Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SENIN lalu, dilangsungkan pertemuan kolumnis TEMPO yang juga dihadiri Presiden. Tapi ulang tahun TEMPO yang ke-29 itu mengandung ironi karena edisi luks setebal 138 halaman yang diedarkan hari itu hanya memuat satu kolom. Pada ”masa jaya-jayanya” TEMPO, pembaca bisa menikmati lima-enam kolom dalam satu nomor penerbitan. Ini bisa dilihat sebagai sebuah kemunduran.
Dulu TEMPO besar karena kolom dan sebagian kolumnisnya pun besar karena TEMPO. Ini simbiosis mutualisme. Bila kini TEMPO minus kolom dan kelimpahan iklan, ia sebetulnya bukan TEMPO lagi, melainkan sekadar sekrup kapitalisme. Bagi saya, diturunkan nilai honor pun tak apa-apa, asalkan pada setiap penerbitan bisa termuat tidak kurang dari enam buah kolom.
Belakangan ini, ada trend pemuatan kolom dua halaman cetak. Ini boleh-boleh saja untuk penerbitan khusus. Tapi, untuk edisi biasa, satu halaman sebetulnya sudah cukup. Menurut hemat saya, kalau dua halaman atau lebih, itu bukan kolom lagi, melainkan ”makalah yang belum selesai”.
Yang menjadi penyebab segalanya adalah rubrik Opini. Rubrik ini merupakan rubrik baru TEMPO. Rupanya, majalah ini mau meniru The Economist, yang memuat beberapa sorotan yang menonjol sebagai ”opini” dari redaksi. Ada keinginan redaksi untuk memengaruhi opini masyarakat secara langsung. Selama ini, kolom-kolom yang ada mengandung berbagai ide dan wacana yang ditawarkan penulis, sedangkan redaksi sendiri tidak punya opini tentang suatu peristiwa. Kombinasi editorial dan ringkasan peristiwa itulah yang kemudian diwujudkan dalam rubrik Opini.
Seakan ada persaingan antara rubrik Opini dan kolom. Opini diperbanyak, sedangkan kolom diciutkan. Jatah kolom kabarnya hanya tiga halaman. Ini sangat sedikit. Sebetulnya, ada jatah halaman lain yang bisa dimanfaatkan untuk kolom. Halaman layanan masyarakat (surat pembaca), misalnya, bisa digantikan oleh kolom.
Rivalitas antara rubrik Opini dan kolom itu sebetulnya merefleksikan gejolak dalam tubuh redaksi yang berbentuk dilema antara keinginan untuk berekspresi sendiri (lewat bendera rubrik Opini) dan maju bersama para kolumnis. Mau ke mana TEMPO ini tentunya terserah Anda. Pembaca akan menilainya melalui cara: membeli atau tidak membeli.
ASVI WARMAN ADAM
LIPI, Jalan Gatot Subroto 10
Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo