Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Orang-orang di bawah film

Menerjemah film perlu keahlian bahasa dan menyingkat kalimat. film yang bernilai sastra tinggi harus hati hati. sebagian penerjemah enggan film india, karena panjang, honor tidak memadai.

4 Juni 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMANYA biasa tercantum di kaki layar, kecil dan cuma muncul beberapa detik sesaat cerita film akan dimulai. Selama film-film asing belum bisa didubbing (diberi suara) dengan bahasa Indonesia, teks film yang selalu meloncat menari di kaki layar cukup banyak membantu penonton film. Kebanyakan nama-nama yang terpampang sejenak itu adalah: Narto Erawan, M. Karim, Agus Mohamad, Rasyid Rachman, Mayasin dan Narain Topandas. Yang terakhir ini khusus untuk film India yang mendapat pasaran yang boleh juga di Indonesia. Narto mengatakan telah menterjemahkan film lebih dari 300 buah. Film asal dari mana saja, "karena kebanyakan buku dialog dibuat dalam bahasa Inggeris", kata Narto. Kini dia duduk sebagai Kepala Sub Direktorat Bina Peredaran Film. Bahkan belakangan ini namanya muncul sebagai pembuat skenario film Karmila dan Senyuman Nona Anna. "Itu semua berkat membuat terjemahan", kata Narto. Menurut dia, menterjemah "sekolah tidak resmi" menuju ke skenario. Menterjemahkan film pekerjaan yang ya gampang ya sulit. "Kami tidak boleh menterjemahkan terlalu panjang", kata Narto, "tiga baris itu sudah yang paling banyak". Kalau satu adegan cuma berlangsung satu menit, maka penonton yang membaca teks paling banyak memerlukan waktu setengahnya. Karena matanya tidak cuma sibuk membaca teks, tapi juga nonton gambar yang ada di layar. Maka, seorang penterjemah film harus mempunyai keahlian dalam menyingkat kalimat. Punya kemampuan bahasa Indonesia yang lumayan dan juga jangan segan-segan buka kamus. "Tidak ada sekolah khusus sih untuk penterjemah film", kata M. Karun, yang telah 12 tahun lamanya memegang pekerjaan ini. Kini dia jadi Sekretaris Badan Sensor Film. Nasihatnya: "Dialog sehari-hari yang santai, jangan sampai diterjemahkan dengan bahasa sastra yang tinggi". Sebaliknya, film seperti Romeo and Juliet harus diterjemahkan lebih hati-hati lagi, karena bahasa sasteranya yang tinggi. Karim juga berpendapat: "Tanpa kamus, berarti nggak kerja". Sebab, katanya, kalau terbukti salah (dan film sudah rapi beredar), "menyesalnya setengah mati". Narto juga membenarkan pendapat Karim. Isteri Narto bahkan membantunya mencari kata-kata tepat dalam kamus. "Karena pengalaman, jangan sekali-kali memakai kamus Inggeris-lndonesia. "Sebab, awas, suka slip". Jadi yang dipakai: Inggeris-Inggeris. Narto bercerita tentang dua patah kata Inggeris: 'a good hiding'. Tapi selain itu juga lihat filmnya. Penterjemah yang cuma berhadapan dengan buku dialog dan cuma pegang kamus (tanpa melihat film), 'a good hiding' ini oleh Narto diterjemahkan jadi "persembunyian yang baik". Belakangan, baru dia tahu bahwa maksudnya adalah "pukulan yang jitu". Yang Jorok Kalau harus berhadapan dengan buku dialog dari film seks penterjemah sering mengalami kesukaran bagaimana harus menterjemahkannya. Biasanya, menurut pengakuan penterjemah lain, Mayasin, kalimat yang begitu jorok dia lewatkan saja. Adegan itu dibiarkan saja telanjang tanpa teks. Kata Mayasin, yang sudah menterjemahkan film ribuan jumlahnya: "Saya sering memperhalus bahasa. Misalnya kata-kata 'anak sundal', saya terjemahkan jadi anak keparat". Tentu saja setiap penterjemah tidakpunya pilihan untuk menterjemahkan film yang disukainya. Tapi menolak bukanlah suatu hal yang luar biasa. Mayasin misalnya, beberapa tahun lalu pernah menolak film Anthony and Cleopatra. Setelah membaca buku dialog, ternyata dia tidak sanggup. "Film itu terlalu hebat dan mempunyai bahasa sastra yang