Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angka

Harga Premium Boleh Naik

21 Maret 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Anda, layakkah pemerintah menaikkan harga Premium Rp 500?
(Periode 9-16 Maret 2011)
Ya
61.04%561
Tidak
37%340
Tidak Tahu
1,96%18
Total100% 919

PEMBACA Tempo Interaktif tak keberatan jika harga Premium naik meski hanya Rp 500. Mayoritas pembaca situs berita ini menyadari kenaikan harga penting agar beban subsidi tak melonjak.

Polemik perlu-tidaknya pemerintah menaikkan harga bensin muncul sejak dua pekan lalu. Harga minyak mentah dunia melenting ke level US$ 103 per barel akibat krisis politik di Timur Tengah. Ini tentu memusingkan pemerintah. Sebab, untuk setiap kenaikan US$ 1, diprediksi subsidi bakal bertambah Rp 700 miliar.

Tapi diam-diam, kajian serius terus berlangsung. Dua pekan lalu, Ketua Tim Pengkajian Pengaturan Bahan Bakar Minyak Bersubsidi, Anggito Abimanyu, mengumumkan hasilnya. Menurut dia, pemerintah punya tiga opsi. Satu di antaranya menaikkan harga Premium Rp 500 saja. "Itu artinya mobil dan sepeda motor pribadi akan membayar tambahan biaya," kata Anggito. Kebijakan ini mengecualikan pemilik angkutan umum. Mereka akan mendapat pengembalian kelebihan biaya senilai selisih harga Premium.

Opsi inilah yang dinilai publik paling masuk akal. Sebanyak 61,04 persen peserta jajak pendapat Tempo Interaktif pekan lalu setuju dengan opsi itu. Hanya 37 persen responden yang menolak.

Indikator Pekan Depan
BENCANA nuklir di ambang mata. Gempa dan tsunami yang melanda Jepang dua pekan lalu memicu ledakan beruntun di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi, 240 kilometer dari Tokyo. Ledakan itu dikhawatirkan menimbulkan radiasi nuklir yang bisa mengancam seluruh dunia.

Di Tanah Air, ledakan PLTN di Jepang punya implikasi lain. Selain bikin miris, kecelakaan itu membuat banyak orang makin kuat menolak PLTN. "Seharusnya pemerintah tak memaksakan PLTN," kata Lilo Sunaryo, Presiden Masyarakat Rekso Bumi-wadah perlawanan masyarakat sekitar Gunung Muria (Jepara, Kudus, Pati) yang menolak rencana pembangunan PLTN. Menurut Lilo, Jepang yang mempunyai tradisi disiplin tinggi dan menguasai teknologi canggih saja kewalahan mengantisipasi dampak radiasi, apalagi Indonesia.

Tapi yang pro-PLTN juga tak sedikit. Anggota Dewan Energi Nasional, Agusman Effendi, menegaskan, PLTN prioritas pembangunan nasional. Menurut dia, PLTN rampung pada tahun anggaran 2014-2019.

Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata menyatakan Indonesia siap membangun reaktor nuklir sebagai pembangkit tenaga listrik. "Secara teknologi, kita sudah mampu," katanya.

Menurut Anda, apakah Indonesia siap mengembangkan energi nuklir? Kami tunggu jawaban dan komentar Anda diwww.tempointeraktif.com.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus