pengamat militer, memang pantas menduduki jabatan puncak di ABRI. “Ia mencerminkan seorang perwira profesional yang tulen,” katanya.

Karier Edi di militer memang sudah menonjol sejak dulu. Tak lama setelah lulus dari Akademi Militer Nasional, 1960, perwira lulusan terbaik ini ditunjuk menjadi Komandan Kompi Batalion I Resimen Para Komando Angkatan Darat (kini Komando Pasukan Khusus).

Sejak itu, kariernya merambat terus di baret merah, sampai dipercaya sebagai Komandan Grup IV Kopassandha (1971). Sembilan tahun kemudian, Edi dipromosikan sebagai Panglima Komando Tempur Lintas Udara Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (1980), lalu berturut-turut dipercaya sebagai Panglima Komando Daerah Militer Bukit Barisan (1981-1983), Pangdam Siliwangi (1983-1985), Kepala Staf Umum ABRI, dan Wakil KSAD (1985-1988).

Awal 1992, Edi diberi tugas oleh Presiden Soeharto membentuk Dewan Kehormatan Militer untuk meneliti peran personel ABRI dalam insiden berdarah di Dili, 12 November 1991. Dewan memberikan rekomendasi kepada Edi, dan atas rekomendasi tersebut KSAD menindak beberapa perwira ABRI, termasuk Pangdam Udayana Mayor Jenderal Sintong Panjaitan dan Panglima Komando Pelaksana Operasi di Timor Timur, Brigadir Jenderal R.S. Warouw.

Kalau Edi dipromosikan sebagai Pangab, siapa yang akan menggantikannya sebagai KSAD? Calon kuat pengganti Edi sebagai orang nomor satu TNI AD adalah Wakil KSAD Letjen Wismoyo Arismunandar. Tapi, seperti kata Jenderal Try Sutrisno, Presiden yang akan memutuskan siapa yang akan menjabat apa.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus