Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Anda, mampukah tim sepak bola nasional lolos kualifikasi Piala Dunia 2014?
(22-31 Agustus 2011) |
||
Ya | ||
42,17% | 353 | |
Tidak | ||
55,56% | 465 | |
Tidak Tahu | ||
2,27% | 19 | |
Total | (100%) | 837 |
JUMAT pekan lalu, tim sepak bola nasional Indonesia bertanding untuk pertama kalinya di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia 2014. Lawan yang dihadapi bukan sembarang tim: Iran. Tim sepak bola dari Negeri Para Mullah itu sudah beberapa kali lolos ke putaran final Piala Dunia.
Pertandingan pekan lalu menandai dimulainya jalan panjang Indonesia menuju pentas dunia. Setelah menghadapi Iran, tim Indonesia masih harus bertanding melawan Bahrain dan Qatar. Jika lolos dari babak yang diisi 20 tim terbaik Asia ini, Indonesia masih harus bertarung di putaran keempat. Di putaran terakhir yang diikuti 10 tim itulah lima wakil Asia ke babak final Piala Dunia 2014 di Brasil akan ditentukan.
Seperti pertandingan-pertandingan sebelumnya, kemenangan Indonesia akan amat ditentukan dukungan suporter fanatik di Gelora Bung Karno, Jakarta. Asal berhasil menahan seri tim lawan di pertandingan tandang, ada kemungkinan Indonesia lolos ke putaran akhir--jika berhasil mengalahkan semua musuhnya di kandang.
Dukungan menggelora seperti yang diperlihatkan suporter Indonesia saat tim nasional mengalahkan Turkmenistan tentu amat diharapkan. Tapi, dari jajak pendapat di situs berita Tempo Interaktif sepanjang dua pekan lalu, tampaknya sentimen publik terbelah tentang peluang tim Merah-Putih.
Sebanyak 55,56 persen responden pesimistis Indonesia bisa lolos dari babak ini. Sedangkan 42,17 persen masih yakin. Jumlah pendukung kedua kubu yang tak berbeda jauh ini menyiratkan ada harapan akan penampilan ciamik tim sepak bola kita. "Berharap sih tidak apa-apa, tapi kita harus realistis," kata seorang responden, Ahmad Ikhsanul Hakim.
Indikator Pekan Ini REMISI atau pengurangan hukuman bagi terpidana kasus korupsi menuai polemik. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqoddas memulai perdebatan dengan menegaskan bahwa para koruptor di Indonesia "tidak perlu dan tidak layak diberi remisi". Dia beralasan koruptor jelas-jelas merugikan negara dan menyengsarakan rakyat. Menurut Busyro, perlakuan untuk koruptor di penjara seharusnya sama dengan teroris--yang memang tak pernah mendapat remisi. "Koruptor justru akan senang jika memperoleh remisi," kata mantan Ketua Komisi Yudisial ini seusai salat Idul Fitri di Alun-alun Selatan Yogyakarta. Busyro tegas meminta peraturan perundang-undangan tentang pemberian remisi diubah. Usul Busyro langsung disambut pro dan kontra. Politikus Partai Keadilan Sejahtera, Fahri Hamzah, tidak setuju. Menurut dia, ide itu ekstrem. "Dalam menegakkan hukum, KPK merasa di atas hukum dan KUHAP," kata Wakil Ketua Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat ini. Sebaliknya, Indonesia Corruption Watch setuju remisi untuk koruptor dihapus. "Hanya pelaku korupsi yang juga menjadi whistle blower yang boleh mendapat remisi," kata anggota Badan Pekerja ICW, Emerson Yuntho. Menurut Anda, layakkah remisi diberikan kepada para koruptor? Kami tunggu jawaban dan komentar Anda di www.tempointeraktif.com. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo