ACEH, yang dikenal dengan julukan Serambi Mekah, dalam pemilu kali ini, mungkin juga seterusnya, tampaknya bukan lagi "surga" bagi PPP. "Kiblat" pemilih di daerah ini kelihatan telah berubah. Apa yang telah mendorong perubahan sikap masyarakat itu? Sejak pekan lalu, begitu kami memutuskan menulis Laporan Utama tentang daerah yang menjadi ajang prestise ketiga kontestan pemilu ini, terutama bagi Golkar dan PPP, kami menugasi Makmun Al Mujahid, Bersihar Lubis, Muchsin Lubis, dan Burhan Piliang dari Biro TEMPO Medan untuk mendeteksi denyut perubahan itu. Pertama kali yang dilakukan Makmun adalah mengunjungi daerah asalnya: Lhokseumawe -- daerah basis PPP selama tiga pemilu lalu. Perubahan mencolok yang dilihatnya: rakyat tak lagi sinis terhadap Golkar. Perubahan sikap rakyat Lhokseumawe ini diduga dampak berdirinya proyek LNG Arun, pabrik pupuk Iskandar Muda, dan pabrik pupuk ASEAN di sana. Dari Lhokseumawe, Makmun, wakil Golkar di DPRD II Langsa periode 1977-1982, meliput ke daerah kantung PPP yang lain: Pidie. Denyut perubahan juga terasa di sini, terutama setelah Teuku Daud Beureu-eh, tokoh karismatik Aceh, "merestui" kehadiran Golkar di tengah masyarakat sana. Dan, Makmun berhasil melakukan wawancara khusus dengan Daud Beureu-eh, yang beberapa kali dikunjungi Menteri Koperasi Bustanil Arifin sebelum kampanye Pemilu 1987 dimulai. Tentang suasana kampanye di Aceh selama pekan lalu, Bersihar melaporkan, "lebih panas semprong dari apinya." Maksudnya: rakyat tak terlalu terpengaruh oleh gegap gempita kampanye seperti digembar-gemborkan sebelumnya -- hatta jurkamnya dari Jakarta. Mengenai rahasia perubahan sikap rakyat Aceh terhadap Golkar, ikuti wawancara Bersihar dengan Gubernur Ibrahim Hasan. Tim Biro Medan, yang mengumpulkan sebagian besar bahan Laporan Utama kampanye di Aceh, diperkuat pula oleh A. Luqman dan Bunga Surawijaya. A. Luqman, nama dan wajah wartawan TEMPO yang tidak asing bagi anggota DPR, kami tugasi mengikuti safari kampanye Ketua Umum Golkar Sudharmono ke Aceh dan Sumatera Barat. Selama di perjalanan, di sela-sela kesibukan mempersiapkan materi kampanye, Sudharmono masih meluangkan waktu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan Luqman. Bunga, yang mengikuti perjalanan Ketua Umum PPP J. Naro ke Sumatera, sudah mencecer orang pertama "Bintang" itu dengan pertanyaan sejak dari ruang tunggu Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, lalu berlanjut di pesawat, sampai di tempat penginapannya, baik di Banda Aceh maupun di Medan. Naro, yang pernah dijuluki "A thousand dollar man", jumlah bayaran yang dimintanya untuk sebuah wawancara, kali ini tampak kooperatif sekali. Laporan kampanye dari Aceh itu kemudian ditulis oleh Bambang Harymurti, Amran Nasution, Salim Said, A.Luqman dan putra Aceh Zakaria M. Passe.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini