KAMPANYE Pemilu dimulai Minggu pekan ini. Juru kampanye PPP, Golkar, dan PDI akan unjuk kebolehan di depan khalayak, calon pemilih. Sepanjang 25 hari ini, bermacam janji akan diumbar, berbagai daya tarik masing-masing akan diketengahkan. Para kiai, tokoh masyarakat, pejabat tinggi, atau pelawak dan penyanyi akan naik panggung untuk memujimuji kontestan yang diwakilinya. Para juru kampanye itu sudah pula ditatar partainya sehingga diharapkan rakyat akan percaya akan rayuan-rayuan yang mereka lontarkan. Sebelum turun ke lapangan, ketiga kontestan lebih dulu mampir ke kantor TEMPO di kawasan Kuningan, Jakarta. Di sini ketiga kekuatan sosial politik itu telah menggelar bahan-bahan yang akan mereka kampanyekan, daerah mana yang mereka anggap sebagai kantong potensial sehingga akan digarap habis-habisan, dan berbagai soal lainnya yang berhubungan dengan pemilihan umum. Mula-mula yang mampir ke TEMPO, adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Utusan partai bintang ini, Selasa dua pekan lalu, datang dengan dipimpin oleh Ketua Umum Buya Ismail Hasan Metareum. Sebagai pendamping Buya, ada A.M. Saefuddin, cendekiawan Islam dan pengajar IPB Bogor, yang menjadi calon nomor 1 PPP untuk daerah pemilihan Jawa Barat. Turut pula Syufri Helmi Tanjung, Ketua PPP Sumatera Utara. Selama hampir tiga jam, mereka terlibat dalam diskusi, dan harus meladeni bermacam pertanyaan kritis dari para wartawan TEMPO. Keesokan harinya, yang datang adalah tim Golkar. Mereka adalah Sekjen Rachmat Witoelar dan Wakil Sekjen Freddy Latumahina. Kedua tokoh Beringin ini pun dengan nada optimis kalau Golkar akan menang lagi memaparkan rencana mereka selama kampanye, serta ramalan mereka akan hasil pemilu ini. Dan Rachmat yang selama ini memang akrab dengan banyak orang TEMPO, betul-betul "kampanye". Betapa tidak, keesokan harinya, kantor TEMPO dikiriminya satu dus kaus kuning, jam tangan, dan sejumlah atribut kampanye Golkar lainnya. Ketua Umum PDI Soerjadi bersama timnya juga datang ke kantor kami, pada hari berikutnya. Ia didampingi Yahya Nasution dan Sukowaluyo, serta Sekjen Nico Daryanto. Acara dengan pimpinan Partai Banteng ini berlangsung paling seru, mungkin karena belakangan ini orangorang PDI banyak melakukan manuver yang menjadi berita media massa. Kok TEMPO menyediakan mimbar kampanye? Bukan begitu. Sebagai majalah berita, kami melihat peristiwa kampanye yang hanya terjadi lima tahun sekali itu bukan peristiwa biasa. Sekadar contoh, pada zaman politik massa mengambang ini, desa adalah daerah yang steril dari kegiatan partai politik. Maka, selama masa kampanye yang pendek inilah rakyat desa diberi kesempatan mendengar omongan politik langsung dari tokoh-tokoh parpol. Untuk menghadapi peristiwa ini, kami pun mempersiapkan diri. Sebuah tim dibentuk, dipimpin Redaktur Pelaksana A.Margana. Mereka yang mengundang para kontestan tadi. Sepekan sebelumnya, mereka telah lebih dulu mengundang Afan Gaffar, pengajar UGM, yang pernah meneliti perilaku pemilih di Jawa dalam pemilu. Selain Afan, juga Rizal Mallarangeng, bekas aktivis mahasiswa UGM. Dengan sederet diskusi itu di luar diskusi-diskusi intern kami terjun meliput kampanye kali ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini