Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO Edisi Khusus Tahun 2000 telah terbit. Sebuah kitab yang apik, yang kiranya layak dibaca, dan perlu dikoleksi, meskipun dalam edisi ”sejarah” itu, yang seharusnya menghormati akurasi dan fakta, masih menyimpan kekeliruan. Sejumlah kesalahan tampak pada tulisan seni rupa yang berjudul Sudjojono Sang Perintis (halaman 188) tulisan Jim Supangkat.
Dalam sebuah alinea tertulis: ”Pada 1930, terdapat dua kelompok pelukis yang terlibat dalam pengembangan seni lukis modern. Pertama, kelompok pelukis Belanda (Jan Frank, Arie Smith, Piet Quburg)....”
Kekeliruan pertama dalam aliena itu mungkin ”sepele”: soal penulisan nama. Misalnya Arie Smith seharusnya Arie Smit (tanpa ”h”). Dan Piet Quburg mungkin maksudnya Piet Ouborg. Kekeliruan ”remeh-temeh” ini terjadi pula ketika ia menuliskan nama Velthuysen atau Velthuijsen jadi Velthuisen berkali-kali.
Kekeliruan kedua, soal peletakan Arie Smit pada kurun 1930. Ini kesalahan prinsipiil. Sebab, Arie Smit datang ke Indonesia baru pada 1938, dan langsung bekerja di Jawatan Topografi di Batavia. Arie baru serius melukis pada 1949, setelah ia menjadi orang sipil. Ia baru berpameran tunggal pada 1954. Untuk itu, bisa disimak 4 (empat) buku tentang Arie Smit yang ditulis Garrett Kam, Agus Dermawan T., Suteja Neka, Sudarmaji, dan Putu Wirata.
Lalu, disebutkan Persagi didirikan pada 1937. Ini salah. Yang benar adalah 1938, tanggal 23 Oktober. Dokumen ”baru” ini diungkap oleh Agus Djaya (Ketua Persagi) pada sekitar 15 tahun lalu. Sejumlah buku penting, seperti Perjalanan Seni Rupa Indonesia, Indonesia Heritage seri Visual Art, juga katalog-katalog pameran utama Sudjojono, telah menuliskan tahun 1938 sebagai kelahiran Persagi.
Di bagian lain tertulis : ”Sudjojono... ketika remaja dibawa ke Jawa oleh pelukis Yudhokusumo, ayah pelukis Kartono Yudhokusumo”. Dalam berbagai dokumen, tidak pernah tertulis bahwa Yudhokusumo adalah pelukis. Karena yang melukis hanyalah Kartono, anaknya. Hal ini juga ditegaskan oleh pelukis H. Widayat, yang tahu banyak mengenai keluarga Kartono Yudhokusumo, ”guru”-nya itu.
Koreksi ini dibuat untuk meluruskan ketidakakuratan.
AGUS DERMAWAN T.
Kelapagading Permai
Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo