Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

Isu sara di Surabaya

4 reporter dari biro surabaya meliput perlakuan buruk para majikan keturunan cina terhadap para pembantu rumah tangga. menjurus ke konflik sara. pada saat yang sama wni hary gunawan tertembak mati.(sdr)

4 Oktober 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KETIKA pembantu rumah tangga Irah, dua pekan lalu, "menyanyi" tentang perlakuan sewenang-wenang majikannya selama empat tahun kepada seorang tukang becak yang menolongnya, suasana di Surabaya tiba-tiba jadi hangat oleh "radio dengkul" yang menyiarkan desas-desus bernada SARA. Apa sebenarnya yang terjadi? Tim reporter TEMPO di Surabaya segera melacak kebenaran cerita itu. Ternyata, kasus Irah cuma kriminal biasa. Tapi, karena majikan Irah, Harman Hartanto, keturunan Cina, sebagian masyarakat melihatnya dari sudut lain -- sentimen ras. Selasa siang pekan lalu, saat kami siap menurunkan laporan tentang Irah, muncul imbauan dari Pendam V/Brawijaya agar cerita tersebut tak diturunkan dulu. "Dampaknya bisa besar," kata Mayor Kadarusman, menyampaikan imbauan itu lewat telepon. Imbauan itu kami penuhi. Tapi, pelacakan cerita Irah tetap dilanjut Choirul Anam bolak-balik menemui Kapolwiltabes Surabaya Kolonel Moh. Hartantyo untuk mengecek kebenaran informasi diperolehnya di lapangan -- termasuk kasus Darti dan Mar, pembantu rumah tangga yang juga mendapat perlakuan buruk di rumah keluarga Seno. Sementara itu, Reporter Yopie Hidayat, dengan berbagai akal, tentu, berhasil merekam penjelasan Pangdam V/Brawijaya Mayjen Saiful Sulun kepada Muspida dan tokoh-tokoh masyarakat Jawa Timur di Wisma Prajurit, Surabaya. Adalah Yopie pula yang berhasil menembus penjagaan petugas yang berjaga-jaga di sekitar rumah keluarga Seno. Ternyata, banyak cerita menarik di dalam rumah keluarga Seno. Saat Choirul dan Yopie sibuk memburu kisah para pembantu rumah tangga yang malang itu, Reporter Masduki Baidlawi, yang ditugasi meliput suasana kota, muncul di toko emas Widuri, Blauran, yang dijarah orang-orang tak dikenal, hampir bersamaan dengan kedatangan polisi. Tanpa bantuan Kolonel Moh. Hartantyo, Kapendam V/Brawijaya Letkol R. Abdurrachman Amang, serta aparat keamanan lainnya, tak mungkin kami berhasil meliput kejadian pada saat yang tepat dan lengkap. Suasana Kota Surabaya bertambah hangat, ketika, selang beberapa hari setelah kasus Irah jadi pembicaraan masyarakat, Hary Gunawan, seorang pengusaha keturunan Cina, ditembak orang tak dikenal sewaktu berhenti di sebuah lampu merah. Motifnya: bisnis atau sentimen ras? Reporter Jalil Hakim mewawancarai pengacara dan sejumlah kawan bisnis Hary Gunawan, serta saksi mata di tempat kejadian. Siapakah pembunuh berjaket putih yang berkendaraan sepeda motor itu? Laporan yang dikumpulkan kuartet Choirul-Yopie-Masduki-Jalil, yang sedianya Anda baca pekan lalu, ditulis oleh Zaim Uchrowi. Dan, laporan dari Surabaya yang kami turunkan di rubrik Nasional dan Kriminalitas nomor ini lebih lengkap, tentu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus