Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Talu Setelah Gempa

Ratusan rumah penduduk di Talu, Pasaman, berantakan karena gempa bumi. Penduduk terpaksa tidur di lapangan terbuka selama seminggu. Rumah yang rusak diperbaiki secara gotong royong.

16 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEMPA bumi yang melanda Tah (Kabupaten Pasaman) dan sekitarnya awal Maret lalu meninggalkan akibat yang lumayan. Sampai aknir bulan, laporan yang diterima Pemda Pasama mencatat 892 rumah penduduk rusak berat, 18 di antaranya hancur. Mesjid dan langgar yang rusak 17 buah, disusul 10 gedung SD, 4 perkantoran, 3 SLP, dan 1 gedung SLA. Kemudian 1 sekolah agama. "Kurang lebih 5434 orang praktis kehilangan tempat berteduh", kata Bupati Pasaman drs. Saruji Ismail kepada TEMPO di Talu. Laporan lengkap memang terlambat bisa diterima pihak Pemda Pasaman. Soalnya gempa yang memusat di tiga desa di Kecamatan Talamau itu terletak jauh terpencil antara yang satu dengan yang lain. "Itu data terakhir", kata Anas anggota DPRD Pasaman yang baru saja berkeliling dengan Bupati. Desa yang paling parah adalah Sinurut dan Talu. Tiga kampung utama praktis seluruh bangunannya hancur. Ketiga kampung itu adalah Rumbai, Air Angat dan Tinggam. Tak cuma bangunan, juga sawah banyak yang renggah. Jalan kampung pecah dan menganga di mana-mana. Bencana gempa itu masih saja menjadi kisah pengalaman yang mengerikan bagi penduduk. "Bumi bergetar kuat. Saya tak tahu apa-apa lagi", kata seorang penduduk Tinggam kepada TEMPO di Talu. Penduduk memang ada yang sempat lari keluar rumah dan menyaksikan rumahnya miring dengan cepat. Seminggu lamanya ketakutan meraja lela. Semua orang di sekitar Talu tidur di lapangan terbuka. Sebab penduduk menyaksikan sendiri bagaimana banyaknya bangunan rubuh tiba-tiba. Meskipun begitu selama dalam keadaan panik itu pemda Pasaman mengambil langkah selain berupa bantuan darurat juga anjuran agar penduduk kembali menaiki rumahnya. Tapi karena takut, sedikit sekali yang berani tidur di rumah. Sebagian besar memang membikin tenda darurat di lapangan terbuka. Ketakutan macam itu sebenarnya bukan tanpa alasan. Sebab gempa yang menggoyang Talu itu tercatat sebagai yang terkuat juga. Catatan pihak meteorologi Sumbar di Padang Panjang 6 pada skala Richter. Ini menunjukkan bahwa gempa lebih kuat ketilnbang yang terjadi di Bali yang cuma 5,6 pada skala richter. Meski begitu Talu lebih beruntung. Sebab korban manusia tidak ada. Miskin Gempa bumi di Talu itu adalah jenis gempa tektonik yang diperkirakan karena gerakan kulit bumi pada 30 Km di bawah Talu. Akibat di permukaan memang terlihat aneh juga. Di Pasar Talu misalnya pada deretan tertentu bangunan yang berkwalitas sama rubuh membumi. Di sebelahnya tidak sedikit pun rusak. Di sebelah yang lain rubuh lagi. Keanehan yang lain juga ditemukan. Misalnya di Tinggam dengan luas 5 meter bujursangkar tanah menaik 2 meter dari tempat semula. Di Bukit Solok (di sekitar Talu sepanjang 12 meter dengan dalam 1 kaki tanah membelah bukit itu. Di rimba Panti yang terletak 30 Km di sebelah timur Talu ditemukan resapan air panas baru. Sebelumnya ini sama sekali tidak ada. Keadaan Talu akhir bulan lalu memang kembali normal, walaupun kengerian akibat bencana masih membayang. "Kelelahan" nyaris melanda seluruh penduduk. Soalnya bangunan rumah mereka banyak yang rusak. Tanah yang retak di tengah jalan memang sudah ditimbuni kembali. Juga sawah yang renggah. Bangunan rumah yang bisa diselamatkan diperbaiki secara gotong-royong. Ini umumnya bangunan yang miring dan yang tidak rusak berat. Setelah gempa memang penduduk membentuk satuan tugas tiap kampung untuk melakukan perbaikan dari rumah ke rumah. Tapi sampai akhir bulan Maret lalu masih ratusan rumah dalam keadaan miring, seperti yang tampak di kiri-kanan masuk ke desa Talu. Bagi sebagian lain penduduk yang rumahnya tak mungkin lagi diperbaiki banyak yang nebeng di rumah tetangga. Dan inilah di antara ratusan penduduk Talu dan sekitarnya yang lagi panik menghadapi akibat bencana gempa itu. Seperti juga pedalaman Bali, penduduk Talu rada-rada miskin juga. Akibat bencana gempa di Talu ini memang agak terlambat juga ditengok. Paling tidak untuk pejabat dari propinsi. Meski begitu gubernur Harun Zain lengkap dengan staf sejak 26 Maret lalu meninjau akibat gempa di Talu. Emil Salim yang datang ke sana meskipun ada juga kaitannya dengan kampanye Golkar menyerahkan bantuan Presiden sebesar Rp 20 juta. Sampai akhir bulan lalu bantuan masih tetap mengalir meski tak terlalu besar. Tapi adakah penduduk Talu dan sekitarnya juga akan menikmati fasilitas perbaikan bangunan seperti di Bali? "Kita berharap memang begitu", kata staf Bupati Pasaman. Tinggal kini bagaimana pihak propinsi bisa memperjuangkannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus