DIA tidak pasang papan reklame. Apalagi iklan di koran. Biarpun
begitu namanya cukup beken. Paling tidak di kalangan mereka yang
membutuhkan kaca baru buat mobilnya. Jack Karundeng - biasa
dipanggil oom Jack memiliki sebuah industri rumah secara
kecil-kecilan. Usahanya itu dia beri nama Nusantara Glas.
Pekerjaan pokok: mendandani mobil - yang karena sebab apa saja -
pecah kacanya. Bagi mereka yang tidak terlalu menggantungkan
harapan pada barang impor, kaca buatan oom Jack ini lumayanlah.
Buatannya dan juga harganya.
Lagi Top
"Buatan oom Jack memang lagi top sekarang ini". kata Piet
Pontoh. Piet, Bernard Wayong dan entah mengapa kok orang Kawanua
semuanya, saling setuju bahwa oom Jack ini memang mempunyai
keahlian untuk melengkungkan kaca ke arah mana saja yang dia
maui. Sebab membakar kaca ini tak bisa sembarangan. Salah-salah
kaca tidak mau ditekuk dan bahkan pecah jadinya. Karena itu oom
Jack dengan nada merendah berkata: "Pekerjaan ini
gampang-gampang susah". Si oom yang satu ini sebegitu jauh
lestari usahanya selama lima tahun terakhir. Dia juga diangkat
sebagai kepala RT di kawasan situ.
"Pernah ada yang coba-coba", sambung Piet Pontoh, "tapi usahanya
gulung tikar. Habis, kaca yang dibuatnya pecah melulu.
Perusahaan oom Jack dan kawan-kawannya ini memang cukup
sederhana. Di sebuah kampung Sunter bilangan Ancol, ada sebuah
jalan kecil. Di mulut gang tersebut biasanya berkumpul beberapa
abang becak menunggu rezeki. Tanya saja di mana rumah oom Jack,
mereka akan menunjuk ke sebuah rumah di mulut gang yang lain.
Rumah oom Jack dan penduduk sekitarnya. tidak besar. Beratap
genteng berdinding bambu, tegaklah sebuah rumah yang bertetangga
dengan empang mati karena sesak ditimbun sampah. Dalam rumah
itu ada dua buah tungku besar. Menurut pengakuan oom Jack,
tungku ini dibuat seharga Rp 50 ribu. Kalau saja tidak ada api
yang menyala, banyak yang mengira tungku ini adalah kubu-kubu di
mana tentara Nippon dulu mempertahankan diri.
Kayu bakar bertimbun memenuhi dinding rumah. Di kanan kiri
tungku, bertengger beberapa bingkai-bingkai besi guna mencetak
ukuran kaca. Biasanya dalam panas tungku tertentu, - oom Jack
dan kawan-kawannya tidak mengukurnya dengan termometer --
dimasukkanlah kaca yang sudah diapit oleh bingkai besi. Bagaikan
ibu-ibu yang sedang memanggang ayam. Dengan ketekunan dan
kesabaran, kaca kemudian dia bentuk bagaikan selembar saputangan
saja. Bentuk kaca serupa seperti aslinya, tapi sesungguhnya tak
sama.
Jamin Deh
Ilmu membuat kaca mobil ini berasal dari Piet Mamuaya. Di tahun
1960, Piet masih jadi pegawai di sebuah perusahaan mobil di
Surabaya. Bernard Wayong mendapatkan pengetahuan tentang kaca
lewat seorang Tionghoa yang membuat genting kaca di Bandung.
Mereka saling bertemu, bergabung dan mulailah usaha mereka
secara mantap di tahun 1966. Diakui oleh Jack Karundeng, bahwa
buatan mereka waktu itu belum semantap seperti sekarang. Kaca
lebih banyak pecah ketika dibakar. Kalaupun selamat kaca pecah
ketika dipasan di mobil Kalau tidak pecah ketika dibakar, juga
tetap utuh ketika dipasang di mobil, eh, pecah ketika mobil
meluncur.
"Sekarang ini saya berani jamin memuaskan. Dan tak kalah dengan
yang orisinil", ujar oom Jack. Perusahaan tak perlu lagi
diliputi kekhawatiran. Rugi karena rusaknya produksi, bisa
ditekan sekecil mungkin. Karena mutunya meningkat, langganan tak
perlu dicari lagi. Tambah oom Jack: "Mereka datang sendiri tanpa
kami undang. Dan yang datang, turut mempromosikan usaha kami".
Pegawainya kini ada sekitar 10 orang. Semakin banyak kaca mobil
yang pecah, semakin baik rezeki oom Jack. Rata-rata setiap
harinya, dia menerima empat pesanan. Jadi kaya?, Ujar oom Jack
lagi yang tampaknya enggan bicara dan suka bekerja: "Bisa saja
jadi kaya lewat kaca. Tapi saya tak ada ambisi. Pendapatan kami
cukuplah untuk menghidupi kami semua. Kalau kami mendapat lebih,
kelebihan itu kami sumbang untuk gereja dan usaha sosial".
Rupanya, oom Jack dan kawan-kawannya mempunyai ilmu lain:
mendapat banyak, tapi ambil secukupnya saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini