Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Jempol bu idah

Ny. idah, dari indramayu terkenal bisa mengobati berbagai penyakit. biang penyakit di tubuh diambilnya melalui goresan dengan kuku jari jempol kanan. pasiennya melimpah, penduduk kebagian rejeki. (ils)

30 Juni 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MOEDJIONO pensiunan Kapten AURI. Pekerjaan sekarang: asisten isterinya. Siapakah gerangan isterinya? Nyonya Idah, demikian nama sang isteri, siapapun mengenalnya bila sudah sampai di Desa Kedungwungu, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, yaitu di Gang Abimanyu, sekitar 15 kilometer di sebelah selatan jalan raya Jakarta-Cirebon. Karena di situlah Nyonya Idah menerima ratusan orang yang datang berobat kepadanya. Mengenakan baju putih-putih, mirip petugas rumah sakit, Bu Dukun yang usianya kini 46 tahun memang tersohor bisa mengobati berbagai macam penyakit. Sakit kencing manis, kencing batu, usus buntu, bahkan penyakit syaraf sekalipun, bisa ditanggulanginya. Demikian kabarnya. Pasien diobatinya dengan jalan "operasi kecil": kulit dan daging dikuak sedikit untuk "diambil biang penyakitnya," ujar Nyonya Idah. "Kalau bibit penyakit masih di tubuh, bagaimana pasien bisa sembuh," begitu prinsip pengobatannya. Begitu banyaknya orang datang -- menurut bagian pendaftaran sedikitnya ada 240 orang -- sampai Idah mengobati pasien secara berombongan. Petugas memanggil mereka bersepuluh-sepuluh. Para pembantunya biasanya yang menanyakan terlebih dahulu segala sesuatu tentang penyakit si pasien. Secara ringkas si pembantu menerangkan kembali kepada majikannya. Dengan sedikit jampi-jampi, yang keluar dari bibirnya dengan suara tidak begitu jelas, tangan Idah menggerayangi tubuh si pasien. Tangannya berhenti di suatu tempat, seperti menemukan sesuatu, dan mulailah kuku jari jempol sebelah kanannya mengiris. Bagaikan pisau seorang dokter bedah saja. Kulit rupanya tergores sedikit saja. Sebab untuk penyembuhannya, tidak diperlukan jahitan untuk menutup luka yang dikuakkan kuku jempol tadi. Cukup dengan mengulas kembali luka tersebut, juga dengan jampi-jampi, luka hanya membekas bagaikan goresan saja Nyonya Idah biasanya membekali pasiennya dengan obat ramuan yang harus diminum secara teratur. Pantangan makan juga ditentukan. Selama dua minggu setelah goresan pertama tadi, pasien harus 6 kali datang kembali. Hari Jumat dan Sabtu Idah tidak mau mengobati orang. "Dua hari itu ilmunya tak mempan mengobati orang sakit," ujar Tarya, petugas keamanan di kampung itu. Banyaknya orang datang tentu saja merobah kehidupan di kampung itu. Tidak kurang dari 30 warung atau rumah makan selalu buka siang dan malam. Anak-anak muda kampung tersebut bagai tak pernah tidur. Mereka rajin mengobral berbagai jasa. Ada yang jadi calo untuk memperlancar jalan menuju ke petugas yang bagian daftar. Di seputar situ tidak pernah kurang dari 60 mobil. Maka hiduplah usaha jasa parkir di situ. Pasien yang berdatangan dari beberapa kota di Jawa Barat dan Jawa Tengah biasanya rela menunggu sampai gilirannya tiba. Tidak ada hotel atau penginapan. Tapi beberapa rumah penduduk menyediakan tempat istirahat ala kadarnya. Puluhan banyaknya bahkan mau tidur begitu saja di emperan rumah Moedjiono. "Ini sebetulnya tidak membuat enak hati kami," kata Moedjiono. Jenderal & Aktor Padahal yang datang ke situ tak sembarangan: dari berbagai pangkat dan bermacam penyakit. Ada yang datang jalannya bertatih-tatih, pulang sudah berjalan tegak. Teguh Karwanto, 26 tahun, misalnya salah seorang pasien yang merasa disembuhkan. Penyakit karyawan perusahaan perakitan mobil di Jakarta ini memang aneh: selalu berkeringat dari leher ke kepala. Dia sudah ke dokter. Juga datang ke ahli akupuntur di Tanjungpriok. Hasilnya nihil. Di tangan Nyonya Idah penyakitnya menyerah. Padahal, "saya sudah 14 kali berobat ke dokter," ujar Teguh, "ternyata percuma saja." Said, 35 tahun, mengaku pegawai P&K di Kabupaten Serang. Ia datang ke Gang Abimanyu untuk mengobati penyakit kencing batunya. Said di"operasi" dan sembuh. Bahkan dia dibekali batu karang yang konon menjadi sebab penyakitnya. Dari Said, Teguh dan lain-lainnya itulah kabar tentang kelihaian Nyonya Idah tersebar luas. Yang datang ke situ bahkan berkendaraan Volvo segala. Seperti lazimnya praktek pedukunan selalu dikunjungi tamu-tamu kalangan VIP. Moedjiono dapat menyebutkan beberapa nama jenderal dari Jakarta yang pernah berobat ke situ. "Aktor Wahab Abdi juga sudah ke sini," ujar Moejiono. Wahab Abdi menderita sakit amandel dan dapat disembuhkan -- demikian cerita Moedjiono. Tidak jelas dan tidak pernah diselidiki, adakah para pasien Nyonya Idah betul-betul sembuh. Pihak Jawatan Kesehatan setempat tak mengutik-utik praktek Dukun Idah. Praktek dokter atau Puskesmas di Anjatan dan Haurgeulis (7 km dari Kedungwungu) tak pernah kesepian. Penduduk di situ lebih suka membawa penyakitnya ke sana. Mengapa tidak pergi ke Nyonya Idah? "Pengobatannya tidak mempan untuk orang kampungnya sendiri," jawab para tetangganya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus