Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Karapan model lombok

Karapan sapi di lombok disebut male'an sapi, diadakan di sawah berlumpur, yang kini dilombakan setiap tahun. penilaian dilakukan terhadap kedua sapinya, orangnya dan peralatannya. (ils)

7 Februari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KARAPAN sapi tak hanya ada di Madura. Diam-diam ternyata lombok juga menyimpan itu permainan ketrampilan hewan yang terkenal alon langkahnya itu. Namanya permainan male'an sapi. Diperkenalkan kepada orang ramai 20 Desember tadi di Mataram buat menghangatkan HUT ke-17 Propinsi NTB oleh Dinas Peternakan Propinsi tersebut. Kalau karapan Madura berlangsung di lapangan atau daratan kering, male'an sapi lombok, diadakan di sawah berlumpur. Tapi mengingat letak kedua pulau tersebut tak begitu berjauhan, adakah pengaruh atau saling hubungan satu sama lain? "Sama sekali tak ada pengaruh Madura", kata Nurkita, Kepala Desa Batu Kumbang, Kecamatan Narmanda. "Karapan sapi di Lombok adalah warisan kegembiraan nenek moyang". Tapi memang tak bisa diungkapkan, sejak nenek moyang yang keberapa dan kapan. Keterangan Kepala Desa yang juga seorang juri di perlombaan yang pertama kalinya itu mendapat anggukan ir. Lalu Wijaya, Kepala Dinas Peternakan Lombok Barat dan drs. Lalu Mujitahid Kepala Bagian Keuangan Kabupaten Lombok Barat. Syahdan, dulunya male'an sapi dilangsungkan pada waktu "ngirek". Yaitu pada waktu menjelang akhir mengolah sawah untuk ditanam. Atau pada awal musim hujan. Tapi ini berarti sebagai pemberi tanda atau peringatan bagi para petani agar menyiapkan segala alat pertaniannya. Termasuk sapi-sapi yang akan dipakai menarik bajal. Adakah pertaliannya dengan unsur kegamaan? "Oh, tidak. Hanya untuk kegembiraan atau tanda peringatan bersawah itu. saja", jawab Nurkita. Dan sebagai acara bergembira ria, seperti lazimnya terjadi di mana-mana, tentu saja itu tontonan menganugerahkan manfaat sampingan buat muda-mudi. Kerotok Tapi memang ada perbedaan antara male'an sapi sekarang dengan yang di masa lampau. Dulu tak ada kriteria apa-apa atau penentuan juara. Sekarang ini, seperti misalnya dalam perlombaan akhir tahun 1975 itu setelah lama tak terdengar -- selanjutnya akan diadakan tiap tahun --, male'an sapi dinilai secara keseluruhan: kedua sapinya, orangnya dan peralatannya: Mengenai sapinya, misalnya dinilai besarnya, kesehatannya, warna bulu dan kecepatan larinya. Sedang tentang orangnya, harus lincah, gesit, pakaian harus lengkap sampai ikat kepala -- tentunya sesuai dengan adat sana. Peralatannya? Selain harus lengkap tak boleh ketinggalan dan amat menentukan ialah yang disebut "kerotok" itu semacam kalung kayu besar dan mengeluarkan suara bila sang sapi berjalan atau berlari. Irama kerotok harus nyaring, tak boleh sember. Sebagai pengasyik mereka yang nonton ditambahkan pula iringan suling tunggal membawakan gending lawas. Maka penonton pun biasanya tak mau bubar sebelum permainan berakhir sekitar jam 16.00 atau 17.00.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus