Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo.co
Apakah Ahok mampu menuntaskan persoalan banjir?
|
||
Ya | ![]() |
|
56,8% | 2.298 | |
Tidak | ![]() |
|
41,1% | 1.661 | |
Tidak Tahu | ![]() |
|
2,1% | 86 | |
Total | (100%) | 4.045 |
Semua tahu, banjir di DKI Jakarta tak akan bisa ditanggulangi pemerintah provinsi ini sendiri. Butuh kerja sama antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Presiden Joko Widodo menetapkan tenggat penyelesaian sejumlah program penanggulangan banjir. Target yang paling dekat adalah pembangunan sodetan Ciliwung. Proyek senilai Rp 492,8 miliar ini menyambungkan aliran Sungai Ciliwung ke Kanal Banjir Timur. "Rencananya rampung Desember, tapi saya minta Oktober tahun ini sudah berfungsi," kata Jokowi pada saat melakukan blusukan ke outlet sodetan di Kebon Nanas, Jakarta Timur. Sejumlah proyek yang berkejaran dengan musim hujan juga dikebut. Contohnya normalisasi sungai, pembangunan bendungan di Ciawi dan Sukamahi, Bogor, senilai lebih dari Rp 1 triliun, serta pembenahan saluran air atau drainase. Intinya, menurut Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, jangan membuat Jakarta seperti baskom. "Jadi, air di baskom ini harus dipompa (ke laut)," katanya. Bagi Basuki, berbagai proyek penanganan banjir berskala besar di kawasan hulu dan tengah tadi tidaklah cukup. Ada wilayah kunci yang jadi prioritas dan menentukan apakah Ibu Kota bakal terendam atau tidak. Daerah itu adalah Jakarta Utara. Di sana Basuki berencana membangun waduk baru, yakni Waduk Tunjungan di Pantai Indah Kapuk dan Waduk Marunda. Khusus untuk rumah pompa yang menggenjot air dari sungai ke laut, ia mewanti-wanti PT PLN agar tidak memutus setrumnya. Tak mudah memang meyakinkan publik bahwa penanganan banjir kali ini benar-benar menjadi prioritas. Dalam jajak pendapat di Tempo.co, 2.298 dari 4.045 responden atau 56,8 persen masyarakat percaya Gubernur Basuki mampu menuntaskan banjir. Sedangkan 1.661 orang (41,1 persen) menilainya belum sanggup mengatasi banjir. Adapun 86 responden (2,1 persen) menyatakan tidak tahu. Kepala Sub-Direktorat Data dan Info Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Abdul Muis, menilai penanganan hujan dan banjir di DKI tahun ini lebih baik. Indikasinya, genangan lekas surut. "Dulu bisa berhari-hari baru turun." Namun, "Banjir tidak bisa dihilangkan, pasti itu," katanya. Musababnya, Jakarta merupakan kawasan hilir dengan kontur tanah yang kini lebih rendah dari laut. Pemerintah, menurut Abdul, hanya dapat mengatur supaya dampak banjir tidak terlalu besar.
Indikator Pekan Ini Apakah Jokowi mampu menghentikan kriminalisasi terhadap KPK? www.tempo.co. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo