Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Angka

Hukuman Mati Tetap Perlu

1 Februari 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Setujukah Anda hukuman mati dihapus? 20-27 Januari 2010
Ya
29,44% 275
Tidak
68,2% 637
Tidak Tahu
2,36% 27
Total 100% 934

ANTASARI Azhar dituntut hukuman mati. Jaksa menilai bekas Ketua Komisi Pembe­rantasan Korupsi ini bersalah me­merintahkan pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen. Efektifkah hukuman mati membuat jera dan takut orang menghabisi manusia lain? Faktanya, sekian banyak penjahat tewas di ta­ngan algojo, tapi kejahatan tetap tak surut. Robot Gedek dihukum mati, tapi kini muncul Babe yang membunuh dan menyodomi 12 anak. Para teroris mati di pancang eksekusi, tapi teroris lain tetap mengebom. Sedang­kan di Kanada, ketika konstitusinya menghapus hukuman mati, pelbagai jenis kejahatan justru turun.

Namun data ini tak mempengaruhi sikap sebagian besar dari 934 pembaca Tempo Interaktif yang memberikan suaranya selama pekan lalu. Mereka menilai hukuman mati tetap perlu untuk membuat jera dan takut siapa pun yang akan berbuat jahat. ”Hukuman mati masih sangat relevan, terutama untuk koruptor, pembunuh, dan pengedar narkotik,” kata Adam, pembaca dari Cilegon, Banten.

KOMENTAR:

Setuju hukuman mati biar yang lain jera. Untuk apa uang hasil korup, toh, akhirnya mati.

(Dadang, Bandung)

Kenapa keberatan? Sepanjang bisa dibuktikan berbuat salah, hukum mati saja, masih banyak stok manusia di negeri ini.

(Indra Kusuma, Jakarta)

Hidup-mati bukan di tangan hakim.

(Tito Doni, Jakarta Timur)

Indikator Pekan Ini
GIORGIO Armani membuat kaus bergambar garuda, seperti lambang negara kita. Pemerintah tersinggung dan menuntut rumah mode Italia ini menarik kaus yang di Jakarta dijual Rp 650 ribu per helai itu. Pihak Armani kemudian minta maaf. Tapi pemakaian lambang negara untuk barang komersial, apalagi produk fashion, tetap saja menjadi bahan perdebatan. Garuda bukan hal unik. Bendera Inggris atau Amerika Serikat juga banyak dipakai menjadi aksesori kaus, topi, bahkan celana dalam.

Nah, menurut Anda, bolehkah lambang negara kita jadi lambang kaus? Suarakan sikap Anda di www.tempointeraktif.com.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus