Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Pembaca

Krisis Integralistik

5 Desember 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MEMBACA tulisan K.H. M. Cholil Bisri di TEMPO Edisi 15-21 November 1999, rubrik Kolom, yang begitu santun, bulu kuduk saya serasa meremang.

Saya merasa ngeri dengan pernyataan beliau yang mengingatkan kita semua tentang runtuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia apabila kita semua tidak segera beristigfar dan berintrospeksi diri disertai dengan upaya yang sekeras-kerasnya untuk mempertahankan keberadaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercinta ini.

Saya jadi terbayang dengan runtuhnya negara kuat Uni Soviet dan Yugoslavia beberapa tahun silam, yang didahului oleh rentetan peristiwa yang kurang-lebih sama dengan yang dialami negara kita.

Sistem glasnos-perestroika yang ditawarkan oleh penguasa Uni Soviet pada waktu itu, yang sebenarnya suatu sistem yang ditawarkan untuk melakukan perbaikan di Uni Soviet, ternyata kurang memuaskan rakyat Uni Soviet yang menginginkan sesuatu yang lebih.

Ketidakpuasan itu akhirnya menyebabkan negara besar tersebut pecah berkeping-keping. Pada akhirnya, dengan segala kausalitas yang dikemukakan oleh setiap pihak, Negara Uni Soviet yang megah itu menjadi pecah berkeping-keping.

Yugoslavia, salah satu negara Balkan yang cukup mapan pada waktu itu, menjadi serpihan-serpihan negara kecil karena adanya suatu ketidakpuasan akan sistem yang ditawarkan oleh penguasa, yang selanjutnya menimbulkan gerakan separatisme yang akhirnya mampu mengguncang negara besar tersebut.

Di negara kita yang tercinta ini, sekarang pun telah terjadi gejala-gejala yang serupa dengan pola disintegrasi yang terjadi di Uni Soviet dan Yugoslavia.

Pola reformasi yang ditawarkan oleh penguasa ternyata tidak mampu membendung gerak laju keinginan beberapa daerah untuk menuntut kemerdekaan. Tuntutan dari Irianjaya, Kalimantan Timur, Riau, Aceh, dan juga Sulawesi Selatan tidak dapat dianggap main-main.

Sistem yang telah berakar selama rezim Soeharto, yang kemudian dilanjutkan oleh pemerintahan transisi Habibie, rupanya telah menjadi momok bagi daerah-daerah tersebut untuk tetap menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pada saat tuntutan dari daerah-daerah yang menginginkan bentuk dan sistem pemerintahan yang baru itu sedang bergejolak, upaya pemerintah dalam mengatasinya berkesan kurang serius dan tampak menganggap enteng semua permasalahan tersebut.

Wajar saja kalau sebagian besar masyarakat sekarang ini mulai meragukan kapabilitas pemerintahan yang sedang dipimpin oleh duet Presiden Abdurrahman Wahid dan Megawati.

Kemampuan taktis dan strategis dari Presiden Abdurrahman Wahid yang selama ini didengung-dengungkan oleh hampir semua pendukungnya justru sedikit demi sedikit mulai memudar dengan berbagai lawatannya ke berbagai negara, yang seakan-akan menimbulkan kesan bahwa permasalahan yang terjadi di dalam negeri bukanlah merupakan ancaman yang serius untuk segera diselesaikan.

Mungkin Presiden Abdurrahman Wahid menganggap upaya untuk mendamaikan para pejuang Moro dengan penguasa Filipina lebih penting dan mendesak daripada ancaman disintegrasi terhadap bangsa yang sedang dipimpinnya.

Akhirnya, kita semua berharap Presiden Abdurrahman Wahid beserta segenap pembantunya segera melakukan tindakan yang tepat untuk menyelamatkan negara kita ini.

ANWAR SULAIMAN
KLN Ujungpandang
Jalan Bonerate 2
Makassar 90174

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus