Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kutipan & Album

Meninggal

18 Juli 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENGUSAHA Hajah Vera Mewengkang meninggal dunia di rumahnya, Jalan Cimahi, Jakarta Pusat, pukul 12.10 WIB, Sabtu, 10 Juli 1999 lalu, dalam usia 49 tahun. Meninggalnya diduga akibat stroke. Sebelum dipanggil Yang Mahakuasa, menurut penuturan menantunya, Langlang Gusatio, ia tidak menunjukkan tanda-tanda sakit. "Meninggalnya sangat mendadak. Ketika itu beliau siap-siap salat lohor, mengambil air wudu. Tak diduga, rupanya sebelum salat, Allah memanggilnya," tuturnya kepada wartawan TEMPO, Rubi Kurniawan.

Jenazah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Kampung Kandang, Ciganjur, Jakarta Selatan. Tampak sejumlah kerabat dekat beliau turut menyertai hingga ke liang lahat. Sebelum diberangkatkan ke pemakaman, beberapa menteri hadir di rumah duka, di antaranya Menteri Keuangan Bambang Subianto, Menteri Peranan Wanita Hajah Tutty Alawiyah, serta pengusaha Dewi Motik dan penulis La Rose.

Pada masa hidupnya, ia aktif dalam berbagai kegiatan. Mantan peragawati ini memiliki banyak perusahaan. Salah satu perusahaannya, PT Sarana Komputer Utama, pernah terantuk perkara perdata dengan manajemen Arthaloka Building. Di samping itu, bekas istri gubernur Lemhanas periode 1983-1990, almarhum Mayjen (Purn.) Soebiakto Prawirasoebrata, ini aktif di Dewan Masjid dan Badan Kontak Majelis Taklim Indonesia (BKMTI), bersama Hajah Tutty Alawiyah.

Di lingkungan perusahaan, Vera—sapaan akrabnya—dikenal sangat baik dan ramah. Selain gaji, Vera sering memberikan insentif dan kebutuhan sehari-hari kepada karyawan. Tak hanya itu, tahun lalu, meskipun dalam kondisi krisis ekonomi, Vera memberangkatkan haji sopir pribadi, pembantu, pengawal, dan tukang jahit bajunya. Kini, semuanya telah berlalu. Semoga amal ibadah Almarhumah diterima Allah swt.


Sakit

"Ya, ya, Pariyem saya. Maria Magdalena Pariyem lengkapnya. Iyem panggilan sehari-harinya. Dari Wonosari, Gunungkidul. Sebagai babu Ndoro Kanjeng Cokro Sentono di Ndalem Suryamentaraman Ngayogyakarta."

Inilah sepenggal bait prosa lirik yang sangat terkenal dalam dunia sastra Indonesia pada awal 1980-an, Pengakuan Pariyem, karya Linus Suryadi Agustinus.

Kini sang penyair terbaring tak berdaya di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta, akibat serangan stroke. Linus, Kamis pekan lalu, mendadak jatuh di kamar mandi seusai berjalan-jalan pagi. Akibatnya, salah satu pembuluh darah di kepala pecah dan bagian kanan tubuhnya mengalami kelumpuhan.

Sebelumnya, Linus memang sudah mengidap darah tinggi, dan pernah masuk rumah sakit gara-gara tekanan darahnya melonjak. Tapi itulah, sebagaimana yang diketahui kawan-kawannya sesama seniman di Yogya, Linus adalah seorang penggemar tongseng dan sate kambing. Rupanya, ia telah mengadopsi gaya hidup Ndoro Kanjeng Cokro Sentono, priayi Jawa majikan Pariyem, yang doyan makan enak.

Linus lahir di Dusun Kadisobo, Sleman, Yogyakarta, 3 Maret 1951. Ia putra kedua dari 10 bersaudara. Ia dikenal sebagai penyair yang menghasilkan puisi, prosa, dan menulis esai kebudayaan. Ia dikenal sebagai penyair yang kuat dalam lirik. Prosa lirik Pengakuan Pariyem, yang dikerjakannya pada 1978-1980, merupakan karya yang mencuatkan namanya sebagai penyair. Sebelumnya, Balai Pustaka pada 1976 sudah menerbitkan kumpulan puisinya, Langit Kelabu. Linus bahkan pernah menulis cerita anak-anak Perang Troya, yang diterbitkan Dunia Pustaka Jaya pada 1977.

Selain itu, sejumlah karyanya sudah diterbitkan, antara lain Perkutut Manggung, Regol Megal-Megol, dan Tirta Kamandanu. Karya prosa liriknya yang terbaru berjudul Dewi Anjani.

Karir Linus sebagai penyair bermula dari pergaulannya dengan Umbu Landu Paranggi, seorang penyair pada 1970-an yang digelari "presiden Malioboro".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum