KARAPAN sapi tak hanya ada di Madura. Diam-diam ternyata
lombok juga menyimpan itu permainan ketrampilan hewan yang
terkenal alon langkahnya itu. Namanya permainan male'an sapi.
Diperkenalkan kepada orang ramai 20 Desember tadi di Mataram
buat menghangatkan HUT ke-17 Propinsi NTB oleh Dinas Peternakan
Propinsi tersebut. Kalau karapan Madura berlangsung di lapangan
atau daratan kering, male'an sapi lombok, diadakan di sawah
berlumpur. Tapi mengingat letak kedua pulau tersebut tak begitu
berjauhan, adakah pengaruh atau saling hubungan satu sama lain?
"Sama sekali tak ada pengaruh Madura", kata Nurkita, Kepala Desa
Batu Kumbang, Kecamatan Narmanda. "Karapan sapi di Lombok adalah
warisan kegembiraan nenek moyang". Tapi memang tak bisa
diungkapkan, sejak nenek moyang yang keberapa dan kapan.
Keterangan Kepala Desa yang juga seorang juri di perlombaan yang
pertama kalinya itu mendapat anggukan ir. Lalu Wijaya, Kepala
Dinas Peternakan Lombok Barat dan drs. Lalu Mujitahid Kepala
Bagian Keuangan Kabupaten Lombok Barat.
Syahdan, dulunya male'an sapi dilangsungkan pada waktu "ngirek".
Yaitu pada waktu menjelang akhir mengolah sawah untuk ditanam.
Atau pada awal musim hujan. Tapi ini berarti sebagai pemberi
tanda atau peringatan bagi para petani agar menyiapkan segala
alat pertaniannya. Termasuk sapi-sapi yang akan dipakai menarik
bajal. Adakah pertaliannya dengan unsur kegamaan? "Oh, tidak.
Hanya untuk kegembiraan atau tanda peringatan bersawah itu.
saja", jawab Nurkita. Dan sebagai acara bergembira ria, seperti
lazimnya terjadi di mana-mana, tentu saja itu tontonan
menganugerahkan manfaat sampingan buat muda-mudi.
Kerotok
Tapi memang ada perbedaan antara male'an sapi sekarang dengan
yang di masa lampau. Dulu tak ada kriteria apa-apa atau
penentuan juara. Sekarang ini, seperti misalnya dalam
perlombaan akhir tahun 1975 itu setelah lama tak terdengar --
selanjutnya akan diadakan tiap tahun --, male'an sapi dinilai
secara keseluruhan: kedua sapinya, orangnya dan peralatannya:
Mengenai sapinya, misalnya dinilai besarnya, kesehatannya, warna
bulu dan kecepatan larinya. Sedang tentang orangnya, harus
lincah, gesit, pakaian harus lengkap sampai ikat kepala --
tentunya sesuai dengan adat sana. Peralatannya? Selain harus
lengkap tak boleh ketinggalan dan amat menentukan ialah yang
disebut "kerotok" itu semacam kalung kayu besar dan
mengeluarkan suara bila sang sapi berjalan atau
berlari. Irama kerotok harus nyaring, tak
boleh sember. Sebagai pengasyik mereka yang nonton
ditambahkan pula iringan suling tunggal membawakan gending
lawas. Maka penonton pun biasanya tak mau bubar sebelum
permainan berakhir sekitar jam 16.00 atau 17.00.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini