Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat Dari Redaksi

Liputan reporter ipb

Sejumlah reporter jebolan ipb meliput laput tentang pangan dan pertanian (beras). laput yang dibilang relevan dengan bidang mereka. ipb cukup banyak mencetak tenaga yang bekerja di pers dan penerbitan. (sdr)

16 November 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEKAN ini, Presiden Soeharto menjadi salah satu pusat perhatian dunia. Mewakili negara berkembang, Presiden, yang dikenal dekat dengan kehidupan petani itu, berpidato di depan sidang Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) di Roma. Ia menjadi juru bicara negara berkembang karena Indonesia dinilai sukses dalam produksi pangan oleh para petaninya. Kali ini kami menyajikan sebuah Laporan Utama mengenai pangan dan pertanian. Kebetulan kami juga mempunyai wartawan yang dekat, paling tidak, dengan ilmu pertaman. Dari 23 reporter di kantor pusat Jakarta, 8 orang adalah sarjana lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB), dari berbagai jurusan. Khusus untuk menggarap Laporan Utama kali ini, kami menurunkan sebagian sarjana pertanian IPB itu. Toriq Hadad dan Gatot Triyanto, yang bergabung dengan kami tahun ini bersama teman sekampusnya Happy Sulistiadi, mengadakan serangkaian wawancara dengan sejumlah ahli pertanian dan pejabat di Jakarta atau Bogor. Sedang Zaim Uchrowi, yang lulus 1982 bersama Rudy Novrianto dan Yusroni Henridewanto, mewawancarai Menteri Pertanian Achmad Affandi dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) dan Wakil Ketua Bappenas, Dr. Saleh Afiff. Kebetulan Zaim, sarjana peternakan, juga menulis sebagian dari Laporan Utama ini, bersama Bambang Harymurti, Bambang Bujono, dan Eddy Herwanto, ketiganya belum pernah mampir kuliah di IPB. Kami masih mempunyai reporter lulusan IPB, yaitu Suharjo Hs. dan Putut Trihusodo, keduanya lulus 1983, yang kebetulan memang diperlukan untuk tugas lain di samping Laporan Utama. Dari delapan sarjana keluaran IPB itu, boleh dibilang jarang sekali mereka membuat laporan atau mengadakan wawancara masalah yang bertalian dengan ilmu yang dipelajari di bangku kuliah. Memang, kerja sebagai wartawan tidak terlalu mementingkan disiplin ilmu tertentu. Sebab, ciri kerja profesi ini lebih mensyaratkan untuk bisa menggarap semua bidang masalah. Apalagi, kami tidak menjuruskan reporter hanya untuk mengerjakan bidang tertentu. Setiap reporter harus bisa membuat laporan mengenai semua rubrik yang ada pada TEMPO, atau istilah kami floating. Sesekali, mereka mengerjakan masalah yang dipelajari di bangku kuliah atau yang berkaitan dengan keahliannya. "Itu sebagai usaha mengembangkan ilmunya di bidang profesi masing-masing," demikian istilah Rektor IPB, Prof. Dr. Andi Hakim Nasution, yang suka menulis itu. Bahkan, IPB, yang ternyata mencetak cukup banyak tenaga yang bekerja dilingkungan pers dan penerbitan, sejak tahun lalu menyelenggarakan program S-2 untuk jurusan komunikasi. Maksudnya, agar ilmu yang digali lewat penelitian atau ruang kuliah bisa disajikan secara sederhana dan mudah kepada masyarakat. Seperti halnya yang sering kami sajikan di majalah ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus