JADWAL kompetisi Galatama mulai tak pasti. Klub Cahaya Kita,
sedianya bertanding 14 Juni melawan Warna Agung, ternyata tak
jadi turun ke lapangan. Pertandingan lain yang direncanakan 18
Juni antara Tunas Inti melawan Indonesia Muda dibatalkan.
"Dibatalkan PSSI karena ada Espanol," kata pimpinan Cahaya Kita,
Kaslan Rosidi Tim Espanol Barcelona, Spanyol, memang melawan
PSSI Utama (0-1) dan PSSI Pratama (0-0) di stadion utama
Senayan, Jakarta, 17 dan 19 Juni lalu. Tapi penundaan kompetisi
Galatama bukan untuk kali pertama.
Beberapa klub, misalnya, sudah harus melawan Jayakarta atau
Warna Agung, tapi terpaksa menunggu dulu. Banyak pemain klub
yang tersedot ke pelatnas. Peraturan memang memungkinkan bagi
perkumpulan yang pemainnya dipanggil, sedikitnya 2 orang, untuk
menunda kompetisi. Tak heran bila Jayakarta -- sejak
pertandingan perdana 17 Maret lampau -- baru 3 kali bertarung.
Akibatnya? "Perhatian pecandu sepakbola, juga pemain, terhadap
Galatama mulai lesu," komentar Dr. T.D. Pardede, boss
Pardedetex. Klub ini 10 Juni seharusnya bertanding dengan Warna
Agung tapi dibatalkan. Pemain inti Warna Agung masih harus
memperkuat PSSI Utama dan PSSI Pratama. "Lihat, sudah berapa
saya rugi," tambah Pardde. Ia tidak menyebut kerugiannya
berapa.
Cahaya Kita, menurut Kaslan, dalam mempersiapkan diri untuk
melawan Warna Agung telah mengeluarkan uang sekitar Rp 1 juta.
Itu termasuk biaya latihannya dan pemondokan pemainnya di Wisma
Persija sejak 1 Juni. Klub ini tidak mengontrak pemain beken
seperti Pardedetex. Juga mereka tinggal di rumah masing-masing,
kecuali ada TC. Meski demikian, terhitung Januari sampai Juni,
mereka menghabiskan Rp 17 juta. Pemasukan? "Nol," kata Kaslan.
Boleh taksir berapa biaya Pardedetex yang lebih royal.
"Kalau keadaan seperti ini berlangsung sampai 3 atau 4 bulan
lagi, mungkin ada klub yang mengundurkan diri," ramal Benniardi,
pimpinan Tunas Inti. Dari 14 klub Galatama memang tak semuanya
ditopang oleh materi yang kuat.
Tjung Djunantoro dari BBSA Tama pernah mengeluh juga tentang
soal materi ini. "Dari pertandingan belum bisa diharapkan
pemasukan, paling tidak untuk jangka 2 atau 3 tahun," katanya.
BBSA Tama termasuk klub yang sulit dijual kepada penonton.
Mereka bahkan pernah mengadakan pertandingan gratis ketika
melawan Cahaya Kita. Begitu pun tak menyedot banyak penonton.
"Repotnya, usaha sampingan juga belum jalan." Klub ini berbentuk
PT -- di samping mengharapkan bisnis sepakbola -- juga berusaha
di sektor leveransir dan kontraktor.
Kalau sampai ada klub yang menarik diri, demikian Benniardi,
efeknya akan terlihat pula pada perkumpulan lain. "Saya mohon
perhatian PSSI, agar penundaan kompetisi jangan sampai
menimbulkan frustrasi bagi klub," katanya. Frustrasi? "Belum,"
ujar Ketua Bidang Lembaga Sepakbola PSSI, Syarnubi Said.
"Keresahan memang ada."
Coca Cola
Di sekretariat PSSI di stadion utama Senayan, 21 Juni siang
Syarnubi bersama Komisi Galatama tak kurang menghabiskan tempo 2«
jam untuk membahas soal keresahan itu. "Tertundanya beberapa
pertandingan disebabkan oleh situasi dan kondisi," ucap
Syarnubi. Ia mengambil contoh, ketika jadwal pertandingan Tunas
Inti melawan Indonesia Muda disusun, waktu itu tak seorang pun
pemain Indonesia Muda yang dipanggil memasuki pelatnas.
Siang itu, Komisi Galatama sampai kepada usul pemain terpilih
untuk PSSI agar diperkenankan ikut kompetisi, 1 minggu sebelum
mereka turun untuk pertandingan tim nasional. Sebelumnya, waktu
yang ditetapkan adalah 2 pekan untuk pemain-pemain PSSI Pratama
dalam 3 pekan untuk PSSI Utama. Pimpinan PSSI menyetujui usul
Komisi Galatama tersebut.ÿ20
Saat ini, 61 dari 96 pemain di pelatnas adalah anggota klub
Galatama. Mereka terbagi dalam PSSI Pratama (19 orang), PSSI Utama
(20 orang), dan PSSI Junior (22 orang). Akan banyak lagi turnamen
yang diikuti PSSI. Antara lain, menghadapi tim Uni Soviet, turnamen
Merdeka Games di Kuala Lumpur, Piala Presiden di Seoul, dan
Kejuaraan Junior Piala Coca Cola di Tokyo. "Pertandingan itu perlu,
terutama untuk mengukur kemampuan tim nasional sebelum turun di
SEA Games (X) nanti," tambah Syarnubi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini