Saya ingin menanggapi tulisan Purwanti (TEMPO, 12 Januari 1991, Kontak Pembaca) dan H.M.A. Syarifuddin Thalib (TEMPO, 29 Desember 1990, Kontak Pembaca) tentang rokok. Rokok memang diciptakan, dan beribu-ribu tangan telah membuatnya. Keberadaannya betul-betul diakui, bahkan manfaat yang mereka berikan begitu banyak: meningkatnya pendapatan negara dan mencetak tenaga kerja yang tak sedikit. Namun, sebaliknya, banyak kerugian yang ditimbulkan oleh rokok. Antara lain, perawatan di rumah sakit akibat rokok, bayi yang lahir cacat atau mengalami retardasi mental, produktivitas yang menurun, dan kualitas generasi muda yang merosot jauh dari yang diharapkan. Apakah kerugian ini dapat ditutupi oleh keuntungan yang dapat disumbangkan oleh rokok? Kalau jawabnya, ya, bisa-bisa segala hal yang paling buruk dapat hadir jika itu memang mendatangkan keuntungan yang berlipat ganda. Tak peduli dampaknya yang menghasilkan generasi muda yang tak siap pakai, jauh dari harapan. Gencarnya kampanye anti-rokok seperti suatu perbuatan yang sia-sia dan makan banyak waktu karena semuanya kembali ke persoalan di atas: dari sisi mana kita melihat rokok, sebagai lawan atau kawan. Paling penting adalah berhentilah merokok jika Anda termasuk perokok, dan janganlah mencoba merokok bagi yang tidak perokok. Minimal Anda tak perlu merasa berdosa pada buruh rokok yang telah bersusah payah melinting rokok demi Anda. ANDI LAKSHMI NAWASASI Kotak Pos 94 Tebet, Jakarta 12001
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini