PENDUDUK gugusan kepulauan Nusa Tenggara (Barat dan Timur)
mempunyai cara menenun yang unik. Mirip penenun dari pulau Bali,
semula mereka mengelompokkan benang tenun dalam gulungan yang
sebesar jari tangan. Menurut disain yang direncanakan, benang
tenun itu mereka ikat kuat-kuat dengan daun. Di Bali, di mana
benang rafia kini mudah didapat, fungsi daun telah diganti
dengan rafia, yang lebih mudah, bisa tahan air dan mungkin,
lebih murah. Benang-benang itu kemudian dicelup. Bagian yang
tidak tertutup oleh daun atau rafia, mandi basah oleh air celup.
Bagian lain dari benang mereka ikat lagi. Dicelup lagi dengan
warna lain. Begitulah berkali-kali, sehingga tercapai satu
rantai warna yang mereka kehendaki. Benang itupun kemudian siap
untuk ditenun. Karena alat tenun begitu sederhana, satu potong
kain menyita waktu cukup lama. Akibatnya, harga kain tenun
Sumba, dan Flores, mahal harganya. Tenun ikat -- demikian biasa
disebut untuk bentuk tenun macam ini - kemudian cuma dimiliki
oleh penduduk setempat atau orang luar pulau sebagai hadiah.
Pepaya dan Make
Motif tenunan indah dan kain tebal yang terbuat dari benang
katun ini harganya bisa mencapai Rp 100.000 ke atas. Karena
pembuatannya yang lama dan jumlahnya tak banyak tentu. Melihat
hal ini, Iwan Tirta dan Juan Federer -- setelah mengadakan
perjalanan keliling ke pulau lain di Nusantara ini -- menemukan
hal yang baru untuk usahanya. Bagaimana kalau tenun ikat ini
dimulti produksikan seperti batik-batik mereka yang sukses itu?
Secara bergantian, keduanya kemudian pulang-balik Jakarta-Endeh.
Ini dimulai sejak tahun 1973. Mengamati mereka bertenun, Federer
yang orang Chili - merasa bahwa penduduk Flores sama ramahnya
dengan orang Chili. Mereka (orang Flores) gemar menari senang
makan daun pepaya, memiliki ikan yang melimpah di sekeliling
pulau mereka, senang minum make seperti kebanyakan orang
Sulawesi Utara dengan minum saguer. Semua direkrut untuk jadi
satu tim penenun yang gesit. Artinya, produksinya bisa
diandalkan karena bisnis telah dinanti pasaran.
Federer juga pergi ke museum tenun di Swiss, untuk meneliti alat
tenun sederhana sederajat dengan ATBM (alat tenun bukan mesin).
Di Jakarta salah satu ATBM ditirunya dan dibuatnya menyerupai
aslinya. Potongan-potongan ATBM ini kemudian dikirimkan ke
Endeh. Dengan penuh kesabaran, ATBM gaya baru ini diberikan pada
penduduk Endeh, untuk dicoba. Biasa, sesuatu yang baru memang
tidak selamanya ditelan begitu saja. "Ditambah lagi mereka
terlalu lama hidup dengan nyaman tanpa diburu waktu", kata Iwan.
Apakah mereka bisa diajak kongsi untuk bisnis? "Itulah tadinya
yang kami ragukan", kata Juan Federer.
Kalangan Bawah
Akhirnya, setelah 4 tahun merintis, Nusa Ikat (sebagai bagian
lain dari Nusa Batik) bisa terujud untuk diperdagangkan. Setiap
bulannya kini, sekitar 30-35 helai bisa dihasilkan oleh 50 orang
penenun. Iwan Tirta kemudian memadukan motif-motif dari luar
pulau Flores dengan pulau itu, yang biasanya bermotif wajik
kecil-kecil, motif burung kecil dan sebagainya. "Saya ingin kain
tenun ini tidak hanya dijadikan barang hadiah saja atau dipakai
hanya oleh kalangan bawah", kata Iwan.
Harapannya itu terlaksana. Yaitu ketika tanggal 18 Mei yang
lalu, nyonya Tien Soeharto, Ali Sadikin dan Gubernur NTT Eltari
(juga pengunjung yang lain) hadir melihat pameran pertama Nusa
Ikat, di gedung Mitra Budaya. Motif Iwan yang lebih besar
ketimbang motif asli, dimodernkan lagi dengan warna cerah, telah
mengundang banyak peminat. Lebih-lebih ketika beberapa orang
peragawati memamerkan baju-baju tenunan Flores. Kainnya yang
kukuh (karena katun) dan motifnya yang lebih anggun, kemungkinan
besar bisa mengalahkan motif tenun Makassar, Bali atau Sumatera
Barat. Iwan Tirta, menemukan sesuatu yang baru lagi. "Dan saya
tidak akan memboyong mereka ke Jawa", ujar Iwan, "agar gairah
bekerja tetap tinggal di sana". Juga, karena harga tenaga lebih
murah di sana. Dengan risiko: bagaimana caranya mendekatkan
jarak Jakarta-Endeh, baik lewat angkutan maupun lewat telepon.
Karena maklumlah, Bangkok dirasa sering lebih dekat ketimbang
Endeh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini