GEMPA bumi yang melanda Tah (Kabupaten Pasaman) dan sekitarnya
awal Maret lalu meninggalkan akibat yang lumayan. Sampai aknir
bulan, laporan yang diterima Pemda Pasama mencatat 892 rumah
penduduk rusak berat, 18 di antaranya hancur. Mesjid dan
langgar yang rusak 17 buah, disusul 10 gedung SD, 4 perkantoran,
3 SLP, dan 1 gedung SLA. Kemudian 1 sekolah agama. "Kurang lebih
5434 orang praktis kehilangan tempat berteduh", kata Bupati
Pasaman drs. Saruji Ismail kepada TEMPO di Talu.
Laporan lengkap memang terlambat bisa diterima pihak Pemda
Pasaman. Soalnya gempa yang memusat di tiga desa di Kecamatan
Talamau itu terletak jauh terpencil antara yang satu dengan yang
lain. "Itu data terakhir", kata Anas anggota DPRD Pasaman yang
baru saja berkeliling dengan Bupati.
Desa yang paling parah adalah Sinurut dan Talu. Tiga kampung
utama praktis seluruh bangunannya hancur. Ketiga kampung itu
adalah Rumbai, Air Angat dan Tinggam. Tak cuma bangunan, juga
sawah banyak yang renggah. Jalan kampung pecah dan menganga di
mana-mana.
Bencana gempa itu masih saja menjadi kisah pengalaman yang
mengerikan bagi penduduk. "Bumi bergetar kuat. Saya tak tahu
apa-apa lagi", kata seorang penduduk Tinggam kepada TEMPO di
Talu. Penduduk memang ada yang sempat lari keluar rumah dan
menyaksikan rumahnya miring dengan cepat. Seminggu lamanya
ketakutan meraja lela. Semua orang di sekitar Talu tidur di
lapangan terbuka. Sebab penduduk menyaksikan sendiri bagaimana
banyaknya bangunan rubuh tiba-tiba.
Meskipun begitu selama dalam keadaan panik itu pemda Pasaman
mengambil langkah selain berupa bantuan darurat juga anjuran
agar penduduk kembali menaiki rumahnya. Tapi karena takut,
sedikit sekali yang berani tidur di rumah. Sebagian besar memang
membikin tenda darurat di lapangan terbuka.
Ketakutan macam itu sebenarnya bukan tanpa alasan. Sebab gempa
yang menggoyang Talu itu tercatat sebagai yang terkuat juga.
Catatan pihak meteorologi Sumbar di Padang Panjang 6 pada skala
Richter. Ini menunjukkan bahwa gempa lebih kuat ketilnbang yang
terjadi di Bali yang cuma 5,6 pada skala richter. Meski begitu
Talu lebih beruntung. Sebab korban manusia tidak ada.
Miskin
Gempa bumi di Talu itu adalah jenis gempa tektonik yang
diperkirakan karena gerakan kulit bumi pada 30 Km di bawah Talu.
Akibat di permukaan memang terlihat aneh juga. Di Pasar Talu
misalnya pada deretan tertentu bangunan yang berkwalitas sama
rubuh membumi. Di sebelahnya tidak sedikit pun rusak. Di sebelah
yang lain rubuh lagi.
Keanehan yang lain juga ditemukan. Misalnya di Tinggam dengan
luas 5 meter bujursangkar tanah menaik 2 meter dari tempat
semula. Di Bukit Solok (di sekitar Talu sepanjang 12 meter
dengan dalam 1 kaki tanah membelah bukit itu. Di rimba Panti
yang terletak 30 Km di sebelah timur Talu ditemukan resapan air
panas baru. Sebelumnya ini sama sekali tidak ada.
Keadaan Talu akhir bulan lalu memang kembali normal, walaupun
kengerian akibat bencana masih membayang. "Kelelahan" nyaris
melanda seluruh penduduk. Soalnya bangunan rumah mereka banyak
yang rusak. Tanah yang retak di tengah jalan memang sudah
ditimbuni kembali. Juga sawah yang renggah. Bangunan rumah yang
bisa diselamatkan diperbaiki secara gotong-royong. Ini umumnya
bangunan yang miring dan yang tidak rusak berat. Setelah gempa
memang penduduk membentuk satuan tugas tiap kampung untuk
melakukan perbaikan dari rumah ke rumah. Tapi sampai akhir bulan
Maret lalu masih ratusan rumah dalam keadaan miring, seperti
yang tampak di kiri-kanan masuk ke desa Talu.
Bagi sebagian lain penduduk yang rumahnya tak mungkin lagi
diperbaiki banyak yang nebeng di rumah tetangga. Dan inilah di
antara ratusan penduduk Talu dan sekitarnya yang lagi panik
menghadapi akibat bencana gempa itu. Seperti juga pedalaman
Bali, penduduk Talu rada-rada miskin juga.
Akibat bencana gempa di Talu ini memang agak terlambat juga
ditengok. Paling tidak untuk pejabat dari propinsi. Meski begitu
gubernur Harun Zain lengkap dengan staf sejak 26 Maret lalu
meninjau akibat gempa di Talu.
Emil Salim yang datang ke sana meskipun ada juga kaitannya
dengan kampanye Golkar menyerahkan bantuan Presiden sebesar Rp
20 juta.
Sampai akhir bulan lalu bantuan masih tetap mengalir meski tak
terlalu besar. Tapi adakah penduduk Talu dan sekitarnya juga
akan menikmati fasilitas perbaikan bangunan seperti di Bali?
"Kita berharap memang begitu", kata staf Bupati Pasaman. Tinggal
kini bagaimana pihak propinsi bisa memperjuangkannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini