Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SAYA, mahasiswa Indonesia di Karachi (Pakistan), baru-baru ini menunaikan ibadah haji di Tanah Suci. Kesempatan ini saya manfaatkan juga untuk bertemu dengan orang tua yang kebetulan menunaikan ibadah haji. Namun, keinginan itu pupus di tengah jalan.
Saya mendapat kabar bahwa kedua orang tua saya serta beberapa jemaah asal Madura lainnya harus berurusan dengan polisi Arab Saudi karena visa palsu, kemudian mereka dijebloskan ke penjara. Mereka telah menjadi korban penipuan oleh orang-orang Indonesia di Arab Saudi sebagai ”konsulat bayangan”. Para korban penipuan itu sebenarnya orang awam yang tidak mengerti prosedur yang sah, sehingga mudah jatuh ke tangan para ”staf” konsulat bayangan itu.
Untuk menemui orang tua saya di penjara Arab Saudi bukan perkara gampang. Untuk itu, saya mohon bantuan KJRI di Jeddah, 18 April 2000. Ternyata, saya mendapatkan kekecewaan. Sejak awal saya sudah jengkel. Untuk memasuki halaman gedung yang seharusnya menjadi ”rumah orang Indonesia”, saya harus berhadapan dengan satpam yang bersikap kasar dan melarang masuk tanpa perjanjian terlebih dahulu. Setelah berhari-hari mencoba disertai ”perang mulut”, akhirnya saya berhasil masuk, tapi lagi-lagi harus bertemu dengan staf KJRI Jeddah yang menunjukkan sikap yang tidak simpatik atas musibah yang menimpa kedua orang tua saya. Bahkan seorang staf lainnya dengan sinis mengatakan, ”Sudahlah, ini cuma perkara enteng dan sudah biasa terjadi. Kenapa enggak minta bantuan KJRM (maksudnya Konsulat Jenderal Republik Madura) saja?” Saya tersinggung dan meradang. Musibah yang menimpa kedua orang tua saya ternyata dijadikan bahan olok-olok staf KJRI Jeddah.
Saya mengimbau para pejabat RI yang terhormat, terutama di jajaran Departemen Luar Negeri, Departemen Agama, dan KBRI Riyadh, agar berkenan memberikan bantuan kepada kedua orang tua saya dan beberapa jemaah lainnya. Saya juga sangat berharap agar pemerintah Indonesia dapat bekerja sama dengan pemerintah Arab Saudi untuk segera menelusuri dan membongkar kegiatan gelap ”konsulat bayangan” tersebut agar tidak ada lagi orang Indonesia yang menjadi korban penipuan.
SHIDDIQ ABDUL AZIZ
University of Islamic Studies
Block E: Gulshan-E-Iqbal
Karachi, Pakistan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo