Catatan Pinggir GM

Mungkin informasi ini agak terlambat. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, bukan? Saya senang membaca tulisan-tulisan Pak Goenawan Mohamad, khususnya rubrik Catatan Pinggir. Dalam Catatan Pinggir berjudul Teror, TEMPO Edisi 6-12 April 1999, halaman 90, Pak Goenawan Mohamad menulis, ”Tak setiap orang seperti Ibrahim alaihisalam. Tapi setiap agama mengagungkan laku yang seperti itu. Siti Masyitoh yang membiarkan diri direndam dalam air yang mendidih, Santo Agustinus yang terbelenggu dengan tubuh dirajang panah, Urinara yang membiarkan dagingnya dipotong-potong untuk dimakan elang yang ganas, karena ia hendak melindungi seekor burung yang lemah….”

Dalam hubungan dengan hal itu, saya ingin menambahkan informasi bahwa setahu saya, menurut The International Webster Dictionary of the English Language, deluxe edition, 1995, Santo Agustinus dari Hippo (kota kuno dekat Annaba sekarang) meninggal pada tahun 430 Masehi secara wajar, bukan dirajam dengan panah. Sedangkan santo yang dirajam panah ialah Sebastian, yang tewas kurang-lebih tahun 288 Masehi di Roma, seperti yang saya baca di buku berjudul The Rise of Christianity: Sociologist Reconsider History, terbitan Princeton University Press, 1996.

ANDREAS BINTORO
Jalan Reog II-20
Bandung 40264
Telp. 022-315694