tinggi", katanya. Biarpun bisa saja dia terjemahkan seadanya, "tapi saya takut nanti dianggap memperkosa bahasa film itu". Di sinilah sering terjadi kesimpang-siuran antara si importir dan si penterjemah. Sang importir, maunya, begitu buku dialog di tangan penterjemah, minggu itu juga sudah bisa selesai. Seorang pejabat Direktorat Film bahkan berkata: "Importir itu maunya filmnya diterjemahkan dengan cepat. Malah ada yang mau film masih di airport, terjemahan sudah harus selesai". Maklumlah, importir memikirkan agar uang cepat masuk, sementara prosedur pemasukan film sedikit berbelit. Sebab begitu film tiba di lapangan udara Halim, terus dibawa ke badan sensor. Jarak waktu antara lapangan terbang dan sensor, bisa saja seminggu atau sebulan, atau kapan saja. Tergantung sepi ramainya lalu lintas film yang harus disimak. Berapa lama menterjemahkan film? Mayasin mengatakan rata-rata dia bisa merampungkan sebuah film dalam 4 hari. Sesuci Kuil Bagaimana dengan bahasa Urdu? "Buku dialog yang diterjemahkan ke Inggeris dari film India banyak terjadi kesalahan bahasa. Jadi kita betul-betul harus tahu bahasanya", kata Narain Topandas keturunan India yang menterjemahkan film-film Bombay. Dia ini pada mulahya cuma gemar menonton film. Sesekali menterjemahkan bahasa nenek moyangnya. Hobi ini lama-lama jadi profesi. Pekerjaan lain tidak cocok", kata Topandas, yang di tahun 1973, pulang untuk "ambil isteri" di India. Kini Topandas selalu "dikejar-kejar" importir setiap saat, Saking larisnya, katanya, untuk ambil cuti saja tidak hisa. Topandas biasanya menterjemahkan sekalian menyimak film. "Sering ucapan yang ada dalam buku dialog idak cocok dengan dialog dalam film", katanya. Topandas juga berkata kalau badannya lagi enak, dua hari saja selesai sudah sebuah film. "Kalau tidak sehat, ya seminggu juga bisa". Film-film dari India jarang yang ditolak sensor. Menurut pengalaman Topandas, cuma sekali. Yaitu film Sex Education. "Tapi dari semua film yang saya terjemahkan, satu yang saya rasa puas. Film Dil Ek Mandir (Hati Sesuci Kuil). Biar film itu berat, tapi cerita dan bahasanya indah", ujar Topandas lagi. Narto Erawan puas pada terjemahan Julius Caesar dan A Man for All Seasons. Karim puas dengan Judgement at Nuremberg Ujar Karim: "Filmnya bagus, dialognya bagus dan saya berusaha mengimbangi dengan terjemahan yang bagus pula". Honor? Semua menolak untuk mengatakan berapa honor mereka. ,arim mengalakan bahwa menterjemahkan film adalah antara hobi dan rasa puas, kalau pekerjaan itu berhasil dengan sempurna. Mayasin, yang juga pegawai sebuah kantor impor film, yang terima gaji bulanan. Dia juga bukan hanya bertindak sebagai penterjemah, tapi sebagai spotter, orang yang mengamati setiap feet film ketika dalam percobaan. Banyak Bicara "Saya dengar dengar sih . . . ", kata Mayasin, dan dia tidak meneruskan kalimatnya. Tapi kemudian dia menimpali: "Kalau biro penterjemah mendapat honor lumayan. Satu folio Rp 2.000. Sedangkan buku dialog bisa sampai 50 lembar". Lewat bisik-bisik sana-sini, seorang penterjemah katanya sill cuma mendapat sekitar Rp 25.000 per film, dalam bahasa apa saja. Apalai film dalam bahasa Jepang atau Mandarin toh biasanya disertai pula oleh buku dialog dalam bahasa Inggeris. Maka tidak peduli apakah sebuah film itu panjang atau pendek, importir memberi honor rata-rata. Biasanya, setiap importir mempunyai langganan penterjemah masing-masing. Sebagian penterjemah ini enggan untuk menterjemahkan film India. Filmnya panjang, sering sampai 1500 subtitles (film biasa cuma 600 - 800 subtitles). Narto Erawan mengatakan film India ini makan banyak tenaga. "Payah, banyak bicaranya, banyak nyanyinya, sehingga teksnya pun panjang. Honornya ya segitu-gitu saja", kata Narto.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus